Di heningnya malam, kupejamkan kedua mata ini, mencoba merasakan bayangan dirimu yang telah lama hilang. - Lisa.
Pada akhirnya, gunung es yang telah lama membeku, akan meleleh hanya karena sebuah kekhawatiran. - Jungkook.
-Mine-
Mentari kembali bersinar, mobil sedan berwarna hitam sudah menyusuri jalanan untuk menuju sekolah. Masih seperti biasanya, suasana di dalam mobil terdengar sangat sunyi karena tak ada yang mau melontarkan sepatah katapun.
Lelaki berseragam rapi itu menginjak rem ketika sudah memasuki parkiran. Desiran angin pagi hari mengantarkan Jungkook pada kelas gadis disampingnya. Tidak seperti biasanya, hari ini lelaki bertubuh atletis itu mengantarkan Lisa sampai depan kelasnya. Alasannya? Hanya untuk menjaga gadis itu dari ancaman Allysia.
Di depan pintu bercat coklat, Jungkook berdiri dan memastikan tak ada tanda-tanda keberadaan Allysia yang akan mengganggu Lisa.
"Kenapa masih disini?" Lisa menautkan alisnya menatap Jungkook sedikit mendongakkan kepalanya.
Ekor mata Jungkook beralih pada keadaan kelas gadis itu yang terlihat masih sepi, "Dimana?"
Gadis itu mencoba mencerna apa yang dimaksud Jungkook, "Apanya yang dimana?"
"Tempat duduk."
Kerutan di keningnya semakin menjadi-jadi, "Tempat duduknya siapa? Kalo ngomong jangan setengah-setengah ngapa, gue jadi bingung ngartiinnya."
Lelaki bertindik itu terdengar menghela nafas kesal, "Bangku lo dimana?"
"Bangku gue? Noh, di pojok nomer dua dari belakang. Ngapain nanya-nanya? Mau sebangku sama gue?" goda Lisa dengan memainkan kedua alisnya.
Jungkook memutar bola mata malas, tangannya menarik pergelangan tangan mungil milik Lisa lalu mengantarkannya pada bangku berwarna putih yang sering ia duduki.
Gadis itu duduk di bangku yang sering Rose duduki tepatnya bangku itu berada di sebelahnya. Sedangkan Jungkook, lelaki itu memilih duduk satu meja dengan Lisa atau lebih tepatnya duduk dibangku Lisa.
Benda ramping dan berukuran 5.5 inch berwarna hitam dikeluarkan dari saku jaket jeans miliknya, ia fokus pada ponselnya dan menghiraukan beberapa teman Lisa yang telah datang seiring bertambahnya waktu.
"Lo kok malah disini sih, ini kan bukan kelas lo. Malu tau di liatin temen-temen gue, mereka udah pada dateng. Mendingan lo balik gih ke kelas lo, sebelum kelas gue udah pen-"
"Gue balik." Lelaki itu mengangkat tubuhnya dari bangku dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celana depannya dan kembali menuju kelasnya tanpa menatap gadis yang tengah mematung menatapnya.
"Dasar. Udah dibilangin kalo ada orang yang lagi ngomong itu jangan dipotong dulu, eh main pergi aja." cebiknya dengan kesal.
"Selamat pagi duniaaaaa! Rose kambek yo!" suara menggelegar milik sahabatnya itu telah terdengar di telinga Lisa sebelum temannya itu masuk kedalam kelasnya.
"Pagi Lisaaaa!" Sapa Rose ketika telah sampai di dalam kelasnya dan mulai duduk pada bangku miliknya.
"Suara lo tuh udah kedengeran sampe sini sebelum lo nyampe kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine ✔️
FanfictionGimana sih rasanya kehilangan orang yang kita sayangi selama beberapa tahun? Apalagi, orang itu sangat memberikan pengaruh dalam hidupmu. Ya, Lalisa Manoban. Gadis berumur 17 tahun yang kehilangan teman masa kecilnya. Sudah 8 tahun lamanya mereka be...