Nine

8.4K 445 6
                                    

"Yang sejuk itu ketika berada diantara semilir angin bukan diantara banyaknya angan, karena ketika aku berangan padamu, rasanya mustahil untuk memilikimu"
****

Fathan berbaring di tengah lapangan futsal sambil memejam. Ketika membuka mata, lagi-lagi paras ayu itu muncul. Diangan-angankanya sesuatu yang indah bersamanya sambil menorehkan senyum. Tanpa sadar seseorang mendekat. Mengiranya tak waras.

"Woy, Than!"

Karena kaget, cowok itu memekik. Gelagapan. Tahu-tahu ada suara renyah tawa. Andre sudah berada di depannya.

"Kira-kira dong. Bangunin kayak ngusir ayam." Raut wajahnya kini ditekuk.

"Loe sih, senyum-senyum nggak jelas. Kan gue nya jadi kawatir."

"Ow itu tadi yang namanya kawatir? gue kaget Tong!"

"Maapken. Udah ah. Kepanjangan. Jadi lupa, kan gue mau ngapain kesini."

"Dasar kakek-kakek."

"Dasar piktor. Itu, loe disuruh ke ruangnya Ustadz Ilyas."

"Emang ada apaan?"

"Nggak tau. Mau dikawini kali sama anaknya. Hahahah. Gue tinggal dulu."

"Ya."

Berpikir sejenak, matanya berpijar ketika ada suatu yang diinginkanya terjadi. Semoga ia melihat Nuha disana. Hari ini perempuan itu tak ada jadwal mengajar dikelasnya. Merasa hampa.

***

Tak disangka petik dicinta ulam pun tiba. Baru kakinya melangkah ke muka pintu kantor, manik matanya menangkap perempuan bermata dalam itu disana. Sedang asyik dengan komputer. Seorang diri.

Dengan senang hati ia masuk. Bertemu dengan Nuha membuat kakinya kelu untuk melangkah, debaran dadanya pun menyusul. Lidahnya bahkan lupa mengucap salam. Apalagi matanya pun ikut menunduk malu-malu. Fathan jadi terheran-heran dengan dirinya sendiri, apa Nuha sangat begitu berperan dalam perubahan sikapnya akhir-akhir ini? mata yang tak fokus, pikiran yang terus mengurucut pada raut wajah perempuan itu. Sampai tubuhnya menyenggol berkas diatas meja yang baru terlewati. Tumpukan kertas itu pun jatuh berserakan.

Fathan yang tersadar menjadi gugup serta salah tingkah.

Perempuan itu mau tak mau terpatik untuk menoleh.

"Fathan. Cari siapa?"

Diam sesaat sambil menggaruk tengkuk, Fathan sampai lupa untuk apa ia datang ke sini. Gerogi menyergap.

"Oh itu, Us. Ustadz Ilyas ada?"

"Kayaknya Pak Ilyas baru saja tadi keluar. Tadi tiba-tiba dipanggil kepsek. Kamu coba kembali saja nanti, ya."

"Hehehe, iya, Us. Saya rapihin kertas-kertas ini dulu."

"Ow, iya. Sekalian Us bantuin. Bisa kena omel Ustadzah Maryam nanti kamu."

Semakin gadis itu berjalan kearahnya, tangan Fathan berkeringat. Senang bercampur gugup.

"Kamu tadi liat apa, sih, Than. Kok sampe meleng gitu."

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang