Bersama seorang yang dicinta, setiap hari bersamanya adalah Surga
______________@@@_______________
Bangunan yang bertahun-tahun ditempati Nuha itu telah disulap sedemikian rupa. Tampak dekorasi nuansa berwarna putih tulang menghiasi kediaman Nuha. Akad Nikah yang mereka rencanakan sebentar lagi akan dimulai. Fathan sudah siap dengan setelan jas dengan peci putih yang senada dengan baju menempel pas di kepalanya. Kumis tipisnya pun sengaja ia tumbuhkan.
Jantungnya tak berhenti berdentum mengingat ini pertama kalinya ia akan mengucapkan kalimat yang akan menghalalkan hubunganya dengan Nuha, dimata Allah maupun dimata manusia.
Fathan sedang berdiri menunggu sang mempelai wanita selesai dirias.
Para tamu sudah berdatangan menempati kursi-kursi kosong yang sudah ditata sedemikian rupa sejak pukul tujuh tadi.
Kameramen pun sudah siap untuk mengabadikan momen detik-detik kebahagiaan mereka. Di sebuah kamar, pengrias sedang menyapukan perona pipi. Di susul pemberian eyeshadow dan pemasangan bulu mata menanti.
Ibu Nuha yang ikut menyaksikan anaknya dirias, merasa bahagia sekali anak bungsunya akan mengakhiri masa lajangnya. Dalam hati pun beliau berdoa, semoga rumah tangga mereka berdua senantiasa diberi kadamaian, kebahagiaan.
"Assalamualaikum calon Imam!"
Cowok berbaju batik itu menepuk keras bahu Fathan. Ia menoleh. Cowok berkulit sawo terlalu matang itu meringis. Memamerkan gigi-giginya yang baru disikat.
"Aduh! Sakit tau! Nggak kira-kira!" Fathan menghadiahinya dengan pelototan.
"Salam itu dijawab!"
"Waalaikumsalam!" Jawabnya sambil merengut. Lantas kemudian ia memeluk Hanan. Mengucapkan rasa terima kasih karena sudah mau datang.
Hanan mengambil segelas minuman rasa yang dibawa oleh pramusaji yang lewat dihadapannya. Namun diambil lagi oleh Fathan.
"La yasrobanna akhadukum, Nan." Tapi minuman itu sudah diteguk habis oleh Fathan.
"Kamvret lu, Than!"
"Hehehehe iya maaf. Sabar. Ntar gue ambilin lagi. Gue lagi tegang banget nih."
"Bener-bener tidak memuliakan tamu."
"Hehehe. Udah ayo duduk."
Fathan pun meminta sepiring dan segelas minuman rasa untuk Hanan yang baru tiba. Mereka sedang duduk-duduk di kursi para tamu.
Setelah selesai makan. Hanan melayangkan satu pertanyaan pada Fathan. Tapi tertahan. Karena jawaban atas pertanyaan on the way nya itu sudah terjawab. Siti datang dengan membawa satu buah buket satin. Gadis berkerudung instan itu menyerahkan buket pada Fathan sekaligus membuat Hanan menganga. Gadis yang selama ini dirindukannya ada di depan mata.
"Sorry Than, gue telat ngasih buketnya. Gue tadi bingung nyari alamat loe. Belum selesai kan akadnya?" Siti tak sengaja menangkap wajah laki-laki yang berada di samping Fathan. Siti pun ikut mengangga. Bukan karena ada sebutir nasi di pipi Hanan, tapi karena ada setetes air yang meluncur dari sudut bibir Hanan.
"Loe, Siti, kan? Yang Bolpoin nya sering gue curi?" Hanan bertanya mendahului sahutan Fathan pada Siti.
"Iyalah ...." Fathan yang menyahuti.
"Iya. Gue Siti." Siti menggaruk sudut bibirnya. Ia tampak berpikir. "Ow jadi pencuri itu elu?" Siti menuding Hanan dengan telunjuknya. Mata Siti menajam.
"Hehehe ... iya itu gue. Makanya selama ini gue nyariin elu, Sit. Loe kemana aja sih, Sit? What's up loe kok nggak aktif?"
"Kepo ya? Begini-ni kalo muka mirip artis, pasti banyak yang ngangenin. Hahahahah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)
RomansaLebihkan cintamu hanya untuknya, bukan pada ciptaanya yang belum tentu adalah taqdirmu ~Nuha~ Cinta itu sederhana, tapi untuk melupakanya tak sesederhana itu 1 in Membaca 5 in Pesantren (Sabtu, 22 Sept...