Fourthy Nine

3.6K 229 0
                                    

"Kamu tentu masih ingat Abriana kan?dia punya adik. Namanya Miranda. Kelas sebelas IPA. Apa kamu tidak tau kabar Abriana sama sekali?"

Nuha hanya menggeleng. Nuha juga terhenyak. Tidak menyangka jika Miranda adalah adik dari Abriana. Gadis yang sudah membuat kakaknya meninggal.

"Abriana gila," lanjut Yohan. Nuha beristigfar. Bagai terkena petir di siang bolong ia mendengar berita itu. Mana mungkin itu bisa terjadi pada gadis setenar Abriana. Nuha menggeleng-nggeleng kepalanya. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Abriana di bully teman-temanya sendiri. Sejak kematian kakakmu. Mereka beranggapan bahwa Abriana lah penyebab kakakmu bunuh diri. Gadis itu depresi berat. Teman-temannya membully nya melalui sosmed. Dia jadi merasa di asingkan dimanapun dia berada. Gadis itu memang pantas mendapatkan hukuman itu," laki-laki itu menjeda, ia mengambil nafas berat,"aku juga mendapatkan hukumanku. Aku tidak bisa hidup tenang setelah apa yang aku perbuat sama kamu. Padahal aku saksi mata kejadian itu. Tapi aku sama sekali tidak berani untuk menjadi saksi untuk kalian. Aku malah membiarkan kalian hancur. Maafkan aku, Lika." Laki-laki itu memohon dengan mencoba memegang tangan Nuha. Tapi Nuha menepisnya.

"Karena bapak takut masa depan bapak hancur?itu kan yang mau bapak katakan?" Nuha membuang muka. Bagaimana seorang Yohan, guru yang pernah di anggap sebagai guru tauladan di sekolahnya dulu begitu pengecut.

Laki-laki itu menunduk. Ia malu menunjukkan wajahnya. Nuha sepenuhnya benar.

"Iya. Aku pengecut. Aku tidak bisa menentang kekuasan orang tua Abriana. Mereka punya kekuasaan yang aku tidak bisa melawanya. Aku tidak mau jika aku ataupun keluargaku di hancurkan oleh mereka," aku laki-laki itu.

Nuha melihat nanar laki-laki itu.

"Iya. Benar kata bapak. Melindungi diri sendiri itu lebih penting. Meskipun melihat orang lain hancur," sindir Nuha. Membuat laki-laki itu semakin kecil di mata Nuha.

"Tolong bapak jangan pernah hadir lagi dalam hidup saya. Jangan pernah lagi menemui saya," pinta Nuha dengan kejamnya.

Nuha berdiri. Hendak melangkah pergi. Tapi tertahan setelah Yohan mengatakan sesuatu.

"Menikahlah denganku. Aku akan melindungimu. Gadis kecil itu tidak akan membiarkanmu hidup tenang. Ia sudah sering mencelakaimu."

Nuha menoleh.

"Menikah dengan seorang pecundang seperti bapak?" gadis itu berdecak kesal, "melindungi? ... kata 'melindungi' lebih pantas untuk pecundang seperti bapak," sengit gadis itu lalu pergi. Ia pergi dengan kesedihan yang mendalam. Gadis itu mengingat-ingat lagi masa lalunya. Mengingat bagaimana ia dulu dan keluarganya jatuh, sejatuh-jatuhnya.

Nuha masih mengingat pertemuanya pagi tadi bersama Yohan. Yohan adalah anak dari komite sekolahnya dulu. Laki-laki itu di jodohkan dengan Abriana. Orang tua mereka berdua sudah seperti keluarga. Jadi Yohan amat takut jika keluarga Abriana menghancurkan keluarganya jika ia melaporkan Abriana ke polisi dengan tuduhan pembunuhan. Yohan adalah satu-satunya saksi mata pembunuhan yang di lakukan Abriana.

Gadis itu kini sedang duduk di meja belajarnya. Ia kembali menyibak masa lalunya. Membuatnya tersedu-sedu. Pertanyaan yang berkutat di kepalanya kini sudah menguap setelah Yohan menceritakan semua. Gadis itulah pelakunya. Gadis yang tega menculik Arwa dan hampir membunuhnya. Gadis yang menerornya akhir-akhir ini. Semuanya sekarang begitu jelas. Dan kenyataan itu membuatnya semakin sedih. Ia pikir setelah ia menghilang dan memutus hubungan dengan masa lalunya, ia akan tenang dan melupakan masa lalunya yang kelam itu. Tapi taqdir membawa masa lalunya kembali. Gadis itu menaruh dendam padanya. Mungkin gadis itu mengira, penyebab dari kakaknya menjadi gila adalah Nuha. Padahal, malah sebaliknya. Abriana lah penyebab duka dalam hidup Nuha. Dan sekarang adiknya membalas dendam padanya.
****
Nuha sebenarnya ingin sekali jujur pada ibunya. Tapi gadis itu masih sangat takut jika ibunya tidak terima. Tentu saja ibunya tidak akan terima. Nuha sendiri sudah berjanji pada kakaknya untuk tidak mengatakan pada siapa pun jika dirinya sebenarnya tidak bunuh diri, melainkan terbunuh. Pikirannya berkecamuk.

Suara bel menggema, memenuhi ruang tamu. Ibu Nuha kebetulan sedang ke rumah tetangga untuk acara hajatan. Nuha segera membuka pintu, untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya. Meskipun matanya sembab. Ia juga tidak bisa mengacuhkan tamu. Ia harap bukan Yohan lagi.

Cowok ganteng mirip artis itu sedang berdiri di depan pintu. Nuha menjawab salamnya.

"Fathan."

Cowok itu mendongakkan wajahnya. Ia terlihat gusar. Cowok itu mengajak Nuha ke tempat yang ada orang ke tiganya. Supaya tidak ada fitnah di antara mereka. Mereka berdua kini sedang berada di coffee. Fathan ingin segera memberi tahu Nuha. Tentang apa yang sebenarnya terjadi dan itu hal yang buruk.
****

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang