45. Lisa hilang?

3.2K 407 43
                                    

Votement dulu yuk!

Pagi pagi, suara ribut terdengar dari kamar Jennie dan Suga. Keduanya ribut mencari sebuah barang. Suga yang notabenenya pelupa malah menyalahkan Jennie yang tak tau apa-apa.

Tentu Jennie tidak terima di tuduh begitu saja, alhasil menimbulkan perdebatan yang cukup membuat tetangga sebelahnya terbangun akibat suara mereka.

Cowok berkulit pucat itu sedari tadi mengacak rambutnya kesal, ia bersandar pada sofa dan mencoba mengingat-ingat lagi kapan terakhir kali dia menaruh benda itu.

"Argh!! Gue lupa bangsat!" Suga menendang meja dengan kasar.

Jennie tersentak, Suga benar-benar marah sekarang. Gadis itu juga bingung mau membantunya. Dia saja nggak tau benda yang dimaksud Suga itu apa, saat ditanya malah menyemprotnya dengan kasar. Memang serba salah.

"Sebenernya benda yang kamu maksud itu apa, sih?! Kenapa jadi marah-marah gini?! Aku juga nggak bisa bantu kalo kamu aja nggak ngasih tau itu benda apa!" Bentaknya tak kalah galak dari Suga.

Suga berdecak kesal, pikirannya sudah cupet. Kalau Jennie juga marah-marah gini, otaknya makin tak bisa berjalan.

"Udah nggak usah bantuin kalo gitu!"

Jennie berkacak pinggang menatap kesal cowok di depannya ini. Dia sudah menunda acara mandi paginya agar bisa membantu Suga, tapi cowok itu justru memarahinya?

"Kamu itu nyari ribut apa gimana, sih?! Aku udah nunda mandi biar bisa bantuin nyari, giliran mau bantuin malah di bentak-bentak! Aku nggak ngerti ya sama kamu!"

Suga menaikkan satu alisnya, "Emang gue nyuruh lo? Enggak kan?! Kalo mau mandi ya mandi aja ngapain sok sok an bantuin gue!"

Nyes. Rasanya ingin sekali Jennie menjambak, mencakar, menabok, menendang cowok itu sampai Papua. Tapi mengingat Suga itu kekasihnya, ia mengurungkan niat dan memilih memendam amarahnya.

Jennie menghela nafas, dadanya mulai sesak. Dia paham, kalau Suga sudah emosi seperti ini memang sedikit kasar dalam berbicara. Jennie sudah kebal dengan semuanya, namun rasanya masih sama. Nyeri-nyeri gimana gitu.

"Oke, kalo emang nggak mau dibantu. Gue niatnya baik, tapi lo malah bentak-bentak gue." Ucapnya lalu berjalan menuju kamar mandi dan menguncinya.

Jennie menenggelamkan dirinya di bathtub. Air berbusa itu melahap tubuhnya sampai leher. Tanpa disadari air mata Jennie menetes. Dia sudah merasa tak dibutuhkan lagi oleh Suga.

Kalau diingat-ingat, terakhir kali Suga membentaknya sudah beberapa bulan yang lalu. Saat dirinya memergoki Suga di club tengah mabuk bersama teman-temannya. Saat itu, Jennie masih bisa memaklumi kenapa Suga membentaknya, karna memang dalam keadaan mabuk.

Kalau yang tadi, entahlah. Hanya masalah sepele Suga membentaknya seperti itu. Cewek mana yang tak merasa sakit hati jika dibentak habis-habisan sama cowoknya sendiri?

Sudah tau hati seorang wanita itu sangat rapuh. Kenapa Suga masih bisa berkata kasar padanya? Apa benda itu sangat berharga bagi Suga?

Huft, gue salah apa sih sebenernya. Batin Jennie lalu menenggelamkan kepalanya di dalam air.

-Mine-

Setelah mandi, Jennie keluar dengan pakaian lengkapnya. Baju hitam crop-t dengan rok putih panjang senada dengan sepatu Converse putihnya.

Manik matanya menatap Suga yang ternyata masih sibuk mencari benda yang dimaksudnya. Cowok itu hampir membuat semua barang yang ada di kamar terlempar jauh dari tempat asalnya.

Mine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang