63. Goodbye.

3.6K 519 108
                                    

Selalu tinggalkan jejak, jangan jadi silent readers😉.

Kondisi Lisa semakin memburuk, mengingat penyakit yang menyerangnya telah menduduki stadium akhir.

Semakin hari, tubuh gadis itu semakin kurus dan lemah. Daya tahannya semakin menurun seiring bertambahnya hari.

Karena itu, Helena menjadi sangat khawatir dengan kondisi Lisa sekarang. Apalagi ia diberitahu Mingyu jika saat ini penyakit anaknya sudah stadium akhir. Helena memutuskan untuk segera membawa Lisa menjalani kemoterapi ke Singapura.

Yah, terpaksa Lisa harus jujur pada ketiga temannya mengenai apa yang selama ini telah ia sembunyikan dari mereka. Karna tidak mungkin Lisa terus menyembunyikannya, bagaimanapun mereka berhak tau.

Lisa hari ini pergi ke sekolahnya untuk memberitahu tentang kepergiannya ke Singapura untuk kemoterapi kepada ketiga temannya. Lisa berharap mereka bisa mengerti dan bisa turut mendoakan semoga dengan kemo nanti keadaannya bisa lebih baik dari sebelumnya.

Gadis itu berjalan menuju kelas dengan perasaan gusar, tangannya mendadak menjadi dingin, ia terus berusaha mengatur nafasnya. Siap belum siap, Lisa harus memberitahu mereka tentang penyakitnya.

Dihadapan Lisa sudah ada Rose, Jisoo, dan Jennie yang menatapnya dengan serius. Lisa menarik nafas panjang, dan mulai menceritakan semua yang selama ini ia rahasiakan dari mereka.

Tangis ketiga gadis itu pecah saat Lisa selesai menceritakan semuanya dengan air mata yang membasahi pipinya. Mereka kompak memeluk tubuh Lisa dan air mata pun tumpah menyelimuti suasana yang menjadi haru ini.

Mereka tak ada yang menyangka ternyata selama ini Lisa mengidap penyakit mematikan. Lisa terlalu pandai menutupinya rapat-rapat hingga tak ada satu pun yang tau soal itu.

“Hiks, Lis gue.. Hiks nggak mau kehilangan lo, hiks..” ucap Rose sesegukan dalam pelukan Lisa.

“Kenapa lo nggak pernah cerita ke kita? Kenapa saat udah stadium akhir lo baru cerita?” Jennie menatap Lisa sendu.

“Gue yakin lo pasti kuat, Lis. Lo cewek yang kuat, gue tau itu. Jadi jangan nyerah gitu aja, lo pasti bisa sembuh kok.” Jisoo mengusap bahu Lisa dengan senyuman hangat.

Lisa mengangguk lemah, tangannya mengusap air mata yang membasahi pipinya. “Iya, doain gue sembuh ya. Gue janji, gue bakal balik dari Singapur secepatnya dan ikut ulangan akhir biar kita bisa naik kelas sama-sama.”

“Kita akan doain lo, selalu.” Jennie tersenyum, “Lo pasti sembuh, lo kan kuat.”

“Gue nangis mulu nih ah, jadi ingusan kan.” Rose mengerucutkan bibirnya.

Lisa tertawa kecil, “Maaf, udah bikin kalian jadi sedih. Sebenernya gue nggak ada maksud buat nyembunyiin ini dari kalian, gue cuma nggak mau kalian khawatir begitu tau keadaan gue seperti ini.”

“Iya, kita ngerti kok. Lo nggak usah minta maaf, harusnya kita yang bilang itu karna kita selama ini belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Maafin gue ya,” Jisoo memeluk Lisa sekali lagi.

“Gue juga mau bilang maaf, kalo selama ini gue ngeselin selama jadi temen lo, gue lola, gue alay, gue lebay, gue akuin itu. Dan walau kita sering banget berantem masalah kecil, tapi aslinya gue sayang sama lo huwaaa!” Rose menangis lalu memeluk tubuh Lisa.

“Maafin gue juga ya, Lis. Terutama buat kejadian lo hilang waktu kita berlibur kemaren. Gue nyesel banget waktu itu,” Jennie pun turut memeluk erat tubuh Lisa membuat suasana semakin haru.

Lisa mengangguk dalam pelukan ketiga sahabatnya, “Iya, kalian gue maafin. Pokoknya doain gue ya, semoga pengobatan gue lancar dan gue bisa cepet balik ke Jakarta.”

Mine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang