Eighteen

6.2K 463 8
                                    


Geng rumpi kelas Ipa 1, yang beranggotakan lima anak itu sedang bercengkrama.

"Eh, tadi malem gue ngelakuin hal terkeren yang pernah gue lakuin dalam hidup!" Arwa merasa exiciting.

"Hah? apaan emang, Wa?" Lisa penasaran, yang lainnya pun turut mendengarkan.

"Tadi malem, gue maki-maki orang! keren nggak sih, gue!" paparnya sambil meniup ujung kerudung.

"Maki orang kok, bangga," seru yang lainnya.

"Yeah, loe nggak tau, sih. Bias kita dibilang nggak profesional. Gue sebagai kpopers sejati ya nggak terimalah!"

"Sumpah?! Blackting dihujat? siapa?! ceritain ke kita!" kini ganti lisa yang memerah, ia bersungut.

"Pas gue liat yutiup, ada tuh satu akun yang nyebelin banget. Masa dia bilang bias kita itu menye-menye, sombong, nggak profesional, nggak pantes jadi idola!"

"Ih! gue kok jadi pengen mites-mites tuh orang, sih. Buruan sebutin nama akunnya apa?!" Lisa sampai berdiri karena emosi.

"Lah, loe aja marah, apalagi gue! idola kita masak dikatain kayak gitu! ya gue katain balik. Gue absen aja penghuni kebun binatang, gue sumpahin dia nggak bisa boker lima hari, kutuan seumur hidup. Gue keren kan?"

"Keren! gue juga bakal rela mati demi mereka. Maju nomer satu demi membela idola kita. Ya, nggak?" seorang lain ikut terpatik amarahnya.

"Bener! sampai titik darah penghabisan!"

Andre yang menangkap obrolan mereka seketika terbahak. Mau tak mau mereka membalik badan.

"Astagfirullah! sadar umur dong! kalian udah tua! ribut kok hal-hal yang nggak jelas."

"Apa lo tadi bilang? nggak jelas lu bilang?! diem loe bencong. Tau apa lo! bias kita tuh yang terpenting dari apapun!" Arwa tiba-tiba ngamuk.

"Terus loe dapat pahala gitu? belain mereka dengan maki-maki orang? girls, open your mind! malu dong sama hijab kalian. Muslimah kok mulutnya rusak."

"Kalo mau ceramah, bukan di sini Bang. Di masjid sono! berisik amat jadi cowok!" Arwa bukannya tersadarkan, malah semakin dipenuhi emosi.

"Ini udah kewajiban sebagai muslim buat saling mengingatkan. Salah kalo gue ngingetin kebaikan? inget girls, nanti di akhirat apa yang kita idolakan kita bakal dikumpulin sama mereka!"

"Sok tau lo, Ndre. Liat akhirat aja nggak pernah. Gue paling nggak suka ya denger orang sok bener kayak loe ini."

"Wa. Apa yang gue bilang tadi itu perkataan Rasul. Wah bener-bener lu."

"Masak, sih. Emang ada hadist kayak gitu?" kini Arwa penasaran.
"Makannya kalo guru lagi njelasin tuh jangan gibah mulu. Istighfar sana! minta maaf tuh sama pemilik akun yang loe maki."

"Enak aja. Kan dia duluan yang mulai."

"Wa. Muslim sejati tuh yang menebar kebaikan. Apa salahnya minta maaf. Mumpung loe masih dikasih kesempatan nafas, buruan minta maaf. Bisa aja, Wa, orang yang loe sakitin hatinya itu bisa jadi kan... penghalang buat loe masuk surga."

"Loe kok nakutin gue, sih, Ndre."

"Gue nggak nakutin, cuma ngingetin."

Obrolan mereka bubar tatkala sepatu pantofel hitam memasuki ruangan, melisankan salam. Nuha lantas menyapa mereka.

"Hai semua. Jangan lupa mulai hari ini kita akan berlatih. Saya memilih hari ini karena kalian tau kan ... hari ini kalian free extrakulikuler. Jadi lebih leluasa untuk kalian latihan. Saya tunggu ya nanti sore."

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang