Eight

9.4K 477 13
                                    


Antara nafsu dan cinta. Bukankah itu terasa samar?

________<<•>>_________

Berhubung bosan menyerang, Cowok itu memutuskan untuk pergi ke Supermarket. Lumayan. Ada beberapa camilan yang akan menemaninya nonton film. Malam ini hanya dirinya yang berada di rumah, orang tuanya pergi hajatan sedangkan sang kakak, Hana masih berada di kampus.

Malam terasa dingin dan remang. Tadi padahal ketika berangkat masih ada kumpulan bapak-bapak main catur di depan balai desa. Sekarang sunyi senyap. Tahu begitu harusnya tadi ia bawa motor. Sayangnya, malas saja untuk mengeluarkan motor matic putihnya. Lagi pula jarak antara rumah dan Supermarket kurang lebih hanya 100 meter. Ia kini mungkin perlu mempercepat kaki. Pohon di depan Balai desa cukup menyita keberanianya. Kata orang-orang pohon yang banyak ulatnya itu ada penunggunya.

Dari kejauhan dedauan pohon itu bergoyang tatkala angin berdesir. Menambah bulu romanya berdiri. Seakan langkahnya semakin lambat.Hanan menjadi resah.

Suara derap kaki seseorang di dengarnya dari belakang. Tak ada keberanian untuk dirinya menoleh. Bisa jadi penghuni pohon yang akan di laluinya itu mengikuti. Dengan dada meletup-letup ia berlari.

Bukanya suara derap kaki tadi hilang malah semakin jelas. Hanan semakin mempercepat larinya.

"Kak. Tungguin!" seseorang memanggil dengan nafas menderu. Suaranya sama sekali tak tertangkap Hanan yang sedang ketakutan.

"Kak Hanan stop!"

Entah orang atau roh halus. Hanan berlari tunggang-langgang. Meninggalkan sendal jepitnya yang putus sebelah.

"Tolong! tolong!" teriaknya.

Bodohnya Hanan, harusnya kalau seorang penakut sepertinya tak usah keluar kisaran pukul sembilan. Hanan lupa jika lampu penerangan sekitar perumahan jam setengah 10 mengalami pemadaman bergilir di blok A. Hanan harus kuat untuk pura-pura berani menembus jalan remang itu.

Sambil menutup mata ia berlari. Sampai lupa jajanan yang dibelinya sudah tak berada di tangan.

Akhirnya ia sampai di gerbang rumah. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.

"Tolong!" teriaknya tanpa menoleh.
Hanan masuk lalu mengunci pintu. Sama sekali tak berani mengintip melalui kaca jendela.

Pintu diketuk membuat matanya terbelalak.

Inikah rasanya di goda hantu? batinya.

Hanan pun tak henti- hentinya membaca Ayat Kursi, tapi tetap saja hantu itu tidak pergi. Malah mengetuk pintu lagi. Bahkan ia mendengar salam.

Ide seketika muncul di kepala. Hanan lari menuju kamar mandi. Kembali menuju pintu depan dengan membawa sesuatu di tangan.

"Allahuakbar!" teriak Hanan sambil membuka pintu.

BYURRRRR ....

"Uhuk! kok aku disiram air sih!" bentak gadis itu yang ternyata penitip surat cinta untuk Fathan tempo hari.

Hanan terperanjat. Tersadar bahwa yang didepannya ini manusia. Cantik pula.

"Si-siapa?" Hanan merasa bersalah.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang