Four

12.5K 674 5
                                    

Cinta itu luar biasa. Ia mampu merubah segalanya. Tapi tetap saja, cinta itu bukan Tuhan.

***

Hanan yang merasa terpanggil, sungguh merasa tidak siap untuk maju kedepan. Tentu hal itu akan mempermalukan dirinya sendiri. Sudah dipastikan soal yang diberikan tak akan bisa dijawab olehnya.

Anehnya, ia bisa masuk kelas IPA dengan mudah. Sudah menjadi rahasia umum jika dirinya terbantu oleh adanya Fathan, sahabat yang selalu menduduki rangking satu dikelasnya.

"Than. Jawabanya apa?!" ia berharap Fathan membantunya.

"Tanya aja Google," jawabnya santai.

"Masih ngambek cie. Okey google."

"Berisik!"

Setelah beberapa detik menggerogoti waktu. Panggilan Andre membuatnya gugup ditambah Siti, sang cinta dalam diamnya berada di depannya, nyalinya semakin menjadi kecut.

"Than. Kasih tau dong .... Gue ngga ada paketan," rengek cowok itu yang memang pintar dalam menyembunyikan Hp-nya.

"Udah sana maju, tinggal maju aja susah!" Fathan merasa menang. Ada senyum mengejek memenuhi sudut bibirnya.

"Kalo salah, gimana?"

"Ya gue ketawain, hahaha."

Digeluti rasa sebal, kakinya melaju dengan pasrah diiringi alunan tawa Fathan.

Semua terdiam mendengarkan. Kecuali Aziz dan Faisal. Mereka sedang deg-degan takut namanya terpanggil. Mereka rangking terahir setelah Hanan.

"Sebutkan arti dari gaya belajar visual?" pertanyaan yang sulit untuk Hanan.

"Visual kan wajah?"cowok itu masih membatin.

Keraguan untuk menjawab begitu meluap.

"Kalo menurut saya Us, pengertian gaya belajar visual itu pasti suka nonton tv dulu sebelum bel--" belum sampai ia menyelesaikan jawabannya. Arwa memotongnya.

"Ngawur! Sekolah tuh belajar Nan, ngeliatin Siti mulu!" tawa Arwa menggelegar. Bagai petir di pagi hari.

Kelas pun ramai menertawakan Hanan. Yang ditertawakan hanya diam dan menggerakkan kedua matanya. Fathan tersenyum melihat tingkahnya, dan bersyukur banyak yang menertawakan Hanan. Biar tau rasa.

"Arwa ... nggak boleh berkata yang tidak baik. Jadi perempuan yang baik itu yang bisa lemah lembut," tegur Nuha padanya.

Kelas pun meneriaki arwa.

"Iya Us. Maaf," sesalnya.

"Iya. Jangan di ulangi lagi."

Nuha pun kembali menoleh pada siswa yang berada di sampingnya.

"Bagi semuanya! Tidak hanya Hanan saja, jika ada guru yang menerangkan tolong diperhatikan. Sengaja tidak Ustadzah letakkan jawabanya di slide PPT karena Ustadzah ingin menguji pemahaman kalian."

Diam-diam Fathan tersenyum menyaksikan, wajah teduh itu dilingkupi ketegasan.

"Iya Us. Maafin Hanan. "

Cowok itu semakin dibuat menunduk, malu menyergapnya.


"Iya sudah kamu kembali ke tempat dudukmu!"

Ketika dirinya sudah berada dikursi, ia melirik dan menjewer telinga Fathan. Tetapi sahabat gantengnya itu tidak meladeni. Hanya meringis sakit.

"Siapa yang mau menjawab pertanyaan tadi?"

Fathan pun mengacungkan tangannya dengan sigap. Ia maju dengan kekuatan seribu ke-PD-an, seraya mengibaskan tangan setelah membenarkan posisi poninya yang sedikit berantakan.


"Pengertian gaya belajar visual itu ... seseorang akan merasa lebih paham jika dia di ajari atau belajar melalui gambar, video atau melalui alat visual dari pada sekedar mendengarnya."

"Good job!"Nuha memberi tepukan.

Semua siswa pun turut menepukkan tangan.

Riuh ....

Hanan terlihat senang menggigit jarinya. Merasa tidak becus. Malunya berlipat-lipat melihat Siti memberi tepukan paling keras untuk Fathan.

Kelas teredam. Fathan kembali duduk. Hanan menyuguhinya dengan tatapan cemberut.

"Pengen pintar? Makanya belajar!" sindirnya sarkas pada Hanan. "Mantengin Siti mulu, sih."

***

I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang