Bag.14 - Uma dalam bahaya

156K 8.3K 286
                                    

Divote dulu, ya? :)

Minggu pagi, Irgi terbangun dengan beberapa nyeri yang masih menyelimuti wajahnya. Sebuah plester di bagian pelipis pun masih menempel di sana bagai perhiasan wajah yang indah bagi laki-laki gagah seperti Irgi.

Sehabis membuka matanya, Irgi langsung berjalan menuju halaman belakang rumah untuk menikmati sejuknya udara pagi seraya mendengarkan nyanyian-nyanyian indah dari burung gereja.

Sesampainya di halaman belakang, Irgi melihat pamannya sedang melakukan latihan otot tangan dengan cara memukulkan tinjunya pada samsak yang ada di depannya.

"Selamat pagi, jagoan!" sapa Paman Ata seraya tetap fokus berolahraga.

"Pagi, Paman!" balas Irgi dengan suara yang masih mengantuk.

"Ini Irgi, diminum dulu segelas susunya." Bibi Hesti tiba-tiba datang seraya memberikan Irgi segelas susu putih.

"Buat suamimu mana?"

"Semalam kan udah."

"Hah?" tanya Irgi kaget dan diikuti dengan pikiran kotor. "Semalam udah?"

"Pagi lagi dong, biar kuat, hehehe," Paman Ata menimpali lagi.

"Yaudah, dibuatin dulu, ya?" Tante Hesti pun kembali masuk ke dalam rumah.

Satu menit kemudian, Paman Ata menghentikan kegiatannya dan kemudian menghampiri Irgi.

"Kenapa udahan?" tanya Irgi.

"Istirahat dulu."

"Oh."

"Gi, di SMA kenapa kamu malah milih ekskul Pramuka? Kenapa enggak silat lagi aja?"

"Aku ingin mencari pengalaman baru, Paman. Pengalaman selain bela diri," jawab Irgi seraya menatap samsak yang masih bergoyang.

"Wajahmu masih sakit?"

"Cuma sedikit."

"Dasar kamu, anak Pramuka tapi main pukul aja," ucap Paman Ata. "Ingat dasadarma ke-sepuluh, dong. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan."

"Aku begitu karena sudah tidak tahan lagi, Paman. Dia pegang-pegang Uma, aku enggak terima," balas Irgi dengan nada kesal.

"Hahaha kamu memang benar-benar melindungi Uma dengan baik."

Saat Irgi dan Paman Ata tengah asyik berbincang, tiba-tiba yang dibicarakan datang.

"Eh, yang diomongin datang," kata Paman Ata.

"Kalian ngomongin aku?" tanya Uma.

"Enggak, Irgi yang ngomongin. Katanya dia suka kamu," jawab Paman Ata seraya masuk ke dalam.

"Oy, Paman, aku kan enggak ngomong gitu," teriak Irgi dengan kesal. "A...au."

"Jangan teriak-teriak, masih sakit, kan?" kata Uma dengan lembut dan kemudian dia duduk di samping Irgi. "Aku ke sini bawain bubur buat kamu."

"Makasih Uma."

"Iya, sama-sama. Mau disuapin apa makan sendiri?"

"Aku mau pilihan pertama," jawab Irgi dengan senyum.

Uma mulai menyuapi Irgi. Walaupun masih pagi, mereka sudah melakukan hal yang romantis. Dari mereka, kita bisa belajar, romantis tidak harus dengan pacar.

"Aku sudah menyuruh Kuro untuk mengumpulkan informasi mengenai tongkrongannya si Toro," ucap Irgi seraya mengunyah makanannya.

"Telan dulu," kata Uma dengan lembut.

"Maaf."

"Udah, sih. Enggak usah diperpanjang lagi, aku baik-baik aja, kok."

"Bukan begitu, Uma. Aku masih tidak terima dengan perlakuannya terhadap kamu."

"Jangan terlalu posesif, Irgi," kata Uma sambil kembali menyuapi.

"Kemarin, dia juga bilang, kalau urusanku dengannya masih belum selesai. Lagipula, aku jatuh bukan karena si Toro, tapi, karena temannya yang menendangku secara diam-diam dari belakang. Aku yakin, tongkrongan si Toro itu hanya berisi sekumpulan pecundang."

"Kata kakak kelas, jangan sekali-kali berurusan dengan Toro. Dia itu rada gila, dia tidak mempunyai rasa kasian."

"Aku tidak peduli, Uma. Aku dan dia masih sama-sama punya rasa dendam."

"Irgi, aku tidak mau kamu terluka lagi. Lebih baik sudahi saja, jangan diladeni."

"Maaf, Uma, aku tidak bisa. Aku harus tetap melawan bajingan itu."

•••

"Uma, Uma, Uma." Toro terus mengucapkan nama Uma seraya memandangi fotonya yang dia dapatkan dari facebook.

"Paling juga sebentar lagi tuh foto bakal dia jadiin bahan buat onani," ucap salah satu temannya.

"Baru kali ini gua ngeliat Toro tergila-gila sampe segitunya sama cewek," timpal yang lain.

"Bro, kata Yogi, dulu, Toro pernah begini sebelumnya. Dia pernah tergila-gila sama cewek bahkan sampai memperkosa," ucap ketua geng yang sebenarnya.

"Memperkosa? Kenapa dia tidak dipenjara?"

"Toro itu pintar, dia mengancam dan menghapuskan jejak dengan sangat bersih. Gua takut, Uma akan mengalami hal yang sama seperti cewek itu."

"Kenapa lu harus takut?"

"Karena, gua juga jatuh cinta sama Uma," jawab ketua geng yang sebenarnya.

•••

~to be continued~

Maaf updatenya lama. Jangan lupa dan jangan malu untuk berkomentar.

Instagram: @gaktaudahlupa

SAHABAT KOK ROMANTIS? (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang