Bag.53 - Ahli perasaan

100K 5.5K 594
                                    

"Aku sudah berjanji. Sekarang, katakan perasaanmu!" ujar Uma dengan sedikit memaksa, ekspresinya begitu penasaran. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin mengetahui bagaimana perasaan Irgi terhadapnya.

"Uma, kalau kamu ingat, aku sudah pernah menyatakan perasaanku padamu. Waktu itu, di atas motor sambil menatap bintang. Selama di perjalanan, kita berbincang, kemudian, ada sebuah kesempatan di mana aku berkata, 'sahabat adalah bagian dari hidupku, dan aku sangat mencintai hidupku.' Kalau kamu mengerti maksud dari perkataan itu, itu berarti kamu tahu bagaimana isi perasaanku padamu," jawab Irgi dengan suara yang begitu halus. Dia benar-benar ingin membuat Uma merasa tenang.

Uma tersenyum. Dia ingat dan mengerti perkataan itu.

"Iya, aku mengerti," ucapnya dengan senyuman.

Betapa bahagianya Irgi ketika melihat Uma kembali tersenyum. Selain itu, tanggapan Uma saat mengetahui apa yang Irgi rasa menunjukkan reaksi positif. Uma ingin membalas, dia juga ingin Irgi tahu tentang perasaannya. Namun, Uma tak mampu mengatakan hal itu, ia merasa ada batas bahasa yang mengurung kata-kata yang ingin ia ucapkan. Balasan perasaan yang harusnya Uma katakan, terganti menjadi sebuah himbauan atau mungkin permintaan.

"Irgi, aku minta tolong padamu..." Uma berkata seraya menatap sayu Irgi, senyum yang ada di wajah cantiknya masih tetap terpasang dengan manis. Kata-kata Uma terputus, menggantung di udara. Dengan sigap, Irgi langsung menggapai kata-kata yang tergantung itu dengan sebuah pertanyaan.

"Minta tolong apa?" Suaranya tetap lembut.

"Tolong jangan memacariku."

"Uma, semua wanita tidak ingin dipacari. Semua wanita ingin dihalalkan. Aku paham maksudmu. Nanti, ya, kalau aku udah sukses?" Jawaban Irgi tidak sedikitpun terprediksi oleh Uma. Dia terkejut. Apalagi saat Irgi mengucapkan kalimat terakhirnya. Seperti sebuah janji serius yang dia ucapkan seraya bercanda atau hanya sebagai hiburan semata untuk membahagiakan hati Uma.

"Kamu itu orangnya terlalu peka, atau kegeeran, sih?" tanya Uma bercanda. Suaranya mulai berwarna. Sedikit bahagia.

"Aku ini terlalu ganteng, Uma," jawab Irgi. Ada tawa di sela-sela jawabannya.

Saat Irgi menjawab seperti itu, Uma menutupi wajahnya dengan selimut. Dia tertawa kecil dibalik kain itu.

Mereka kembali bercanda. Irgi berhasil membuat Uma lupa sejenak tentang peristiwa naas yang menimpa dirinya semalam. Irgi memang ahlinya mengobrak-abrik perasaan Uma. Apalagi, kalau untuk urusan membahagiakan. Irgi sudah pasti nomor satu.

"Jangan jauhi aku, ya? Bagaimanapun kondisimu, kamu akan selalu pantas untukku." Irgi bergumam pelan saat Uma menutupi wajahnya dengan selimut. "Tetap jadi wanita yang ceria, ya, Uma? Tetaplah menjadi penyebab dari terciptanya senyumku."

~Bingung~

Uma, kamu baik. Tapi, kenapa masih ada yang jahat padamu? Bingung!
Uma, senyummu indah. Tapi, kenapa masih ada yang ingin merusaknya? Bingung!

Bingungku banyak. Jangan dihitung! Nanti kamu ikut bingung.
Bukan tugasmu juga, Uma.
Biarin aja.

Mau kulanjut, tapi bingung!
Aku cuma mau bilang,
Uma, jadilah Umi untuk anak-anakku.

Jangan dibaca! Bingung!

-Irgi

•••

"Terima kasih, kamu sudah membuatku lebih baik," ucap Uma.

"Uma, ini adalah waktuku untuk membalas kebaikanmu. Aku bahagia membuatmu bahagia," balas Irgi seraya mengelus rambut Uma.

"Keluar, yuk, kita nikmati udara pagi," lanjut Irgi.

"Yuk!" Uma menyetujui, dia mulai bangun dari posisi tidurnya. Sedari tadi, Uma berbaring di sofa ruang keluarga, dan Irgi duduk di lantai yang beralaskan karpet.

"Mau kugendong?" Irgi menawarkan sambil menunjukkan punggungnya ke Uma. Berharap Uma akan naik ke atas punggung tersebut.

"Enggak usah," tolak Uma.

Irgi dan Uma mulai berjalan menuju teras. Langkah mereka beriringan, tangan mereka saling menggenggam. Benar apa kata orang-orang, sahabat kok romantis?

~to be continued~

Jangan pernah kapok, ya? Tunggu terus kelanjutannya.

Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA, kalau perlu berikan tanggapan sekaligus kritik agar saya tau kekurangan dan kelebihan dari cerita ini.

Jika ingin mengkritik, kritiklah dengan sopan dan masuk akal.

Follow Instagram saya: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang