Chapter 32 : Holiday With Them

818 24 0
                                    

-Hana's POV-

"Kita mau jalan2 !" kata Jaeseung gembira.

"Oh iya ! Aku kira itu mimpi. Maaf yaa," kataku.

Aku benar2 lupa kalau aku dan mereka akan jalan2 bareng. Omaigaatt ! Aku abis mimpi apa yaoloh. Sampe bisa begini.

"Errghmm, biar aku jelaskan schedule kita," kata Ludes sambil membuka gulungan kertas yg panjang.

"Seharian ini kita akan berada di NEVERLAANDD !!! Woo hoo !" teriak Ludes.

"Yey !" teriak kami kegirangan.

Akuu.. benaar…. benaar..…. SENNAAANGGGG !!

"Aku siap2 dulu yaa," kataku sambil masuk ke kamarku.

"Okaay !" kata mereka sambil duduk di sofa.

Wow !! Aku harus siap2. Gak usah cakep2. Orang mau kegiatan outdoor. Pake baju casual aja tapi tetep fashionable. Aku mengambil bajuku dan menguncir rambutku menjadi pony tail.

"Siaaap !" kataku sambil keluar dari kamarku.

"Yuk," ajak Sehuk.

Kami semua langsung mengambil tas kami dan memakai masker dan topi. Kamipun keluar dari dorm.

"Kita pake mobil siapa ?" tanyaku.

"Pake mobil Tehyong. Gantian," kata Sehuk.

"Sip," kataku.

Kami memencet tombol lift. Kami menunggu lama daann, 'ting' bunyi lift berhenti pada lantai kami. Pintu liftpun terbuka, ada banyak orang membawa kamera. Oh no ! Firasatku buruk.

"Boss ?!" tanya mereka semua.

"Siapa cewek itu ?!" tanya salah satu dari mereka.

"Larii !" teriak Jaeseung.

Kami semua lari kencang. Kami dikejar dengan para paparazi itu. Aku hampir ketawan. Bagaimana ini ?! Jalan hampir buntu. Tehyong membuka pintu darurat dan kami semua terburu-buru masuk. Tehyong mengunci pintunya dengan pel.

"Fiuh, hampir saja," kata Jeongkok sambil mengelap keringat di keningnya.

Aku menekuk lutuku dan menaruh tanganku dilututku. Jantung kami berdetak sangat cepat. Aku benar2 kelelahan. Kelihatannya kami semua kelelahan.

"Sebaiknya kita segera ke mobilku," kata Tehyong.

Kami semua berjalan ke basement lewat tangga darurat. Banyaakk sekali tangganya. Apalagi kita berada di lantai 16. Kami turun tangga. Aduuh capeknya kayak daki gunung. Untung aku pake sepatu lari. Coba kalo high heels, udah gak tau deh nasib kakiku.

Akhirnyaa ! Kami sampai di basement. Jeongkok mebuka pintu tangga darurat tersebut. Kami berjalan menuju arah mobil Tehyong. Aku gak tau sih mobilnya yg mana. Waduuh, mobilnya BNW warna putih. Mahal bangeet harganya.

"Muat gak ya ?" tanyaku.

"Ya kalo gak muat, aku pangku aja," goda Jaeseung.

"Ih," kataku pura2 sebal.

Padahal aku seneng bangeet. Tapi pastilah, itu hanyalah bercandaan. Kami semua masuk ke dalam mobil Tehyong. Tehyong menyalakan mobilnya. Kudengar suara deru mobil ini. Mobilnya pun berjalan kencang.

Ternyata kami muat yaa. Tehyong menyetir. Sehuk duduk di bangku sebelah pengemudi. Ludes, Jaeseung, aku, dan Jeongkok duduk di belakang. Perjalanannya lumayan jauh. Aku tidur deeh.

'JDAAARRR' bunyi petir yg sedang menyambar. Aku terbangun karena bunyi petir itu. Hujan sangat deras, angin bertiup kencang.

"Huwaa ! Gak jadi ke Neverland deeh," keluh Ludes.

"Kita menepi dulu yaa," kata Tehyong.

"Hah ?! Mau menepi dimana ?!" tanya Jeongkok.

"Ke rumahnya Jaeseung laah, kan deket dari sini," kata Tehyong.

"Wah iya iya," ucap Sehuk.

"Baiklah," jawab Jaeseung.

Kami masuk ke jalanan kecil. Disampingnya terdapat rumput yg luas. Belakangnya ada gunung dan hutan. Omo ! Ada gerbang otomatis. Gerbangnya itu tertutup lagi dengan sendirinya. Gede bangeeett. Tapi kelihatannya gak ada orang. Tehyong menyetir mobilnya dan mengarahkan ke garasi. Pintu garasinya juga otomatis. Dia memundurkan mobilnya dan memberhentikan mobilnya. Pintunya tertutup lagi dengan sendirinya.

Diapun mematikan mesin mobil. Kami turun dari mobil. Kamipun masuk ke rumahnya. Rumahnya baguusss. Classic tapi simple.

"Hufftt, capek bangeeet," kata Tehyong sambil duduk di sofa. Kami semuapun ikut duduk di sofa.

"Ya sudah, hari ini kita gak jadi ke Neverland. Disini aja yaa," kata Ludes.

"Okaay," jawab kami semua.

"Oh sorry, kamarnya cuman ada 3. Ranjangnya juga gak terlalu gede," kata Jaeseung.

"Ayo kita undian !" ajak Jeongkok.

"Ide baguss !" kata Sehuk.

"Aku yg tulis yaa," kataku sambil mengambil kertas kosong yg berada di meja.

Aku menulis angka 1,2, dan 3 sebanyak dua kali. Lalu menyobeknya dan melipatnya. Aku menaruhnya di meja.

"Silahkan diambil," kataku.

Mereka semua mengambil. Aku hanya mendapat sisa yg terakhir.

"Satu..dua…tiga… buka !" kataku.

Kami semua membukanya.

Like A Dream [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang