Ten

7.8K 393 13
                                    

Cinta, lima suku kata berjuta rasa.
♡♡♡

Usai kerja bakti, Kelas yang berisi tiga puluh sembilan murid itu mengisi Masjid sejak sepuluh menit yang lalu. Mereka berjajar-jajar dengan khusyu' melaksanakan salat Dhuha.

"Alhamdulillah," ucap Hanan seusai shalat.

"Ngapain loe senyum- senyum," Fathan meliriknya penuh selidik.

"Alhamdulillah gue kentutnya pas udah salam. Kebelet eek, gue," akunya sambil nyengir.

"Astagfirullah!" celetuk Fathan yang lalu menutup hidungnya rapat-rapat. Baunya mirip telur busuk.

"Gilak! Bangkai apaan, nih!" Faisal tak kalah heboh.

"Masak Masjid ada bangke tikus sih! Berasa ada busuk-busuknya gitu," Aziz mengendus, mencari sumber bau. Ujung sarung dipakainya menyumpal hidung.

"Itu bau bangke makanan gue, kali, hahahaha!" teriaknya berlarian ke Toilet.

"Njir ... tu anak ... Masjid dikentutin! Wiro Sableng!"

Faisal melihat Andre yang masih khusyu' mencari aroma yang tak sedap itu, "Andre! sayangi hidungmu!" ia melemparkan sarung tepat pada wajahnya.

"Kentutnya kecil paling ... makanya baunya nyebar," Andre geleng-geleng kepala.

Coba aja kalau kentut bisa di sumbangkan ke kotak amal. Pasti akan mengurangi polusi udara.

Fathan kini duduk di depan kelasnya. Mencari udara segar. Ada angin tapi tak ada hujan, Miranda datang menghampiri. Gadis yang mirip Ariel Tatum itu sedang berdiri di belakang Fathan.

"Assalamualaikum, Kak Fathan," sapanya.

Fathan pun mendongakkan wajah. Melihat siapa yang mengucapkan salam.

"Waalaikum salam. Siapa?"

"Aku Miranda kak, panggilanya Mir. Jangan panggil Randa ya!" jawabnya sambil tersenyum manis.

Tak ada respon senyum balik dari Fathan. Ia malah terheran-heran.

"Terus ada keperluan apa kemari?"

"Enggak kenapa-napa kok kak. Cuma mau ngasih minum aja," akunya dengan menyerahkan sebotol air mineral.

Daripada disangka sombong, Fathan memilih nemerimanya. Menerima botolnya saja. Lagi pula botolnya masih bersegel. Aman.

"Iya makasih," ucapnya datar sembari tanganya terulur.

"Di minum, Kak."

"Iya nanti."

Mereka terdiam sejenak. Fathan menguap sambil membaca istighfar.

"Kakak kok nggak bales surat aku, sih, Kak?" Ujar Miranda yang masih berdiri.

"Emang harus di bales ya?" tanyanya tanpa melihat.

"Iya nggak, sih."

"Gue masuk dulu, ya."

Fathan pun berdiri melangkahkan kaki.

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang