Fourthy Six

3.7K 230 4
                                    

Gadis itu sudah menenggak dua gelas bir. Alunan musik memekakkan telinganya. Tapi ia tak peduli. Kepalanya manggut-manggut. Malam ini ia memakai singlet abu. Rambutnya terurai. Kesadaranya sudah hampir hilang.

Beruntung di depanya ada Fathan yang dari tadi menghindari wanita-wanita malam yang hilir mudik menggodanya. Fathan meminum air mineral yang ia beli di Alfamart tadi sebelum masuk ke Bar itu.

Pertanyaanya adalah ... mengapa mereka bisa masuk?tentu saja bisa. Mereka punya kartu sakti. Alias, pemilik Bar itu adalah paman Miranda. Otomatis dengan perintah Miranda. Fathan juga bisa masuk.

Fathan terpaksa mematuhi perintah gadis itu yang mana seharusnya ia saat ini sudah tenggelam dalam mimpinya. Malam sudah sangat larut. Tetapi, Miranda masih betah di sana. Fathan sama sekali tak menikmatinya. Ia gusar. Takut ayahnya tau kalau ia sekarang ada di tempat haram.

"Hey Bastard, don't touch my Boy!" Miranda berang ketika ada gadis mencoba mendekati Fathan. Miranda dengan telernya mengusir gadis itu. Gadis itu segera pergi karena merasa kalah cantik dengan Miranda.

Yang Fathan lakukan sejak dua jam yang lalu hanyalah menyapu pandangannya pada para penghuni bar itu. Mereka asyik menari. Kenapa mereka begitu menikmati hidup seperti itu. Padahal menurutnya di dunia ini hanya numpang minum. Mengapa mereka menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang. Ia juga berkaca pada diri sendiri. Mengapa ia mau berada di sana.

Lamunan Fathan pecah ketika Miranda menyentuh jaketnya. Gadis itu memilin-milin jaket yang ia kenakan. Cowok itu menepisnya. Tapi gadis itu malah tersenyum.

"Sayang banget ... kakak nggak suka sama aku. Apa sih yang indah dari seorang Ustadzah Nuha?" tanya gadis itu datar yang mana tangan kirinya memegang gelas. Mereka sedang duduk berhadapan. Mereka duduk di depan Bartender.

Fathan mengacuhkan gadis itu. Malas berdebat denganya. Karena selain ia kepikiran ayahnya. Ia juga memikirkan ulangan Kimia yang akan ia hadapi besok.

"Kakak ...," panggil gadis itu. Ia menyandarkan kepalanya di meja Bartender. Kepalanya terasa berat. Tanpa sadar ia merancau.

Fathan menoleh ketika gadis itu menyebut nama Nuha.

"Nuha itu ... iya ... guru kita itu jahat!dia yang udah bikin kakakku gila." kata gadis itu lirih. Lantas ia tidur seketika setelah membuat Fathan ternganga penuh tanda tanya dengan perkataan gadis itu.

Sontak membuat Fathan memastikan telinganya tidak salah dengar. Cowok itu ingat bahwa daki telinganya sudah teratur ia bersihkan tiap hari jum 'at.

"Maksud loe apa?"

Gadis itu masih merancau lirih.

"Kakakku yang malang." Rancau gadis itu lagi.

Nuha jahat?mana mungkin?itulah pertanyaan yang berputar dalam otaknya. Ia ingin lebih tau maksud dari gadis itu mengatakan hal demikian. Cowok itu membangunkan Miranda. Menepuk-nepuk pundaknya. Sayangnya Miranda tak merespon. Fathan pun menelpon supir Miranda. Ia tak mau mengantarkan gadis itu pulang dengan keadaan tertidur pulas.

Cowok itu takut terjadi hal enak yang di larang agama. Meskipun cowok itu sama sekali tak ada getaran dengan gadis itu. Tapi bisa saja Miranda melakukan gerak spontanitas yang dulu pernah ia terima di atap gedung. Pipi kiri Fathan sudah tak perawan. Ia tak mau pipi kanannya di perawani lagi.
****

Fathan masih mencerna rancauan gadis itu di tepi ranjang. Ia sudah berada di kamarnya setelah melewati beberapa rintangan yang mana pertama, ia harus rela jaketnya terkena muntahan Miranda. Kedua, ia harus menutup mulut Hilya dengan susu kotak kesukaanya terlebih dahulu, ia tak mau ayah dan ibunya yang sudah tertidur pulas sejak pukul sembilan itu tahu kalau ia pulang selarut ini. Bulan ini memang mengantarkanya pada kemiskinan. Beberapa lembar ratusan ribu uangnya menangis harus berpisah dengannya. Ia kena palak dua gadis.

Cowok itu mengambil ponselnya. Hendak menelpon perempuan bernama Nuha. Tapi ia lupa. Waktu sudah larut. Pasti Ustadzahnya itu sudah tidur bersama gulingnya.

Cowok itu pikiranya tersumbat. Menilik dan mengkaji ulang kejadian-kejadian menyedihkan yang di alami Nuha. Ia jadi bersu'udzon, kalau Miranda lah pelakunya. Cowok itu juga penasaran. Pasti ada masa lalu buruk antara Nuha dan juga Miranda. Ia sulit memejamkan matanya. Tidak sabar untuk menanyakanya pada pihak yang bersangkutan.
****

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang