Thirty Nine

4.3K 323 8
                                    

Budayakan 👉🌟setelah membaca, jangan lupa komennya di tunggu😍.

Miranda melempar sebuah kotak persegi lumayan besar ke arah Fathan. Mereka berdua sedang di luar pintu kediaman Miranda. Fathan bersandar di tiang, sedangkan Miranda hanya kepalanya yang keluar dari pintu.

"Tangkap, Kak," teriak Miranda. Tapi yang di suruh diam saja. Alhasil, kotak itu jatuh karena tak ada tangan yang menangkap. Cowok itu terlihat tak bersahabat.

Dasar Fathan yang nggak seru!

Miranda berdecak kesal. Gadis itu lantas mengambilnya dan menyerahkanya pada Fathan.

"Ini pegang!besok jangan lupa di pakek." Miranda setengah sadar menyuruh Fathan membawa kotak itu.

Fathan menajamkan pandanganya. Kata kesal tertulis di dahinya. Ia merasa posisinya sekarang bukan menjadi seorang pacar. Tapi lebih ke babu-babuan.

Tapi ia tidak bisa menolak permintaan gadis itu, resikonya lebih besar jika ia menolaknya. Cowok itu segera memutar kakinya untuk pergi dari sana. Tetapi Miranda memanggilnya kembali. Gadis itu melempar jaket dengan kasar kepada pemiliknya, membuat cowok itu kaget.

"Makasih."

Cowok itu hanya mendengus kesal. Lantas melangkahkan kakinya lagi.

Miranda memanggilnya lagi.

"APALAGI!" teriak cowok.

Kali ini wajah Miranda tampak serius.

"Kakak kenapa sih nggak suka sama aku?apa yang kurang dari aku?kurang baik apa aku sama kakak?aku selalu perhatian sama kakak, tapi kenapa kakak selalu aja nyuekin aku?"

Fathan menarik nafas sambil menggaruk hidungnya.

"Emang kalo gue jawab, loe bakal berhenti gangguin gue?"

Gadis itu sedikit sakit mendengar pertanyaan Fathan. Ia merasa sebesar apapun ia berusaha mendapatkan hati Fathan, tetep saja tak ada ruang di hati Fathan untuknya. Ia memang hanya memberikan ruang hatinya untuk Nuha, ruang yang hanya Nuha yang bisa menempatinya, seperti ruang tidur, dan Nuha sudah ngorok di sana, sedangkan Miranda merasa hanya seperti parasit di hidup Fathan.

"Aku cuma ingin memperbaiki diri kak, supaya kakak mau sama aku." Sebutir air mata terjun dari pelupuk matanya, menuruni pipi dan berahir di sudut bibir Miranda, gadis itu lantas menjilatnya, rasanya asin, seasin hatinya saat ini.

Bagi Fathan melihat gadis itu menangis tidak membuatnya luluh sama sekali, malah ia pamit undur diri. Cowok itu segera membawa pergi motor matic nya, meninggalkan Miranda yang mengusap air matanya.
****

Di sepanjang jalanan yang sudah sepi, Fathan menggerutu dalam hati.

"Apa dia bilang! kurang baik apa aku kak, aku selalu perhatian sama kakak," dalam hati cowok itu menirukan ucapan Miranda.

"Emang gue minta dia buat baik sama gue????, dasar cewek aneh, harusnya dia beli kaca yang besar, yang ndeketin gue duluan itu siapa coba" cowok itu masih menggerutu dalam hati. Ia juga menyalahkan Miranda, karena gara-gara dia, ia jadi meninggalkan dua sosok manusia yang bukan muhrim di dalam rumahnya, siapa lagi kalau bukan Hilya dan Hanan, sahabatnya itu menginap karena tak ada orang di rumahnya.

Lima belas menit, Fathan sudah sampai di rumahnya, orang tua mereka sedang tugas keluar kota, jadi ia tak perlu repot - repot mencari alasan alami agar tidak di salahkan pulang larut tengah malam.

Ketika ia membuka pintu kamarnya, Hanan sudah tertidur pulas dengan selimut Doraemonnya, kemudian ia meletakkan kotak yang di beri Miranda di atas meja, lalu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan gosok gigi, ia sudah shalat isya' bersama Hanan tadi sebelum pergi menjemput Miranda.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang