"GUE GA SUKA SAMA LO!" Teriak Arby penuh amarah
Anak smp jaman sekarang penuh drama ya wkwk.
Diana merasa tersentak, tangisnya yang mulai mereda kembali menjadi-jadi mendengar bentakkan Arby yang sangat tidak punya hati. Orang-orang segera membantu menguatkan Diana dan menenangkan Arby yang sedang terbakar amarah seperti ini. Arby termasuk salah satu pria yang tidak peduli siapapun jika sedang dalam keadaan marah. Entah itu wanita ataupun pria, dia akan melakukan hal yang sama kecuali kekerasan.
"Kalau Fita pergi dari sini, lo orang pertama yang berurusan sama gue" telunjuknya mengarah kehadapan Diana dengan tatapan yang sangat tajam "Dan lo" telunjuknya beralih pada Desi "jaga omongan lo tentang gue"
Desi yang merasa tidak terima segera bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Arby hingga jaraknya hanya tinggal beberapa senti "Lo deketin gue, deketin Diana bahkan semua cewe lo deketin, itu fakta! Apa yang harus gue jaga? Fita korban selanjutnya kan?" Ucapnya tegas
Tangan Arby mengepal keras, sedikit demi sedikit jarak antara dirinya dan Desi mulai menipis, kaki Desi melangkah mundur menyamai langkah Arby yang mulai mendekat dengan tatapan sulit di artikan. Desi mengenal Arby, semarah apapun dia tidak akan menyakiti seorang wanita, namun saat ini Desi sendiri tidak meyakini itu, Desi merasa takut seluruh tubuhnya bergetar menahan rasa takut yang mulai menjalar. Langkah Desi terhenti saat dia menyentuh meja di belakangnya.
Brakkk!!
"Aaaaa" Desi menjerit kaget saat Arby memukul meja di belakang dirinya. Kedua tangan Arby yang memukul keras membuat Desi sulit berlari karena terhalang oleh kedua tangan di sampingnya dan tubuh Arby dihadapannya.
-kebayang ga sih ini maksudnya gimana? Hehe , jadi ceritanya berhadapan gitu lah-
"Udah Ar, dia cewe jangan lo bikin dia ketakutan kaya gitu, cukup ayo pergi" Toni menarik baju Arby dan menepuk-nepuk dada Arby
Arby hanya pasrah di tarik paksa oleh Toni, nafasnya masih belum teratur , ia tak mengerti mengapa bisa semarah ini. Hanya karena seorang Fita ? Jika di bandingkan, Desi memang lebih cantik tapi tidak lebih baik. Dan Diana ? Dia cantik , baik namun terlalu percaya kepada Desi dan itu yang membuat dirinya menjadi kurang baik.
"Lepasin Ton" Arby melepaskan tangan Toni di pundaknya.
"Lo gila ya ?"
"Dia yang gila"
"Lo deket sama mereka bro, wajar dua cewe itu cemburu lo lebih deket sama Fita"
Arby mengacak-ngacak rambutnya kesal, ia tidak bisa menyanggah apa yang di katakan Toni. Tapi bukan berarti Desi bisa menganggap Fita sebagai korbannya. Fita sahabatnya bukan wanita seperti mereka yang selalu Arby dekati.
"Tadi sebelum Fita pulang, dia bilang mau pindah kelas meski tanpa izin kepala sekolah, dia gila"
Mata Arby membulat "serius lo? Ini yang gue takutin"
"Serius, dia gamau jadi masalah di hidup lo"
Fita POV
Perasaanku terasa sakit saat Arby berlari meninggalkanku untuk menyusul Diana. Rupanya Arby memang lebih memilih Diana, jika tahu begini aku tidak akan menyuruhnya pergi tapi sudahlah aku sadar posisi ku siapa disini.
"Ta kenapa si Arby lari-lari?" Tanya Toni dan duduk di sampingku.
"Nemuin Diana" jawabku tersenyum perih
Aku ga ngerti lihat Toni yang mulai panik, entah apa yang Toni pikirkan tentang Arby dan Diana yang jelas Toni langsung berdiri dan melangkah cepat, tapi aku menghentikannya.
"Toniiii tunggu" panggilku
"Kenapa?"
"Gue mau cerita"
Awalnya Toni nolak tapi karena mungkin melihatku yang menyedihkan ini, akhirnya dia memintaku kembali duduk di pinggir lapangan.
"Gue pengen pindah kelas" jawabku tanpa di tanya "gue gamau jadi masalah buat Arby, gue gamau temen-temen semakin membenci gue dan Arby"
"Jangan gila ta, kepala sekolah ga bakal kasih izin"
"Gue ga peduli. Gue ga nyaman di kelas kita"
"Arby gabakalan terima lo pindah, lo inget siapa yang temenin lo sebelum yang lain kenal lo ? Arby kan? Dan lo ga kasihan sama dia yang udah bantu banyak?" Jelas Toni membuatku diam. Aku bingung, lebih tepatnya Toni membuatku bingung.
Cukup lama aku terdiam, Toni pamit padaku untuk menyusul Arby, aku hanya mengangguk tanpa menatap ke arahnya. Aku ga ngerti kenapa masa smp ku gila kaya gini, padahal kata orang-orang smp itu masih kecil, itu sebabnya aku ingin segera masuk SMA biar ga selalu di anggap kecil sama orang besar.
Tas sekolahku sudah ada di gandonganku karena Liana yang membawakannya tadi. Aku memilih untuk pulang tanpa menunggu Arby dan rupanya kedua sahabat lebayku sedang kesal menungguku di gerbang , aku lupa ada janji dengan mereka. Mereka ngomel terus di hadapanku dan aku hanya cengengesan menanggapinya.
"Sen, lo mau tau ga? Tadi ya.. Lo tau kan diana ?? Dia nangis sambil marah-marah bilang gue rebut gebetannya alias si Arby" kataku
"Oya? Si Arby hebat juga ya jadi rebutan" jawab seni menyebalkan
"Jangan-jangan lo suka sama Arby". Teriak Firna yang baru keluar kamar mandi di rumahnya karena saat ini kita kembali kumpul di rumah Firna
"Eng-engga" jawabku sedikit gugup
Aku gamau mereka tahu perasaanku, mereka menyebalkan dan pasti akan menertawaiku. Aku bisa bercermin siapa aku, aku hanya cewe aneh yang menyukai Arby.
"Ah udah deh lo ngaku aja. Buktinya sekarang lo jarang bareng kita, pasti Arbyyyy terus.. Iya ga sen?"
Seni mengangguk
"Haha ciieee ada yang pada cemburu.. Sory ya gue sama Arby yaa karna gue cuma baru deket sama Arby. Kalo boleh ya gue pengennya satu kelas terus sama kalian yang terrrrbaikk" godaku pada mereka
Aku senang memiliki mereka yang mau menjadi sahabatku Karena bayangin deh kalo kita gapunya sahabat , betapa sengsaranya kita hidup di dunia ini *eaa.
Tiba-tiba handphoneku bergetar dan itu notif pesan ktu dari Ar-by
Arby: lo dimana? Gue ke rumah tapi lo gaada
*****
Aku ga jago bikin cerita;(
MaafkanSalam sayang
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Teen FictionPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...