"Lo gapapa kan?" Tanya Arby membuatku merasa salah tingkah
"Ngg nggak" jawabku gugup sambil merapikan rambutku yang ku gerai menutupi wajahku
"Yaudah kita duduk yaa" ajaknya padaku
Aku hanya mengangguk patuh dan mengikutinya dari belakang. Beberapa manik mata memandangku dengan tatapan sulit di artikan. Sungguh aku tak ingin berlama-lama disini.
**
Author POV
Arby meminta Fita untuk duduk di bangku yang Fita maksud. Dia duduk seorang diri, hingga membuat Arby merasa kasihan terhadapnya, mau bagaimanapun Fita teman Arby.
Awalnya Fita merasa ada yang aneh dengan Arby, tadi pagi dia sangat menyebalkan bagai orang yang tidak saling mengenal. namun saat ini ? Ada apa dengan Arby ?
Arby duduk di samping Fita, melipat kedua tangannya dan menenggelamkan kepalanya disana.
Sebuah buku perlahan di keluarkan dari dalam tas miliknya. Buku novel bergenre Fiksi remaja yang selalu ia baca saat merasa tidak ada yang harus di kerjakan. Halaman demi halaman sudah terlewati namun belum ada satu orangpun guru yang masuk saat ini. Fita benar-ingin pergi dari tempat ini apalagi ia menyadari berbagai macam bisik-bisik di sekelilingnya.
"Arbyyy" panggil seseorang membuat Arby mengangkat kepalanya perlahan
"Cewe lo manggil tuh"
Arby mengerutkan dahi nya dan kembali melanjutkan aktivitas sebelumnya. Mencoba untuk tidur. Entahlah ini masih pagi namun sudah membuat Arby mengantuk.
"Arby" panggil Fita pelan
"Hm" jawabnya masih dalam posisi yang sama
"Kenapa ga di temuin ?"
"Ngantuk ta"
Saat Fita mencoba membuka suara lagi, wali kelas 9D datang dan membuat Fita urung untuk bicara.
"Assalaamu'alaikum" Sapa Bu Karin
"Wa'alaikumsalaam warahmatullahi wabarakatuh" jawab siswa serempak
Beberapa kalimat sambutan kepada siswa kelas 9 ini telah terucap jelas oleh bu Karin, beliau salah satu guru favorit Fita dan cukup dekat dengan Fita jadi tidak terlalu canggung ada di kelas ini saat yang datang adalah Bu Karin.
Sejak kedatangan bu Karin, Arby sudah duduk dengan siap tidak terlihat ngantuk sedikitpun, bahkan dia sangat heboh saat ini.
Bu Karin membagi tempat duduk kepada setiap siswa dan Fita tak lagi duduk dengan Arby namun tepat di depan Arby, di barisan paling ujung bangku 4.
"Haii" sapa Fita kepada teman sebangkunya yang ber name tag Liana dan selanjutnya mereka mulai mengobrol dan langsung akrab.
Mereka satu sekolah namun tidak saling mengenal karena memang kelas ini selain di kenal siswa laki-laki yang nakal, sekaligus siswi perempuan yang cuek dan dingin yang hanya bergabung satu kelas saja. Entah ini merupakan musibah atau anugrah yang jelas Fita sempat merasa kecewa saat mengetahui ia harus pindah ke kelas ini.
**
Jam pelajaran terakhir, rasanya hari ini bagai satu tahun untuk Fita. Hari ini memang belum mulai belajar efektif hanya saja perkenalan materi yang akan di pelajari di kelas 9.
"Dalam pelajaran ibu, ibu mau kalian membentuk kelompok. Untuk tugas-tugas yang akan datang , karena dapat di pastikan, di kelas 9 akan banyak tugas yang ibu kasih" jelas Bu Trika guru bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
"Huuuu" sorak semua orang dalam kelas.
"Silahkan bentuk 4 orang setiap kelompok"
Kebisingan mulai terdengar kembali saat setiap siswa keluar bangkunya untuk ke tempat kelompok yang mereka inginkan.
Kini yang tersisa adalah Fita , menarik napas dan menghembuskannya perlahan untuk menetralkan rasa yang mungkin memang menyakitkan.
"Gue bareng lo ya" ucap Arby saat duduk di sebelahnya dengan Toni di dekatnya
Fita hanya mampu tersenyum dan rasanya sulit di jelaskan.
Arby POV
Gue ikut bersorak saat Bu Trika memberitahu bahwa akan banyak tugas untuk kedepannya. Gue benci tugas, benci belajar dan gue benci semuanya.
Saat ini gue duduk di bangku Desi dan satu kelompok dengannya karena dari kelas 8 selalu dengan dia dan Diana sekaligus Toni teman kabur gue.
Rasanya tak tega melihat Fita yang sangat terlihat sedih di raut wajahnya, gue tahu dia kesal dan entah kenapa gue merasa kasihan melihatnya seorang diri. Akhirnya gue memutuskan untuk berpindah kelompok dengannya dan mengajak Toni, dengan alasan murni karena kasihan.
"Ton ikut gue" gue menarik baju Toni menuju bangku Fita.
"Kemana Ar" Tanya Desi
"Gue mau satu kelompok sama Fita"
"Tapi kan..." Ucapnya bla bla bla gue gak mau denger
"Gue bareng lo ya" ucap gue saat tiba di bangkunya dan duduk di sebelahnya.
Toni langsung duduk di bangku depan gue.
Rasanya gue merasa bahagia saat melihat senyuman terbit di bibir Fita, sangat jelas terlihat dia bahagia, oke bukan karena ada gue tapi karena dia punya teman kelompok. Selanjutnya Manda datang ikut satu kelompok dengan gue , Toni dan Fita.
Lengkap sudah kita berempat, dan gue sama sekali tidak menyesal berada di sini. Fita asyik , baik dan dia pintar.
"Arby" Panggil Fita saat Bu Trika sudah keluar kelas dan orang-orang sudah mulai berguguran alias mulai pulang
Gue hanya mengangkat kepala sekejap menjawab panggilannya.
"Kenapa lo jadi baik lagi ?"
Pertanyaan dia membuat gue sedikit bingung "baik gimana?"
"Lo jauhin gue bahkan kaya gak kenal sama gue dari kelas 8 bahkan tadi pagi lo masih sama tapi setelah itu kenapa lo mau temenin gue?"
Gue hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya yang cukup panjang itu, memang benar satu tahun yang lalu gue berniat menjauhi dan tidak mengenalnya karena gue merasa dia membenci gue , jadi lebih baik gue yang lebih dulu menjauh.
Semua rencana dan niat gue berakhir saat gue lihat dia sedih setelah selesai upacara, gue temannya, gue pernah menjadi sahabatnya, apa gue harus tega ? Engga, gue tidak sejahat itu.
"Ar... Kenapa malah senyum gajelas sih" Tanyanya lagi
Gue tertawa hambar "maafin gue ta.. Gue salah jauhin lo. Gue malu, gue takut lo benci saat Andra....."
"Stop Ar" Fita memotong ucapan gue, gue menyesal mengatakan nama Andra di depannya.
"Sorry ta" gue merasa bersalah saat melihat ekspresinya berubah menjadi murung.
****
Skip dulu ya..
Boleh Coment ko..
Vote yaa hehe..Salam sayang
Makasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Teen FictionPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...