Two

14.7K 719 37
                                    

Kini namanya akan terlantun dalam doa

______________<<<•>>>_______________

Sedang di ujung pojok kelas yang diidentifikasi banyak nyamuk betina bersarang disana, Fathan terduduk, mengelus sebuah gelang. Mengeja berkali-kali sebuah kata yang tertulis disana.

"Kemana ya, gue musti nyari tuh cewek. Berasa jadi Prince Charming nih, gue."

Sudah lima menit yang lalu tatapanya menerawang sambil bibir tipisnya terus melengkung. Tersenyum sendiri.

Entah sejak kapan, Fathan tak bisa berhenti memikirkan gadis itu. Bayangannya selalu datang menggangu. Membuatnya terlena membuang waktu. Memikirkanya dari waktu ke waktu.

Meski sudah ia tepis dengan bacaan istighfar tapi bayangan itu selalu saja datang dengan wajah teduhnya. Apa perlu dirinya meludah tiga kali ke sebelah kiri seperti anjuran Kanjeng Nabi. Tentu untuk mengusir Syetan penebar nafsu. Nafsu memikirkan perempuan itu.

Sebelum sahabat satu-satunya itu datang, segera gelang itu disimpanya kedalam saku.

Dari dekat mata memandang, Hanan berjalan cepat tapi tenang, menuju tempat duduknya.

"Cie! Loe senyum sama siapa? Kesambet lu?" tanya hanan sembari mendaratkan pantatnya yang kebesaran. Memberi beban berat pada kursinya. Tas dilepaskanya segera.

"Apa, sih!"

"Ni ada surat buat lu."

Sebuah surat terulur dari tanganya.

"Capek gue jadi tukang pos mulu!" imbuhnya. Ia terlihat lempeng.

"Kalo capek kenapa di terima!" Fathan protes dengan ringanya sambil menyoroti benda berwarna pink itu.

"Yang titip cantik, sih. Nggak tega aja kalau cintanya tak tersampaikan."

"Ow.... Ya udah gue buang aja kalo gitu." Ini karena Fathan sudan bosan dengan isinya yang pasti surat pernyataan cinta. Baginya ini belum waktunya berurusan dengan lima huruf itu. Pasti meminta pacaran dengannya. Pacaran yang menurutnya pembawa maksiat.

"Alamak! Than. Hargai dikitlah perasaan orang."

"Iya ... entar gue baca," jawab Fathan malas.

"Sekarang! gue penasaran, ya,ya? Hanan tak sabaran.

"Kok loe kepo, sih!" ia melirik sebal pada sahabatnya.

"Cuma pengen tau ... bahasa cewek cantik nyatain perasaan," jawabnya santai.

"Iya, ini gue buka. Puas, loe!"

Sebelum Fathan membaca, dengan cepat Hanan merebutnya. Tidak ada perlawanan dari sang sahabat. Tanpa menunggu, Hanan membuka amplop surat itu.

Hening sejenak.

Dear Fathan,

Wajahmu bagai bulan,
Kau menari-nari di hatiku
Kala itu aku menemukanmu di tepi sungai.

Sejenak ia berhenti.

"Gila! dia pikir lu nabi Musa kali! di hanyutin di sungai nil."

Hanan pun melanjutkan.

Aku tersipu malu melihatmu tersenyum
Senyummu bagai petir,
Menyambar-nyambar hatiku
Kamu adalah batu permata dari ribuan batu kerikil di tepi sungai
Maukah kamu menerima cintaku?

Wa: 085675909702
Pin BB: 7adb4c
IG: Mirandakumalasaricantique
Alamat: Jl.Jati sari gang 04 nomer 5 rt 9 rw 8 waru, Sidomukti.

"Banyak pahala nih, cewek. Udah bikin gue ketawa." Tak kuasa Hanan menahan tawa hingga perutnya terasa sakit. Fokus Hanan teralihkan, diliriknya sahabatnya yang sama sekali tidak antusias.

"Ketawa dong, Than. Ini lucu tau."

"Kayaknya kiamat udah dekat deh Than. Banyak cewek udah nggak malu mengumbar perasaan," imbuhnya.

"Itu mengumbar aurot, dodol!" jawab Fathan kesal.

Bel tanda masuk berbunyi. Seluruh siswa masuk kelas dengan tertib.
Seperti biasa. Ketua kelas mulai memimpin doa. Mereka lalu membaca al-qur'- an lima belas menit, di susul membaca asmaul husna.

"Eh denger-denger nih ... Ustadzah Isma mau pindah keluar kota sama suaminya," cerocos Arwa pada teman sebangkunya. Sementara dibelakangnya ketua kelas dengan seksama turut mendengarnya.

"Beneran? Kata siapa, Jeng?"

"Tadi pagi gue denger Bunda telponan sama dia. Katanya, sih suaminya pindah dinas. Bersyukur banget tau nggak, sih pas gue dengernya."

"Hahahaha, loe pasti masih sebel ya sama tuh Ustadzah?"

"Iyalah. Gimana nggak kesel. Uang jajan gue dipotong kan gara-gara dia."

"Hahahaha. Ya lo sih. Ngajak ngobrol nggak liat-liat sikon."

"Apaan, sih. Banyak juga kali yg ngobrol pas lagi pelajaran. Gue nya aja yang lagi apes kena semprot. Sebelnya tuh pas dia laporin gue ke nyokap. Kan nggak adil. Masak cuma gue yang kena."

"Iya, tapi mereka kan pake bisik-bisik kalem. La elu! Bisik-bisik loe kayak pakek toa, tau!"

"Hahahaha. Ya abisnya seru sih."

"Semoga banget, yang gantiin Ustadz ganteng,kan lumayan. Bisa cuci mata oi!" timpal Lisa. Teman sebangkunya.

"Mau yang gantiin Ustadz ataupun Ustadzah, yang penting beliau dapat memahamkan murid- muridnya, dan ilmunya bisa kita manfaatkan dengan baik. Lagian manggil yang lebih tua itu harusnya yang sopan," sergah Andre menimpali obrolan mereka.

"Amiin!" ucap Arwa ketus lalu menatap kembali ke depan.

Ia sedikit merasa sebal, waktu ngerumpinya yang seru jadi terganggu. Dirinya sama sekali tidak menyukai mahluk yang berada di belakangnya itu. Andre, ketua kelas mereka.

***

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang