Terdengar alunan suara seorang gadis yang sedang membaca surah Kahfi. Mengingat hari ini adalah hari jum'at. Sudah hampir empat hari ia tidak mengajar. Lukanya masih belum sembuh benar. Maka ia putuskan untuk istirahat di rumah terlebih dahulu. Ibunya yang sudah sembuh sudah beraktivitas seperti biasa. Ibunya sudah berangkat ke pasar sejak pukul enam pagi. Nuha yang bosan berbaring. Lebih memilih untuk membaca Al-qur'an. Kebiasaanya jika hari jum 'at membaca Surah Kahfi.
Terdengar suara bel. Nuha menghentikan bacaanya. Ia melepas mukenanya. Lalu menyambar kerudung instan yang tergantung di belakang pintu yang mana baru di belinya seminggu yang lalu.
"Sebentar." Gadis itu sedikit berlari menuju pintu. Ia kira ibunya yang pulang dari pasar. Ketika ia membuka pintu, tubuhnya reflek mundur selangkah. Gadis itu terkejut mendapati tamu dari masa lalunya ada di depan matanya saat ini. Tamu itu mengunci mulutnya. Ia tak mampu berkata apa-apa. Bahkan Nuha yang biasa menyambut tamu dengan ramah, ia tak melakukanya hari ini. Gadis itupun tak berani menatap tamu itu. Tanganya bergetar. Beruntung ibunya tak di rumah. Jika ada, matilah gadis itu.
Ingin rasanya Nuha membunuh laki-laki yang ada di depanya itu. Tapi itu dulu. Ketika ia sangat membenci laki-laki itu. Tetapi setelah beberapa tahun berlalu. Kebencian itu mencair dengan sendirinya. Ia sudah memaafkan laki-laki itu. Meski ia tak bisa melupakan kesalahan yang laki-laki itu perbuat.
"Untuk apa bapak kesini?" Nuha mulai angkat bicara.
Laki-laki itu menatap Nuha dalam. Seperti ada kerinduan yang begitu lama ia pendam. Laki-laki itu ingin sekali memeluk Nuha. Mencurahkan kerinduanya setelah beberapa tahun tak bertemu.
"Aku ... ingin mengatakan sesuatu. Ini sangat penting," balas Yohan. Laki-laki itu mantan guru SMA-nya.
Nuha begitu cemas, jika ibunya tiba-tiba pulang. Gadis itu memutuskan untuk mengajak laki-laki itu ke taman kota yang tak jauh dari rumahnya.
****Sehabis shubuh tadi. Fathan lembur belajar Kimia. Setelah melihat jam dinding menunjukkan pukul enam. Ia bergegas mandi. Ia mengambil handuk dan menyalakan keran. Setelah menggosok gigi ia mencari-cari sabun batang yang biasa ia gunakan.
"Ini pasti ulah Mbak Ti," gerutu Fathan, karena sabunya tinggal separuh. Ulah siapa lagi kalau bukan Mbak Tikus. Fathan bergegas keluar dengan memakai handuk. Lalu mengambil sabun di kamar mandi sebelah.
Cowok itu merasa hari-harinya sempit. Ia sulit bersosialisai dengan buku. Miranda selalu membuatnya memiliki sedikit waktu. Sampai ia lupa kebiasaanya menutup sabun supaya tidak kecolongan Mbak Ti.
Cowok itu berencana untuk menemui Nuha setelah pulang sekolah nanti. Ia sudah tidak sabar menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Nuha dan Miranda. Ia yakin jika ia mendengar jelas igauan gadis itu semalam.
****Yohan sudah duduk di sebuah bangku panjang. Di ujungnya ada Nuha. Mereka duduk bersama tetapi berjauhan. Mereka juga tidak berduaan. Karena banyak juga manusia-manusia pejuang olahraga yang hilir mudik lewat di depan mereka.
"Maafkan aku. Aku yang payah. Aku pecundang," Yohan mengawali pembicaraan mereka.
Nuha tak bergeming. Bibirnya masih terkatup. Ia enggan untuk berbicara dengan laki-laki itu. Ia masih mencerna kata-kata Yohan.
"Harusnya anda mengatakanya sejak dulu." Gadis itu membatin.
"Langsung intinya saja pak!" Nuha tak mau bertele-tele.
Yohan tidak menyangka, gadis itu bersikap lembut padanya. Nuha berubah. Nuha tidak seperti dahulu lagi. Mungkin jika laki-laki itu mengatakanya enam tahun yang lalu, pasti gadis itu akan mencakarnya habis-habisan.
"Aku selama ini mencarimu. Sejak kejadian itu. Hidupku tidak bisa tenang. Aku ingin meminta maaf dan meluruskan apa yang sudah terjadi. Aku juga ingin memberitahu, jika saat ini kamu sedang dalam bahaya besar."
Nuha terhenyak dengan penuturan laki-laki itu. Kurang besar apa bahaya yang ia alami beberapa hari lalu. Dan sekarang laki-laki itu mengatakan bahwa ia sedang dalam bahaya?ia memang sudah mengalami bahaya itu dan tidak usah di beri tahu.
"Dan aku tahu siapa yang membuatmu seperti ini," tambah Yohan lagi membuat gadis itu penasaran.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)
RomanceLebihkan cintamu hanya untuknya, bukan pada ciptaanya yang belum tentu adalah taqdirmu ~Nuha~ Cinta itu sederhana, tapi untuk melupakanya tak sesederhana itu 1 in Membaca 5 in Pesantren (Sabtu, 22 Sept...