Bagaimana mungkin ia tak mengingat tempat ini. Meskipun sudah lama berlalu tapi tidak bagi Nuha, ingatanya masih segar ketika dulu masih menginjak kelas dua SMA. Peremluan itu di paksa masuk kedalam gudang yang sekarang ia dan Arwa di kurung. Masih membekas di memori ingatanya, dimana ia di kurung di sini oleh teman-teman sekelasnya. Bahkan rok yang ia pakai sobek tersayat paku ketika teman-temannya menyekapnya disini, enam tahun yang lalu.
Ia masih ingat betul, Nuha menangis dan berteriak minta tolong dengan mulut tertutup plakban. Tetapi, teman-temanya sama sekali tidak menghiraukannya, malah menguncinya di tempat pengap itu.
Nuha terpekur mengingat masa lalunya itu, ia tak menyangka bisa kembali ke tempat ini.
"Ustadzah sendiri, kenapa bisa sampai di sini?apa penculik itu menghubungi Us?" tanya Arwa membuyarkan lamunannya.
Nuha melirik muridnya sebentar, lalu kembali menatap lurus tempat kobaran api tadi.
"Iya Wa. Penculik itu menelfon Ustadzah. Orang itu mengirimi foto kamu yang sedang di sekap di sini," tuturnya.
Arwa menjadi semakin takut mendengar jawaban Nuha.
"Arwa takut Us ... Arwa takut kalau kita nggak bakal selamat. Kalau emang mereka berniat menculik karena alasan uang ... kenapa nggak ngubungin orang tua Arwa aja. Kenapa mereka malah menghubungi Us,"ucap Arwa yang mulai menitikkan air mata.
Nuha iba melihat muridnya itu, ia juga mengerti perasaannya. Karena ia juga pernah mengalaminya. Tapi bukan di culik, hanya di kerjai.
"Arwa ... kamu nggak perlu takut. Kita serahkan saja sama allah. Ustadzah juga nggak tau modus dari penculik itu. Kita berdoa saja sama allah, semoga kita bisa keluar dari sini."
Arwa menambah setok air matanya. Ia malah menangis mendengar penuturan Nuha. Ustadzah itupun kembali menenangkanya.
Sepuluh menitpun berlalu. Beberapa tikus putih berkeliaran disana, mungkin karen bau hangus memenuhi ruangan itu. Nuha melihatnya karena warnanya yang terang, meskipun kurangnya pencahayaan di gudang itu. Tikus-tikus itu berjalan mendekati Nuha. Sontak membuat gadis itu lari terbirit-birit. Ia tidak suka tikus. Ia hanya suka kelinci.
"Arwa!awas ada tikus!" Nuha berlari dari tempat duduknya, sedangkan Arwa tersenyum dan berjalan hendak mengambil tikus-tikus putih itu.
"Ustadzah takut ya?" Goda Arwa mendekati Nuha, membuat gadis itu bergidik ngeri dan menjauhi Arwa.
"Arwa jangan usil....Ustadzah tidak suka tikus" teriak Nuha sambil berlari-lari kecil menjauhi gadis itu, sedangkan Arwa tertawa melihat Ustadzah nya itu takut dengan binatang yang di anggapnya imut itu,
Nuha yang tidak melihat apa yang ada di belakangnya. Ia menabrak tumpukan kardus setinggi sepuluh meter itu. Kardus-kardus itupun berhamburan mengenainya. Beruntung, isi kardus itu hanyalah berkas-berkas lama sekolah itu.
"Aw..." pekik Nuha setelah kardus-kardus itu mengenai kepalanya.
Arwa kemudian membuang tikus putih itu lalu menghampiri Nuha.
"Ustadzah, awas!" Teriak Arwa sambil menarik Nuha jauh jauh dari robohan kardus-kardus itu.
Nuha dan Arwa bernafas lega setelah melihat kardus kardus itu roboh tak tersisa, dan memperlihatkan jendela yang setinggi dua meter. Ia baru ingat jika dulu ada dua jendela rusak di sana. Akhirnya mereka menemukan cara untuk keluar dari tempat itu.
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah berada di luar sekolah. Nuha menyalakan motornya dan mengajak Arwa pergi dari tempat itu.
Sejak saat itu, Nuha menjadi suka dengan tikus putih.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)
RomansLebihkan cintamu hanya untuknya, bukan pada ciptaanya yang belum tentu adalah taqdirmu ~Nuha~ Cinta itu sederhana, tapi untuk melupakanya tak sesederhana itu 1 in Membaca 5 in Pesantren (Sabtu, 22 Sept...