Twenty nine

4.9K 244 1
                                    

Keluarga itu seperti anggota badan, ketika salah satu diantaranya sakit, maka anggota badan lainya akan terasa sakit pula, sama halnya jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, tentu anggota keluarga lainya akan merasakan sakit pula,

Hari ini hari Minggu, hari H-1 sebelum haul sekolah SMA Bakti Bangsa,

Seorang gadis dengan rambut pirang panjang sepinggang, di kuncir kuda, ia bertopi, memakai sepatu ket, berkaos lengan panjang dan menggenakan bawahan celana pensil, Miranda membenarkan posisi topi hitamnya yang senada dengan warna celana jeansnya, ia berjalan pelan mengikuti seorang Suster yang akan mengantarkan nya ke lantai dua, kamar kakaknya,

"Hai cantik....." sapa pasien rumah sakit itu, seorang bapak bapak kucel menggodanya

Miranda bergidik ngeri, Suster itu lantas menggandengnya dan menyuruhnya berjalan cepat melewati lorong lorong yang di penuhi pasien rumah sakit jiwa itu, ada yang berjalan menimang nimang sebuah boneka, ada yang diam tak bergerak maupun bersuara, ada pula yang sedang bermain petak umpet di belakang tembok yang ia akan lewati, memang susah jika harus melewati mereka, karena biasanya mereka sering menggangu.

Setelah melewati beberapa kamar, Miranda sampai juga di sebuah kamar, di sana seorang gadis sedang duduk di tepi ranjang, diam tak bersuara, hanya memandang kosong kedepan, ia mengayunkan kakinya berkali kali, rambutnya sama sekali tak terawat, kadang sesekali ia menggaruk kepalanya, kulitnya pucat, ia menggenakan baju tidur warna biru muda, seragam pasien rumah sakit itu,

Miranda tak mampu berkata kata tatkala menjumpai kakaknya seperti itu, kakinya lemas, ia menatap haru kakaknya, matanya berkaca-kaca, ia melangkah dengan gontai mendekati kakaknya, Suster menungguinya di luar kamar,

"Kakak......kenapa bisa jadi seperti ini kak??" Miranda menggoyang kedua tangan kakanya, tangisnya pecah seketika, ia menangis memeluk kakaknya, sedangkan kakaknya masih tak bersuara, memandang atap langit, Miranda masih dalam tangisanya

"Jawab aku kak....kenapa kakak diam saja?, apa yang di lakukan mereka.....jawab aku?" Miranda mengguncang tubuh kakaknya itu dan masih dalam isakan tangis,

Kakaknya kemudian melihatnya

"Siapa kau?" Tanyanya jutek tapi tak melepaskan tangan adiknya

Adiknya tak menyangka kakaknya sudah tak bisa mengenalinya, ia semakin menambah volume suara tangisnya, lalu memeluknya kembali

"Aku janji kak, aku akan balas mereka, mereka yang menyakiti kakak" ujar Miranda, ia mempererat pelukanya

Kakaknya itu penderita Schizophernia, gangguan mental yang dialaminya akibat di bully oleh teman-temanya dulu ketika SMA, pikiranya sudah terputus dengan kontak dunia, penderita gangguan mental ini pikiranya berbanding terbalik dengan realita, dan tentu gangguan mental ini sangat sulit untuk di sembuhkan, bahkan bisa seumur hidup, Miranda mengutuki semua orang yang menyebabkan kakaknya seperti itu, termasuk orang tuanya, yang mengasingkan kakaknya di tempat itu.

****

Nuha sedang berada di panti jompo, ia menyuapi seorang nenek, kaki nenek itu lumpuh dan duduk di kursi roda, nenek itu bercerita banyak hal pada Nuha, tentang keluarganya, tentang bagaimana wanita tua itu bisa berada disana

"Nenek senang ada anak gadis seperti kamu masih mau peduli dengan orang tua lemah seperti kami" ucap nenek itu menghembuskan nafas berat, wajahnya terlihat muram

Nuha hanya melemparkan senyumnya saja, dan lanjut menyuapi nenek itu

"Nenek tidak habis fikir, kenapa Ningsih dan menantuku tega membuang aku di sini" cerita nenek itu meneteskan airmatanya, cerita itu sudah berulang ulang kali di ceritakan oleh nenek itu,

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang