Thirty Seven

4.2K 234 0
                                    

Arwa yang masih begadang membayangkan kejadian yang menimpanya siang tadi. Itu sangat sulit di percaya, sudah sebesar itu kenapa ada orang yang menculiknya. Ia juga merasa tidak menarik untuk di culik, bahkan lebih baik menculik kucingnya yang lucu dan bisa di jual dari pada menculiknya yang tidak cantik, tidak pintar di kelasnya, bukan anak orang kaya juga, dan bau ketek pula.

Tapi kenapa ada orang yang bahkan berniat membunuhnya? ia berfikir mungkin ini ahzab dari Allah, karena bibirnya yang dulu turah sekali. Suka sekali bergosip. Maka dari itu Allah mengirim seseorang untuk menculiknya. Penculik itu menyumpal mulutnya dan  membakarnya hidup-hidup.

Mata gadis itu pun berair. Tak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya jika Ustadzahnya itu tak datang tepat waktu. Gadis itu bersyukur sekali Nuha menolongnya.

Hp-nya berbunyi. Ada pesan masuk. Chat dari Andre. Gadis itu mengambil Hp dan membukanya.

From: Blackforest

Belun tidur, Tik?nggak usah sedih. Pasti Allah nggak mungkin iseng bikin kamu ngalamin kejadian kayak tadi. Pasti ada hikmahnya. Kamu jadi lebih berhati-hati. Kamu lupa ya?Pelangi tak akan muncul setelah adanya Hujan.

Gadis itu tersenyum dengan perhatian kecil Andre. Kampu kamarnya memang belum ia matikan, jadi Andre pasti tau kalau ia belum tidur.

"Kok jadi aku-kamu sih." Gadis itu membatin.

Arwa membalas emoticon jempol untuk Andre.

Andre pun membalas.

Tidur sana! nggak usah begadang. Nanti dimarahi Bang Roma. Nggak usah curhat ke memo segala. Aku tau kok kalo aku emang manis banget!langsung aja bilang ke aku.

Arwa melotot dan menahan rasa malu ketika membaca pesan dari Andre. Ia yakin pasti cowok itu sudah membaca memo yang ia buat khusus menampung curhatanya tentang Andre. Bingung harus membalas apa. Saking gemasnya ia membuang Hp itu jauh-jauh darinya.
****
Fathan yang tidak tega meninggalkan Miranda yang masih dalam keadaan mabuk. Setelah bermusyawarah dengan pikiranya sendiri, cowok itu lebih memilih untuk tidak meninggalkan gadis itu, meskipun Fathan marah. Ia masih punya hati nurani, lalu menutupi tubuh Miranda dengan jaketnya.

"Susah ya kalo jadi cowok ganteng!" Fathan berhuhaha dalam hati. Ia tak berniat menyombongkan diri. Kalimat itu hanya untuk menghibur hatinya yang lagi kecut.

"Banyak fans, penguntit. Itu anak ngapain foto-foto gue sama Ustadzah. Awas aja kalo sampai dia bikin masalah!" ia merasa sebal dan juga jengkel. Kemudian membersihkan tempat yang akan ia tiduri dengan telapak tanganya.

Fathan tertegun melihat Miranda mendengkur di tengah kemabukan yang ia alami. Tidak menyangkan melihat seorang Miranda yang kaya bisa tidur di atap gedung.

"Ternyata benar kata orang-orang. Punya harta banyak belum tentu bahagia. Buktinya dia ngemper di sini."

Fathan kemudian pergi ke alam mimpi dengan khusyu' nya.

Malam yang hening tiba-tiba di gantikan dengan suara gadis muntah.

"Uwek ... ah," Miranda memuntahkan isi perutnya, gadis itu mabuk di club ketika mengirim pesan pada Fathan, membersihkan sisa muntahan di bibirnya dengan jaket Fathan.

Kepala gadis itu pening. Ia melihat sekeliling. Lantas menemukan sosok Fathan yang tengah tidur berbantal kedua tangan yang terlipat di belakang kepala.

Gadis itu lantas mendekati Fathan, dan memeluknya. Tanpa sadar Fathan pun memeluknya, akhirnya Miranda ikut terlelap tidur.

Keesokan harinya. Pukul lima pagi, mereka berdua di bangunkan oleh suara nada melengking suara kokok ayam.

Dan Fathan syok ketika mendapati dirinya di peluk Miranda. Bukan. mereka berpelukan bak Teletubies yang sedang syuting. Fathan segera menoyor dan menjauhkan tubuh gadis itu.

"Astagfirullah ... ni anak niat banget merenggut kesucian gue," keluhnya Fathan jengah dengan tingkah Miranda.

Merasa ada yang mendorong tubuhnya. Miranda membuka matanya.

"Ya ampun!apa gue lagi di surga ya Allah ... , ini malaikat ganteng banget!!!" serunya sambil tersenyum mengelus pipi Fathan, jelas saja Fathan menepis jauh-jauh tangan Miranda.

"Loe ngapain foto gue sama Ustadzah!" tanya Fathan serius, cowok itu memasang wajah masam pada gadis itu.

Wajah gadis itu seketika berubah, ada kata licik tertulis di dahinya.

"Karena dengan cara itu kakak bakal jadi milik aku. Aku bakal nyebarin foto itu kalau kakak nggak mau jadi pacar aku!" ucap gadis itu keras-keras.

"Dasar licik loe. Nggak nyangka ya, loe punya hati busuk. Loe pikir gue bakal biarin loe lakuin itu ke Ustadzah, hp loe udah ada di tangan gue!" lantas Fathan berdiri lalu beranjak pergi, tapi di tahan oleh Miranda.

"Uh, takut!" Miranda pura-pura terkejut.

"Aku udah copy semua di laptop, jadi ... kakak nggak mungkin bisa kabur dari aku," aku Miranda tersenyum menang.

Fathan segera menjatuhkan hp Miranda dan berlalu pergi.

"Kamu mau kemana kak? Rapunzelmu ada di sini!"teriak gadis itu tak mau di tinggal.

Fathan menoleh.

"Gue mau lapor ke rumah sakit jiwa. Ada orang gila kabur." Fathan tak menggubris rengekan Miranda lalu ia turun ke bawah, sedangkan Miranda masih berteriak memintanya untuk berhenti, tak sesui harapan cowok itu malah sama sekali tidak menggubrisnya.

"Sial!baru kali ini gue di tolak cowok!" pekiknya, kemudian ia bangun sambil memegang kepalanya yang masih pusing.

"Emang loe pikir loe cowok paling ganteng sedunia!" pekiknya lagi seperti orasi.

"Emang iya!" tiba-tiba Fathan menjawab, Fathan kembali dengan wajah kesal, ia berjalan mendekat ke arah gadis itu. Gadis itu senang melihatnya.

"Tuh kan. Aku bilang juga apa, nggak bakal ada yang nolak Miranda," ucap gadis itu tersenyum.

Dan ternyata gadis itu yang kepalanya kegedean. Fathan hanya mengambil jaket yang ia pinjamkan pada Miranda tadi malam.

"Nggak usah kepedean. Gue cuma ngambil jaket!" Fathan lantas hengkang dari tempat itu, meninggalkan Miranda dengan wajah melongo, bibirnya sudah komat-kamit tak menentu. Kesal bukan main. Ia menghentakkan kakinya berkali-kali dan berniat melempar Fathan dengan sebelah sepatunya. Sepatunya malah jatuh ke bawah gedung, sedangkan Fathan yang tau itu sepatu Miranda, ia malah memungut sepatu itu.

"Sepatu loe, Kan?tanya Fathan. Cowok itu melempar jauh-jauh sepatu itu dan akhirnya sepatu itu berenang bersama katak di sebuah selokan yang tak jauh dari gedung itu.

"Kakak!" pekik gadis itu jengkel.

Fathan segera menyalakan motornya dan berlalu pergi membelah jalan raya yang sepi, hendak pulang untuk shalat shubuh.
****

Hilya sudah menunggunya di teras, gadis itu bersedekap di depan pintu.

Sedangkan Fathan memarkir sepeda motornya, ia sudah mematikan motornya sejak di pintu gerbang tadi, takut orang tua nya mendengar. Padahal orang tuanya sudah bangun sejak pukul empat petang tadi. Tapi untungnya Hilya berbohong kalau adik kembarnya itu sudah shalat tadi dan tidur lagi.

"Eit!" gadis itu menahan Fathan yang melewati pintu dengan wajah masam.

"Mau apa?"

"Jangan sok-sok Amnesia gitu. Ini kakak udah punya list jajan yang wajib loe beli. Loe nggak lupa kan kalo kemarin gue bantuin loe."

Cowok itu lagi-lagi merasa kesal, ia sudah pusing dengan masalahnya.

"Kakak yang ingkar janji! ngapain kakak ngasih nomer aku ke dia!"

"Dia? Maksud, loe?"

"Perjanjian kita BATAL!" ucap cowok itu dengan jutek, lantas masuk tanpa memperdulikan kakaknya yang menunggu jawaban.
****



I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang