Twenty

6K 289 1
                                    

"Jikalau semua dengan mudah bisa dimiliki, tak akan ada yang namanya berusaha begitupun juga doa"
♡♡♡

Motor matic warna putih terparkir rapi bersama motor matic kepunyaan Hilya dihalaman rumah. Fathan baru saja pulang setelah latihan drama tadi.

"Assalamualaikum, Fathan pulang," ucap Fathan lesu sambil menenteng tasnya dengan malas.

"Ini dia adik gue yang paling kece baru pulang," seru Hilya duduk di ruang tamu. Masih belum mengganti seragamnya tanpa di gubris Fathan yang segera menuju kamarnya. Ia ingin cepat mandi lalu shalat Asar'.

Kamar mandi mereka memang menjadi satu yang terletak paling belakang rumah. Fathan mengambil handuk lalu menuju kamar mandi. Setelah ia masuk terdengar bunyi orang boker di kamar mandi sampingnya.

"Kak Hilya bukanya tadi di ruang tamu," batin Fathan. Tapi kemudian ia cuek saja dan melanjutkan ritual mandinya, pasti itu kakaknya. Orang tua mereka belum kembali dari desa, dan akan sampai di rumah nanti malam.

Setelah ia mandi. Ia hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. Sembari mengambil handuk kecil di jemuran dekat kamar mandi. Cowok itu mengeringkan rambutnya.

Pintu kamar mandi khusus untuk boker itu terbuka. Fathan menoleh tanpa sengaja, seorang gadis keluar dari sana dan melihatnya.

"Aaaaaaaa. TIDAKK!" Ucap mereka bersamaan. Fathan segera menutupi dada bidangnya dengan handuk kecil yang ia pakai tadi. Ia shock dengan apa yang di lihatnya. Seorang gadis memplototinya dengan tatapan mesum.

"Tidak boleh di tolak. Ini pemandangan langka," ucap Miranda tanpa merasa bersalah dan sama sekali tidak menutup matanya. Bahkan ia masih sempat-sempatnya menoleh ke arah Fathan yang lari tunggang langgang.

Fathan berlari ke kamarnya dan melewati Miranda begitu saja tanpa menggubrisnya. Kakaknya benar-benar keterlaluan. Ia merasa sangat malu dan ternoda sedikit.

Setelah berganti pakaian. Ia segera menuju ke ruang tamu.

Hilya yang bersama Miranda sedang menonton Talkshow. Tak menyadari kehadiran adiknya itu.

"Kak!" teriak Fathan. Seketika mereka berdua menoleh.

"Apaa!" Hilya menjawab dengan jengkel. Gadis itu menaikkan wajahnya.

Fathan segera menarik kakak kembarnya itu ke dapur.

"Apa sih dek!" tanya Hilya kesal.

"Kakak ngapain bawa dia kemari!" bisik Fathan tapi kedengeran sampe monas.

"Kakak nggak budek!" sulutnya emosi.

"Sengaja bikin gue kesel?" timpal Fathan dengan kesal.

"Emangnya loe di apain sih sama dia?"

"Gue nggak suka. Kakak ngajak dia kesini!" bentak Fathan yang masih emosi.

"Aduh dek ... apa salah dia sih. Toh dia cuma main. Kakak bosen liat kamu terus tiap hari. Lagian kakak juga nggak ngasih nomer kamu ke dia kok. Udah kalo kamu nggak suka. Kamu tidur aja sana.

Gadis itu menepis rambut panjang yang menutupi pipinya.

"Dasar....tidak memuliyakan tamu," ketus Hilya lalu pergi.

****

Nuha merebahkan tubuhnya. Menenggelamkan dirinya dalam tumpukan selimut. Ia sangat sedih mendapati ibunya duduk sendirian di taman belakang tadi yang nampak melamun.

Nuha tahu ibunya sedang bersedih. Ia juga tahu penyebab kesedihan ibunya.

Sebuah foto berbingkai coklat muda duduk rapi di meja samping tempat tidurnya. Itu adalah potretnya bersama kakaknya ketika masih di jenjang SMA. Di sana ia belum memakai hijab sama seperti kakaknya yang mengamit lenganya dengan terulas senyum di bibir mereka berdua. Mereka berfoto ketika berlibur di Bali, tepatnya di Sanur beach. dan tentu saja kenangan itu masih melekat di ingatan Nuha.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang