Fifthy Five

4.4K 250 15
                                    

Cinta itu bukan PEMILU yang harus aku suarakan

-------------------♡♡♡-------------------

Surat Cinta Untuk Arwa.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah. Yang mana surat ini sampai di tanganmu. Tanpa tersobek sedikitpun.

Is it too late now to say sorry?
I am so sorry Wa. Udah bikin kamu salah paham.

Aku nggak mau ngobral gombalan. Atau menjunjungmu ke atap langit. Ya karena memang kamu nggak ada bagus-bagusnya buat di junjung. Kamu berat Wa. Aku orang yang memegang kejujuran.

Cukup kamu itu cantik aja. Nggak usah pakek banget. Takut kamu baper lagi. Terus marah sama aku.

Aku juga nggak mau nembak kamu dengan bilang I love you.
Itu pasaran. Nggak modal banget.

Aku juga nggak mau kita pacaran. Sudah umum.

Yang jelas. Aku mau. Kita seperti ini saja. Menyukaimu dengan sedang saja. Sampai tuhan mempersatukan kita. Jika memang takdir kita bersama.

Aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Tidak cukupkah kita dekat di hati?dekat di doa?bisakah kita saling menjaga hati tanpa ada ikatan yang namanya pacaran?

****

Arwa menerima surat dari Pak Pos. Baru pertama kalinya ia menerima surat asli dari Pak Pos. Biasanya cuma kiriman paketan baju online. Iya gadis olshop.

Amplopnya tak jauh beda dengan amplop kondangan. Tertera nama seseorang yang di kenalnya. Ia pun melirik bangunan tinggi depan rumahnya. Cowok hitam manis itu mengerlingkan matanya pada Arwa. Gadis itu tentu terkekeh. Ia suka cara unik cowok itu. Hatinya semakin leleh saja.

Gadis itu membukanya perlahan. Ia menarik nafas. Berharap menemukan jawaban atas kegalauanya yang ia rasakan pada Andre.

Dari judulnya. Tawa gadis itu membahana. Ia senang bukan main. Alenia pertama Arwa masih tertawa. Tapi ketika membaca paragraf ke tiga. Ia jadi bergumam.

"Judulnya Surat Cinta. Isinya ngajakin perang tuh bocah."

Setelah menerima surat itu. Arwa lebih tenang. Ia jadi tahu kalau Andre juga menyukainya. Ia tidak jadi menyukai Andre sendirian. Mengetahui hal itu saja sudah membuatnya senang bukan main.

Ia melonjak-lonjak kegirangan. Sama yang di lakukan Andre. Cowok itu juga melonjak-lonjak. Ia bahkan memeluk adiknya yang sedang menjemur pakaian di depan kamarnya.

Adiknya, Rio. Ia syok melihat kakaknya yang kesetanan menggigit pakaian yang hendak di jemurnya. Padahal cowok itu sedang salah tingkah. Ketika Arwa melirik genit pada cowok itu. Adiknya pikir. Cowok itu bahagia karena dapat nilai bagus hari ini.

"Kak ... emang harus seneng banget ya, dapet nilai bagus." Adiknya menatapnya dengan aneh.
****

Nuha mengucapkan salam ketika hendak masuk ke dalam rumah. Di sana ia tersambar petir ke tiga kalinya. Ibu nya sudah menunggunya bersama pria yang di kenalnya. Yohan ada di sana.

Nuha berharap ia kena rabun dekat. Berharap itu bukan Yohan. Perempuan itu yakin. Pasti Yohan sudah bicara banyak dengan ibunya.

"Nuha!jelaskan semua ini pada ibu. Apa yang kamu sembunyikan selama ini!" bentak ibunya. Nuha terkesiap mendengar pertama kalinya ibunya membentaknya. Ia yakin seyakin yakinya. Pasti ini ulah lidah tak bertulang milik pria itu.
****

Fathan menghubungi Miranda untuk the first time. Tapi gadis itu sedang berada di tepi danau. Ia ada di belakang rumah Fathan yang sepi. Gadis itu menengkan diri di sana.

Gadis itu tidur terlentang berbantal kedua tanganya. Ia memandang langit yang biru. Warna nya yang cerah, seakan menertawai hatinya yang sedang gundah. Titik air matanya jatuh satu persatu. Tiba-tiba hujan membasahi tubuhnya. Ia sedikit kecewa dengan langit yang tiba-tiba ikut menangis bersamanya.

Lama-lama gadis itu sadar. Itu bukan hujan. Tapi itu sisa air sabun cuci. Fathan yang membuangnya dengan asal. Cowok itu sudah selesai mencuci sepatunya yang sudah dua bulan tidak di cuci.

Cowok itu tidak tahu kalau Miranda tidur di sana. Karena ilalang yang tumbuh tinggi menyamarkan tubuhnya. Miranda basah. Ia bangun dengan wajah marah. Gadis itu berlari menimpuk kepala Fathan dengan tas nya.

"Aduh!" Fathan kaget. Saking kagetnya ia membuang sepatunya yang sudah suci dari debu.

Beberapa kalimat toyyibah terlontar dari mulutnya.

Miranda dengan baju yang sudah basah. Ia menangis. Menangis sangat kencang. Fathan menjauh. Takut di peluk. Ia lebih memilih mengambil handuk. Dan membuat sesuatu yang hangat untuk gadis itu. Gadis itu di biarkan menangis.

Fathan datang membawa handuk dan juga lemon tea.
Mereka berdua duduk di bangku panjang yang sudah lapuk. Dulu reot tapi sudah di perbaiki oleh Fathan.

"Makasih," Miranda meminum habis.

Fathan mengangguk.

Gadis itu juga mengeringkan rambutnya.

Angin semilir membelai mereka. Membuat mereka hening sejenak.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang