Five

11.6K 568 23
                                    

Bukan rupawan yang kucari, tapi yang mampu menggetarkan hati

________<<~>>________

Ustadzah cantik itu kini berada di depan pintu toilet masjid sekolah. Baju berwarna biru muda khas seragam para guru SMA Bakti Nusa membalutnya.

"Permisi, Pak."

Pak Roby menoleh dengan sedikit membetulkan kaca mata, mencermati siapa yang memanggilnya tadi.

"Iya, Bu. Ada apa, ya?"

"Saya boleh nempel kertas pengumuman di sini ndak, Pak?"

Nuha menjelaskan sebelum Bapak itu bertanya kembali.

"Saya sedang mencari gelang yang mungkin hilangnya di sekitar sini. Barangkali ada murid yang menemukannya, Pak."

"Oh, iya, Bu. Ndak apa-apa. Saya juga nanti akan bantu," responnya selaku marbot masjid. Nuha berlalu setelah berujar terima kasih, tangan Bapak tua itu kembali berkelana dengan kuas. Mendembul sela dinding yang belum terpenuhi oleh cat.

Sepuluh menit berlalu. Pengumuman tentang hilangnya gelang Nuha berkumandang melalui mikrofon.

"Bagi siapa saja yang menemukan gelang dengan ciri tersebut, dimohon menemui beliau di perpustakaan, atau di ruangannya jika beliau tak ada disana," suara Pak Roby menggema.

Pena menari-nari diatas kertas. Fathan sedang mencatat pelajaran, namun fokusnya tercuri,memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah bel istirahat tiba nanti.

***

"Agama kita saja melarang untuk tidak mendekati zina. Apalagi sampai melakukanya. Maka dari itu para siswa dan siswi di kelas ini, dalam rangka melindungi kesucian diri bagi yang sedang menjalin hubungan yang tidak jelas seperti pacaran, sebaiknya di selesaikan segera."

Nuha berada di kelas sebelas IPS. Mengisi pelajaran konseling.

"Berarti, Us jomblo dong," seru salah satu murid.

"Jomblo justru lebih baik. Apa kalian para perempuan suka kalo di sentuh sentuh sama laki-laki yang bukan mahram kalian?"

Ada beberapa dari mereka mungkin merasa tersindir. Maraknya pacaran sudah bukan menjadi rahasia lagi. Meski mereka berada dalam lingkup sekolah islami.

"Lelaki yang baik tidak akan menyentuh perempuan yang bukan halal baginya. Belum halal kalau belum ada kata sah dari penghulu. Kalau cuma ngajakin pacaran sama saja kalian diajak bermaksiat," tegas Nuha.

"Tapi, kalau pacaranya sehat kan nggak apa-apa Us," kata salah satu siswa menimpali.

"Nggak ada istilah pacaran sehat. Pasti tetap saja nafsu ingin bertemu, berdua-duaan tetap ada, dan bisa menimbulkan fitnah. Tidak ada anjuran dan bahkan dilarang untuk pacaran dalam islam, kenapa kalian harus melakukanya? yang wajib saja masih di tunda-tunda. Tak ada jaminan meskipun pacaran lama akan berakhir ke pelaminan. Pacaran itu cuma cara syetan menjebak manusia untuk terlena dalam nafsu, mendekatkan diri pada mereka. Maka dari itu tinggalkanlah hal-hal yang di larang dan tak berfaedah itu."

"Begini, Us. Kalau pacaranya di rumah dan diawasi sama orang tua kita gimana, Us?"

Nuha menarik nafas, membuangnya. Sedikit terkejut sekaligus merasa lucu.
"Kalau begitu orang tua kalian perlu diberi tahu dengan hati-hati. Masak pacaran didukung. Setan selalu menemukan cara untuk menggoda. Seharusnya sebagai orang tua mestinya malah malu, anaknya belum di ajak ke KUA, dengan gampangnya dibiarkan berduaan, dirumah pula. Sebagai orang tua harus memberi tauladan yang baik untuk anaknya. Islam sangat memulyakan perempuan. Jadi tidak boleh membiarkan para perempuan menjadi alat pemuas nafsu. Meskipun diawasi dirumah masih akan ada celah untuk tetap berduaan, berdekatan. Pengawasan orang tua tentu terbatas. Pasti mereka berdua juga sangat memerlukan ruang untuk berduaan. Katakanlah mereka terawasi di dalam rumah. Tapi mereka bisa juga kan, bertemu di luar tanpa sepengetahuan orang tua? it's nonsense.  Dunia memang sudah memasuki masa modern, tapi katakan tidak untuk memodernkan kemaksiatan."

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang