Thirthy Eight

4.2K 242 1
                                    

Cowok yang menuju meraih gelar lulus SMA itu sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sambil menutup telinganya, karena Hanan sedang karaoke lagu dangdut di kamarnya. Sahabatnya itu berkunjung pagi ini. Hari ini  hari minggu, karena keluarganya pada sibuk semua, meninggalkan ia sendirian di rumah. Berhubung takut di culik seperti yang terjadi dengan Arwa, ia melarikan diri ke rumah Fathan.

"Mas opo kowe lali karo sumpah janjimu. Biyen bakal ngancani urep tekan matiku. Pancene kowe tego medot tali asmoro. Rabi karo wong liyo blenjani tresnoku nelongso ...." Hanan menghayati lagu dari Via Vallen dengan sangat antusias, sampai kuping Fathan panas. Hanan bukanya menghibur Fathan yang sedang kesal, ia malah bergoyang di atas penderitaanya.

"Than...loe kenapa, sih?" cowok itu menoleh ke arah Fathan.

"Ambilin gue minum dong. Gue kan tamu disini," perintah Hanan yang masih menenteng Speaker.

"Biasanya juga loe ngambil sendiri," jawab Fathan yang masih menutup wajahnya dengan bantal.

Hanan yang sekarang peka, memilih untuk mendekat dan bertanya pada Fathan.

"Loe kenapa sih! sini gue peluk ... mumpung habis mandi." Hanan cengigisan.

"Najis."

"Loe kenapa sih. Loe di gangguin sama Miranda?"

Fathan menampakkan wajahnya, merasa heran sahabatnya kenapa bisa tau kalau Miranda mengganggu ketenangan hidupnya. Fathan mengacak-acak rambutnya, merasa kesal mendengar nama itu.

"Beneran, kan?"

Fathan membangunkan punggungnya.

"Loe kok tau?"

"Ya soalnya dia kemarin minta nomer loe."

Mimik wajah Fathan berubah kaget sekaligus pengen nimpuk.

"Ow jadi loe yang ngasih nomer gue ke dia!" Fathan menatap kesal sahabatnya itu.

"Sorry Than. Habis gue kasian sama dia. Loe cuekin dia mulu. Dia sampe nangis-nangis minta nomer loe. Ya gue nggak mau jadi kayak Qarun, yang mati kena azab gara-gara pelit. Masak bagi nomer aja nggak boleh," ungkap Hanan panjang lebar.

Fathan jadi merasa bersalah dengan kakaknya.

"Jadi loe lebih kasihan ke dia dari pada gue?, pelit pala loe!"Fathan masih on bad mood, ingin rasanya ia menoyor sahabatnya itu keras-keras.

"Ya bukanya gitu. Tapi emang gitu sih. So sorry...." Hanan hanya meringis.

"Gue capek di gangguin dia, dan gue juga nggak suka kalo dia sampe nyusahin cewek yang gue suka"

"Maksud loe, Ustadzah Nuha?"

"Iya siapa lagi."

Hening sejenak.

"Tenang Than. Loe nggak bakal di gangguin lagi sama dia. Dia udah punya calon pacar kok. Loe tenang aja."

Merasa aneh dengan pernyataan Hanan, dan berpikir ulang.  Padahal baru kemarin gadis itu ingin menjadi pacarnya. Mana bisa secepat itu pindah Miranda pindah haluan.

"Loe yakin? siapa?" tanya Fathan setengah penasaran.

"Perkenalkan," ucap Hanan mengulurkan tanganya sambil nyengir.

"Becanda loe?" Fathan benar-benar menoyor kepalanya.
****
Fathan hendak meninggalkan Hanan yang sibuk karaoke, ia mendapat sebuah pesan dari Miranda, gadis itu berbuat ulah lagi, menyuruhnya menemaninya clubing, mau bagaimana lagi, cowok itu tidak mau kalau Nuha mendapat masalah

"Nan, gue tinggal dulu ya. Ada urgent nih!"

"Apa salahku ... kau buat begini ... kau tarik ulur hatiku hingga sakit yang kurasa ... katakan ... yang sebenarnya ... aaaa," Hanan melantunkanya dengan memegang tangan Fathan.

"Tuh ... mulai kumat," ledek Fathan jutek lalu melepaskan tangan Hanan.

Sebelum Fathan menutup pintu.

"Loe kalo laper tinggal ke dapur aja. Nggak usah sungkan."

Hanan mengedipkan matanya sekali.

"Emang ada makanan di dapur?"

"Ada. Banyak malah. Ada Soto, Bakso, Rendang, Kare. Semua ada. Tinggal pilih kok," ucap Fathan dengan wajah serius.

"Beneran?" Hanan begitu bersemangat.

"Tapi dalam bentuk Mie Instan," cengir Fathan dan berlalu pergi meninggalkan Hanan yang sakit hati kena tipu.

****

Waktu sudah hampir tengah malam, Fathan merasa sedih dengan kelakuan Miranda yang seenaknya menyuruhnya untuk mengantar gadis itu dari Club, untung saja gadis itu cuma menyuruhnya untuk menjemputnya saja, karena jika Fathan di suruh masuk, pasti para gadis ganjen tak akan membiarkanya tenang, pasti wajahnya bakal di colek-colek kayak sabun.

Fathan juga heran, kenapa gadis itu bisa masuk ke sana, padahal usianya belum 17 tahun, Fathan juga berfikir, kenapa orang tuanya membiarkan anak gadisnya keluar malam, iya kalo untuk les bimbel atau belajar kelompok, ini malah ke Club, apa di pikir Club itu tempat anak TK main jungkitan.

Fathan sudah berdiri di Fantastic Club, menunggu Miranda keluar.
Setelah beberapa menit, gadis itu keluar sempoyongan, gadis itu mencari keberadaan Fathan yang tepat ada di belakangnya sambil menutup mata, gadis itu sungguh hemat dalam berpakaian, Hot pan biru muda yang ia pakai sungguh syahdu jika di liat mata para hidung belang, gadis itu memakai Sneakers, tangtop putih memperlihatkan kulitnya yang putih, rambutnya juga sudah acak sedikit acak-acakan, entah habis ngelabrak siapa ia.

"Pacar aku kemana ya....kok nggak ada" mata gadis itu tidak membuka dengan benar, ia terlihat pusing, ia berdiri dengan terhuyung-huyung dan hampir saja jatuh kalau tangan Fathan tidak tepat waktu menangkapnya

Fathan mendudukkan gadis itu di  tepi jalan, setelah itu mengguyurnya dengan air mineral

Gadis lantas kaget dan bergeming setelah sebotol air mineral membasahi wajahnya

"Nggak mendung kok hujan sih, ada manis-manisnya gitu" ucap gadis itu lirih sambil menjilati tetesan air dari poni panjangnya

Setelah beberapa menit,gadis itu menyadari kalau Fathan sudah ada di sampingnya sejak lima belas menit lalu.

"Apa loe tiap hari kayak gini?"

Miranda menaikkan dagunya melihat Fathan

"Enggak kok, cuma pas weekend, di hari lain aku anak baik-baik kok kak" gadis itu masih bisa tersenyum, ia masih setengah sadar, jarinya membentuk huruf V,

Sebenarnya Fathan ingin bertanya, apa orang tua Miranda tidak menghawatirkannya, membiarkan anak gadisnya keluyuran tengah malam, tapi menurutnya itu bukan urusanya

"Anterin aku ya beb" tangan Miranda menggandengnya

Fathan melepas dengan kasar

"Loe jangan gini dong, nggak usah sentuh-sentuh gue, kenapa sih nggak panggil sopir loe aja, gue juga butuh ketenangan, loe ngajak dosa gue mulu"

"Kan kakak pacar aku sekarang, dosa apa sih kak....cuma pegang doang, nyium juga enggak"

Fathan tak menanggapi ucapan gadis itu, ia malah men stater Sepeda motornya

"Loe kalo mau pulang, pulang sekarang, gue nggak mau waktu gue mubazir"

Gadis itu lantas berdiri sempoyongan, kemudian naik sepeda motor Fathan, Fathan segera menjauhkan tubuh Miranda yang terlalu menempel di punggungnya, ia sangat risih merasakan ke dua benjolan milik Miranda, gadis itu benar-benar tidak sadar dengan sikapnya yang suka sembarangan, untung lawanya Fathan, cowok yang tidak suka khilaf.

Suasana malam yang sepi, dan dinginnya angin, menusuk kulit Miranda, gadis itu reflek memeluk Fathan dan membuatnya menginjak rem mendadak,

"Astagfirullah" Fathan, berd melepaskan pelukan gadis itu, ia tahu gadis itu kedinginan, ia jadi merasa kesal dengan Miranda,

"Makanya, pakek baju itu jangan kelewat horor, sekarang loe kedinginan kan...dan gue yang jadi susah" ia meneriaki Miranda yang diam tak bergeming, gadis itu memeluk tubuhnya sendiri, bibirnya pucat, membuat Fathan merasa iba, cowok itu lantas mengiklaskan jaketnya untuk di pakai Miranda.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang