Nb; disini part khusus Lisa doang yaw. Enjoy!:))
Lisa menggaruk tengkuknya, lagi lagi dia terlihat seperti orang bodoh di depan cowok itu. Sungguh memalukan.
"Hehe, iya." Lisa pun mengikuti cowok bertubuh tinggi itu dari belakang.
Saat mereka berjalan lumayan jauh, sampailah mereka di ujung pintu dari bangunan itu. Ujung pintu yang menurutnya adalah gerbang dari sebuah kekaguman baginya.
Ya bagaimana tidak? Begitu pintu dibuka dengan sebuah tepukan tangan dari cowok itu, langsung menampakkan rumah bak istana. Semuanya memang serba putih, tapi perabot dan segala hiasan yang ada di setiap sudut ruangan itu membuatnya kagum.
Pertanyaan yang sedari tadi di benak Lisa adalah, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun bangunan semewah ini?Kalau Lisa sih, kayaknya harus nabung berpuluh-puluh tahun dulu baru bisa membangun bangunan semewah ini. Dan, kalau masih belum cukup mungkin Lisa harus menjual ginjalnya.
Ketika mereka memasuki ruang tamu, Lisa melihat beberapa wanita berpakaian sama sedang berbaris seperti sedang menyambut pejabat atau semacamnya.
Lisa yakin, mereka pasti pembantu. Karna Lisa pernah melihat seragam seperti itu di sinetron yang dilihatnya. Dan kalau mereka sedang berbaris gini, mereka sedang menyambut tuan rumahnya.
Tunggu! Tuan rumah? Yang benar saja dia adalah tuan rumahnya? Berarti bangunan ini.. rumahnya?
"Kenapa lo?" Cowok itu mengangkat satu alisnya menatap Lisa heran.
"Sebenernya ini dimana, sih?! Lo bawa gue ke hotel, ya?! Jangan macem-macem sama gue! Gue tau lo tadi sempat nolongin gue, tapi bukan berarti lo bisa macem-macemin gue!" Ucap Lisa sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Cowok itu mendorong kening Lisa dengan telunjuknya, "Ini rumah gue oon! Dan lo tadi bilang apa? Macem-macem sama lo?" Cowok itu mengalihkan matanya melihat tubuh Lisa dari ujung kaki sampai ujung kepala membuat Lisa bergedik ngeri, "Boleh juga kayaknya,"
Plak!
Lisa menjitak kepala cowok itu, "Dasar mesum! Awas aja sampe lo macem-macemin gue! Gue bakal tereak!"
Cowok itu melenggang pergi berjalan mendului Lisa, "Tereak aja sampe nenek moyang lo bangkit dari kubur! Percuma, nggak akan ada yang denger!" Teriaknya membuat Lisa kicep.
Bener juga, ini kan rumahnya. Duh kok mendadak goblok sih gue. Batinnya dengan tangan memukul kepalanya sendiri.
"Lagian lo udah ditolongin bukannya bilang makasih malah nuduh gue yang enggak-enggak!" Ucap cowok itu sembari membuka kaleng soda yang ia ambil dari lemari esnya.
"Iya iya, makasih ya udah ditolongin." Lisa tersenyum. Namun tidak sepenuhnya tulus. Jujur, dia masih ragu sama cowok itu.
"Nggak ikhlas! Ulangi!" Cowok itu mendekat dan bersender di dinding menatap Lisa yang duduk di kursi ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine ✔️
FanfictionGimana sih rasanya kehilangan orang yang kita sayangi selama beberapa tahun? Apalagi, orang itu sangat memberikan pengaruh dalam hidupmu. Ya, Lalisa Manoban. Gadis berumur 17 tahun yang kehilangan teman masa kecilnya. Sudah 8 tahun lamanya mereka be...