Seven

9.4K 511 16
                                    

Bahagia itu sederhana. Sekedar dekat dengannya, di Sampingnya.

♡♡♡

"Mbak. Es teh sama dua bakso. Yang banyak kuahnya, ya. "

"Iya, Neng."

Di warung bakso perempatan jalan mereka bersinggah sebentar. 30 menit yang lalu pun mereka mampir di masjid. Membutuhkan waktu satu jam lagi untuk mereka sampai. Lumayan menguras tenaga Fathan. Kakinya sudah terasa ngilu.

"Than. Kalo kemaleman nanti kamu pulangnya dianterin Masku saja, ya. Besok sepedahnya biar aku paketin."

Iya juga ya. Ngomong-ngomong, kalau sepedahnya di rumah Nuha, besok kalau ia sekolah naik apa. Ow iya, Fathan lupa kalo punya teman. Hanan solusinya.

"Em... Mas, maksudnya saudara Ustadzah, ya?"

"Iya."

Baguslah, ia kira, Mas yang dimaksud suaminya.

"Tadi Masku sulit di hubungi. Ternyata dia lagi di Madura. Nanti Isya' baru pulang."

Waduh, mana Fathan lupa lagi belum bilang sama orang rumah.

Perempuan itu menyeruput tehnya yang ternyata masih panas. Reflek, ia mengipasi lidahnya dengan tangan.

Fathan yang melihat, tanganya bergerak mengambil satu buku dari tas. Cover dirobeknya.

"Waduh, Us. Itu pasti panas banget."

"Iya. Aku kira tehnya anget."

Fathan turut mengipasi wajah Nuha. Memandangnya, gelenjar debar di dadanya hadir lagi. Sontak membuatnya tegang. Wajahnya memanas. Tanganya pun beralih mengipasi diri sendiri. Aneh memang kalo lagi jatuh cinta.

"Monggo."

Pesanan mereka tiba. Saatnya perut mereka terisi.

Bukanya makan, Fathan malah menatapi perempuan disampingnya..

"Ow jadi gini rasanya makan sama Bidadari."

Bibirnya tak lepas mengulum senyum. Yang dipandangi tidak merasa, malah sibuk dengan bakso jumbonya.

Kalau Siti tidak malu untuk menyeka sisa makanan di gigi Hanan, cowok itupun juga memberanikan diri untuk mengambil tisu, menyeka potongan daun bawang di tepi bibir Nuha. Matanya pun beralih fokus melihat bibir pink-nya. Tangannya merambat, menyentuh bibir itu dengan tisu.
Terasa lembut.

Mendapat perlakukan seperti itu, Nuha mengedipkan sebelah mata.

"Loh, Than. Kok nggak dimakan?"

Lamunan Fathan buyar. Khayalannya terlalu tinggi untuk sampai kesana. Mana mungkin Nuha berkedip untuknya. Yang ada perempuan itu pasti menamparnya duluan. Susah memang kalo suka sama yang lebih tua.

Dibalik serunya makan bakso, keringat meluncur membasahi wajah. Nuha merasa gerah. Ia mencari sesuatu untuk menguapkan peluhnya. Matanya menangkap buku sobekan tadi.

"Ini bukannya cover buku? kenapa di sobek?"

"Enggak apa-apa kok, Us. Bisa saya ganti. Pakai saja."

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang