"Us. Miranda ternyata ... nyimpen foto kita berdua selama ini."
Tenggorokan Nuha terasa tercekik. Apa lagi ini!
"Foto? ... foto apa maksud kamu, Than?"
"Saya dulu pernah nolongin Us di halte. Saya juga pernah memeluk Ustadzah ketika bola basket hampir mengenai kepala Ustadzah. Saya juga pernah ngasih bunga di ruang Ustadzah waktu itu, dan yang terakhir ... saya juga pernah meluk Ustadzah ketika Ustadzah nolongin saya di danau itu. Miranda selama ini nbuntutin kita. Dia juga nyuruh orang buat motret kita diam-diam."
Nuha merasa tersambar petir untuk kedua kalinya. Wajahnya terlihat mengiba.
"Maaf Us. Gara-gara saya. Ustadzah jadi ikut dalam masalah ini. Dia ngancem saya. Kalau saya nggak mau jadi pacarnya dan menuruti apapun permintaannya, dia bakal .... Fathan menarik nafas, "dia bakal nyebarin semua foto itu."
Nuha menelan ludahnya. Ia tak mampu mengatakan apapun. Kepalanya tiba-tiba pening.
"Kabar buruknya ... saya sudah berusaha untuk menuruti semua permintaanya. Tapi lama-lama saya menjadi amat begitu bodoh jika saya harus menjadi kerbau di mata dia. Saya nggak mau dia memperbudak saya maupun Ustadzah. Saya akan tanggung jawab Us. Jika dia nyebarin foto-foto itu. Saya bakalan jujur sama semuanya kalau saya lah yang bersalah. Saya lah yang ngejar-ngejar Ustadzah." Terang cowok itu dengan berani.
Belum sampai Nuha membalas. Fathan menambahkan lagi.
"Saya sedikit aneh dengan Miranda. Saya pernah lihat dia di lantai atas, ketika ustadzah ... kejatuhan cat itu. Dia lah pelakunya Us. Dia pun sudah mengakuinya. Dia sama sekali tidak menyesal."
Nuha mendengarkan dengan saksama. Perempuan itu seperti mendapat konfirmasi kebenaran dari omongan Yohan kepadanya.
"Maafin saya Us. Saya menyesal sudah bikin masalah kayak gini. Saya--"
"Sudah Than. Ngak papa. Bagaimanapun juga ini bukan salah kamu. Miranda memang dendam sama Ustadzah."
Nuha meneguk ludahnya lagi. Terasa sangat pahit baginya.
Fathan tak kalah kaget. Ternyata benar perkiraanya. Miranda memang ada udang di balik batu dengan Nuha. Perempuan itu menceritakan semuanya pada Fathan. Entah kenapa perempuan itu merasa aman jika berbagi rahasia pada cowok itu.
Flashback ....
Pagi itu sekolah libur. Lebih tepatnya hari itu hari minggu. Abriana mengirim pesan pada Nuha. Memintanya untuk datang ke sekolah. Gadis itu ingin membuat perhitungan pada Nuha. Abriana selalu merasa Nuha adalah saingan terberatnya. Selain pintar dan juga lebih cantik darinya. Nuha juga sudah merebut hati Yohan. Pria yang di jodohkan denganya. Hari itu Nuha tidak curiga sedikitpun jika Abriana akan mengancamnya dan menyuruhnya untuk pindah sekolah.
Pesan yang dikirim oleh Abriana pun berisi meminta bertemu dengan Nuha. Dan bermaksud untuk meminta maaf pada gadis itu. Tapi nyatanya Nuha salah. Nuha tetap pergi meskipun Kak Indah sudah mencegahnya untuk pergi. Nuha kira teman yang suka membulinya itu sudah berubah. Jadi ia bersikeras untuk pergi.
Di lapangan basket belakang sekolah mereka bertemu. Nuha dengan payungnya menunggu Abriana.
"Lika," panggil gadid itu padanya.
Nuha menoleh. Abriana membawa pisau lipat di tangannya.
"Loe kaget. Gue bawa pisau?"
Nuha menggeleng. Ia tidak hanya takut tapi ngeri. Ujung pisau itu mengkilat.
"Sayang banget kalo pisau ini nggak gue pakek. Udah jauh-jauh dateng kesini bawa pisau. Ya harus gue manfaatin dong ....
Nuha mempererat pegangan tanganya pada payung. Seakan hanya payung itu yang bisa menyelamatkanya.
Nuha mundur beberapa langkah. Abriana semakin mendekat.
"Loe itu sok cantik. Sok pintar. Bahkan Yohan pun suka sama gadis miskin kayak loe, " gadis itu memang tak suka jika ada yang lebih unggul darinya.
"Mending gue lenyapin loe. Atau ... mungkin loe milih pindah atau mati di sini?" ancam gadis itu pada Nuha.
Ketika gadis itu akan menusukkan pisau itu. Kak indah tiba-tiba datang. Kakaknya melerai. Ia dengan segera menjadi tameng Nuha.
"Ow ... kakak tercinta datang rupanya. Manja banget sih loe jadi cewek!"
"Manja?itu bukanya sifat loe sendiri?loe itu yang anak manja. Cuma karena loe beruntung di lahirkan dari keluarga kaya. Loe jadi se enaknya gini nyiksa orang lain. Loe harusnya sadar. Sifat loe kayak anak Tk."
Abriana meluapkan emosinya. Karena sejak kecil gadis itu selalu di manja. Ia menjadi sangat marah jika ada yang menghinanya. Gadis itu melayangkan sebuah tikaman. Kaki gadis itu terpeleset dan jatuh menubruk Kakak Nuha.
Abriana segera berlari ketika mendengar jeritan Nuha. Kakak Nuha yang bernama Indah itu seketika sekarat. Perutnya tertusuk benda mengkilap yang di layangkan oleh Abriana. Hujan mengguyur mereka berdua dengan di iringi suara tangisan Nuha. Sedangkan Abriana sudah berlalu dengan mobilnya yang terparkir di depan pintu gerbang.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)
RomanceLebihkan cintamu hanya untuknya, bukan pada ciptaanya yang belum tentu adalah taqdirmu ~Nuha~ Cinta itu sederhana, tapi untuk melupakanya tak sesederhana itu 1 in Membaca 5 in Pesantren (Sabtu, 22 Sept...