Fourthy Four

3.7K 230 6
                                    

"Siapa yang membawa saya kesini Us?" tanya Nuha penasaran. Ia tak mungkin kan ... bisa terbang dan terbaring disana.

"Oh, Fathan yang bawa Ustadzah kesini. Kata Andre, Ustadzah di bopong kemari sama Fathan dan langsung menelpon Dokter Aga."

Nuha tertegun mendengar itu semua. Hatinya terharu.

"Anak itu, benar-benar murid yang baik,"Nuha membatin. Meskipun sudah di tolong. Status Fathan hanya lah seorang murid baginya. Tak kurang dan tak lebih. Ia hanya merasa seperti bertemu dengan kakaknya kembali ketika Fathan menolongnya. Dan tentu membuatnya sangat berterima kasih karena sudah di pertemukan murid yang seperti Fathan. Murid yang selalu baik padanya.

****

Fathan memastikan Nuha masuk mobil dan di antar oleh Ustadz Ilyas dan Ustadzah Maryam. Setelah kejadian tadi dan Ban motor Nuha yang di kempesi. Cowok itu menjadi lebih waspada. Ia harus standby menjaga Nuha. Ia tak mau Nuha lepas dari pengawasannya mulai saat ini.
****

"Loe puas sekarang?loe puas liat Ustadzah Nuha terluka?"

Fathan dan Miranda sedang berada di atap gedung sekolah.

"Kalau iya emang kenapa?itu cuma cat! belum juga pot besar! Ustadzah Nuha juga masih hidup, kan! kenapa aku harus puas?"

Cowok itu mengepalkan kedua tangannya. Ia tak segan jika harus meninju gadis itu jika ia berganti kelamin. Tapi sayangnya ia laki-laki yang beradab.

"Gue udah lakuin apapun yang loe minta! kenapa loe masih nyakitin Ustadzah!" bentak cowok itu.

Miranda mendengus kesal.

"Lihat kak! bahkan demi guru ganjen seperti dia, kamu rela baju kamu kotor kayak gini!"oh iya sih, berani kotor kan baik ya!ujar gadis itu. Ia merasa kesal dan sakit hati melihat cowok yang di sukainya berkorban demi gadis lain.

"Ganjen? apa kaca di rumah loe kurang besar?" timpal cowok itu tak kalah sengit.

"Jadi kakak belain dia? okey! kalau kakak terus belain dia dan terus suka sama dia ... aku nggak segan-segan akan--" kalimat Miranda terpotong setelah Fathan lebih dulu menyahutinya dengan sengit.

"Akan ngancurin dia?gitu kan maksud kamu?" ketus Fathan yang sudah sangat jengah dengan gadis itu.

"Gue cukup tau aja, mahluk apa yang gue hadepin saat ini!"

Miranda masih terdiam.

"Ternyata loe ... SEBUAS apa yang gue kira!"seketika kata-kata Fathan membuat hatinya mencelus. Ia tak terima di katakan "buas". Rahang gadis itu mengeras. Lagi-lagi air matanya menitik. Selain berhati busuk, Fathan ternyata menyamakanya juga dengan binatang. Itu membuatnya murka.

Cowok itu sudah beranjak dari atap gedung itu tanpa memperdulikan air mata gadis itu. Ia sangat lelah dengan sikap gadis itu.
****

Sepulang sekolah, Fathan membeli Parsel buah. Ia pergi ke rumah Nuha.

Cowok itu kaget mendapati calon mertuanya yang juga sakit, karena melihat kaki calon mertuanya itu di perban sambil tertatih-tatih berjalan.

"Astagfirullah ... kaki Tante kenapa?"

"Ini kemarin nggak sengaja jatuh dan hampir keserempet orang, Nak Fathan."

Kenapa hari ini, Fathan mendapati kedua orang di rumah ini sama-sama terluka. Apa pelakunya juga sama?ia hanya bisa membatin dan menerka-nerka. Fathan pun membantu Ibu Nuha masuk kedalam.

"Nak Fathan duduk dulu ya, sebentar Tante panggil Nuha dulu, dia cuma sakit kepala kok,"Fathan terhenyak karena Ibu Nuha tidak tahu kalau Putrinya terluka karena insiden sehabis istirahat tadi.

Ibunya mengetuk pintu kamar Nuha terlebih dahulu. Ibu Nuha tidak tau kalau Nuha pulang awal karena kejatuhan cat dan terluka lumayan parah. Nuha berbohong pada ibunya bahwa ia hanya pusing saja. Luka di kepalanya tidak kelihatan karena tertutup kerudung.

"Nuha, ini ada muridmu Fathan mau jenguk kamu, kamu keluar sebentar ya."

Nuha yang mendengar ketukan pintu, segera memakai kerudungnya. Takut ibunya tau.

"Iya bu, ada apa?"

"Fathan ada di ruang tamu."

****

Gadis itu membuka kelambu, Pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Fathan sudah duduk di sana dengan noda noda cat yang masih menempel di baju putihnya.

"Fathan."

"Hadir Us,"Fathan mengedipkan sebelah matanya. Cowok itu menggoda Ustadzahnya. Ustadzahnya tersenyum melihat tingkah konyol muridnya. Ia masih berdiri memastikan keadaan Nuha.

"Silahkan duduk."

Fathan pun duduk, di susul Nuha yang duduk di kursi depan nya.

"Terima--"sebelum gadis itu berterima kasih, Fathan memotong.

"Sama-sama,"jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu itu, selalu saja menggoda Ustadzah,"ujar gadis itu sambil tersenyum. Entah kenapa mereka berdua tak berhenti tersenyum.

"Tapi Ustadzah suka kan ... Fathan goda ....

Yang di goda hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu jadi mengingatkan Ustadzah sama kakak Ustadzah,"gadis itu terlihat sedih.

"Pasti dia ganteng kayak Fathan kan Us,"terka Fathan.

"Dia ... sudah meninggal."

Fathan jadi merasa bersalah.

"Maaf Us, Fathan nggak tau."

"Dan dia perempuan. Kakak Ustadzah perempuan,"gadis itu kemudian menampakkan senyumnya.

"Iya nggak apa-apa, dia mirip kamu Than ... kakakku yang super baik."

"Apa dia sakit?"

"Bukan ... dia meninggal karena sesuatu yang tidak bisa Ustadzah ceritakan."

Fathan menunduk diam.

"Oh ya, kamu mau minum apa Than?"

"Ustadzah saya pulang saja. Ustadzah istirahat saja. Jangan lupa makan buahnya." Cowok itu meletakkan parsel buah yang sedari tadi di pangkuanya. Sampai cicak-cicak disana iri, kenapa bukan mereka yang di pangku.

"Ustadzah sudah baikan kok, tapi kamu jangan bilang ya sama ibu Ustadzah, takut beliau hawatir."

"Sebenarnya ada yang ingin saya katakan sama Ustadzah, sebenarnya yang---"

Tiba-tiba dering telpon berbunyi dari HP Fathan. Lebih tepatnya gadis itu mengiriminya pesan ancaman yang intinya Fathan tidak boleh melapor pada siapapun tentang kejadian tadi siang yang mana dia adalah pelakunya. Ia di haramkan melapor kepada Kepala Sekolah, Polisi, Pak Rt, terlebih pada Nuha. Jika Fathan tidak menurutinya. Gadis itu akan lebih membuat hari-hari Nuha menderita.

"Sebenarnya saya mau air putih saja, iya air putih,"dusta Fathan sambil menyambar air mineral gelas di meja. Meneguknya perlahan.

"Ow iya silahkan,"sahut gadis itu.
****

Fathan pulang setelah Adzan Asar'. Cowok itu kaget melihat Hanan sudah berada di kamarnya.

"Tara ... Kejutan!"cowok itu membawa beberapa buku bacaan yang Fathan sekilas membaca judul di covernya.

"Tara ... gue nggak terkejut tuh .... ucap Fathan dengan datarnya.

Fathan segera menggantung tasnya, ia mengambil handuk untuk mandi, tapi sahabatnya itu menahanya.

"Ini buku bacaan buat loe."

"Apaan nich!99 Hari menuju jiwa yang tenang!"Fathan membaca judulnya. Alisnya mengeryit.

"Iya, itu buku buat para jiwa yang terganggu,"Hanan terkekeh. "Loe kan lagi di ganggu sama Miranda, makanya ... loe beruntung punya teman kayak gue, gue nggak mau kalo sampe temen gue gila."

Fathan yang keteknya sudah basah. Segera mencolek ketiaknya dan mengoleskan ke pipi Hanan. Cowok itu seketika merasa terdzolimi dan mau muntah.

"Awas loe Than, sumpah ketek loe, bau banget,"Fathan tak memperdulikan gurauan sahabatnya itu. Ia memilih melanjutkan aktifitasnya tadi.
****

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang