16

219 24 0
                                    

Fita POV

Saat istirahat, aku langsung pergi keluar kelas karena malas melihat Arby yang terus menatapku. Aku lagi marahan sama dia, dan aku kesel karena dia ga minta maaf atau menjelaskan apapun padaku.

Aku langsung masuk kantin dengan Seni dan Firna yang selalu ada untukku. Perlu ku akui aku rindu Arby saat ini, tapi masa iya aku yang duluan baikin dia. Dia kan yang nyebelin.

"Jangan marahan mulu ta kelarin sana" ucap Firna

Aku hanya mengangkat bahu sambil memakan ice cream yang baru saja ku beli dan aku mengalihkan pembicaraan karena aku tak ingin membahas soal Arby  , itu hanya akan membuat rindu ku semakin ada.

Seni dan Firna menggelengkan kepala dan mengikuti arah pembicaraan ku, kita lagi gosipin kejadian upacara saat pak Ferdi yang super baik alias sebaliknya kesandung di lapang , kita tertawa sejadi-jadinya, yaampun maafkan kami Pak.

Rasanya risih saat Andra dan temannya duduk di samping bangku ku, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, mereka terlihat sedang tertawa. Awalnya aku ingin pergi dari tempat ini tapi untuk apa ? Toh aku dan dia sudah lama tidak saling mengenal. Jadi yaudah aku diem aja membiarkan dia di sana namun menganggap tak ada siapa-siapa.

"Eh ta, itu si Arby ko balik lagi ya?" Seni yang duduk di hadapanku menunjuk ke arah Arby yang berlalu menjauh dari kantin

"Mungkin dari tadi" jawabku

"Engga, gue baru lihat dia dateng barusan tapi puter balik"

"Ngehindarin elo?" Tanya Firna

Aku menggeleng "gatau"

"Makanya cepet baikan, masa cuman gara-gara Arby nganter Risa pulang marahannya sampe 5 hari gini, kata Arby dia terpaksa karna Pa Adi yang nyuruh , awalnya nyuruh Toni tapi si Toni bilang kebelet. Dia keseleo pas olahraga, dan gaada anak yang bawa motor di kelasnya, kebetulan saat itu Arby lewat" Firna menjelaskan semuanya dengan rinci.

Aku mengerutkan dahi ku kesal "kenapa dia ga jelasin sama gue Fir?"

"Yaelah, gimana mau jelasin, tiap dia ngomong malah lo jutekin terus"

Aku merasa bersalah "yaudah entar gue bawain makan sekalian minum ke kelas kan dia ga jadi makan tuh jadi gue bawain gimana ? gue juga mau minta maaf udah salah paham sama dia" ucapku sambil tersenyum lega.

Seni dan Firna mengangguk setuju

akhirnya bel masuk berbunyi , saatnya perpisahan dengan sahabatku dan aku mulai masuk kelas. Aku mencari-cari keberadaan Arby di kelasku tapi dia gaada di bangku manapun , tadinya aku mau ngasih teh botol dan roti yang ku beli untuknya.

"Ta.. Gue mau nyampein sesuatu" Fani menghentikan langkahku

"Iya?"

"Kata Arby udahan" jawabnya ragu

Aku tersentak, rasanya sakit saat dia yang aku rindu menyakitiku. Nafasku tidak teratur, tanganku meremas kasar roti di genggamanku. aku tetap mencoba tersenyum di hadapan Fani dan mengangguk lalu berjalan menuju bangku ku. Segera aku keluarkan buku Seni budaya di tas ku, guru mata pelajaran tersebut hanya memberi tugas, lagi ada urusan penting katanya.

Tiba-tiba Arby masuk dan duduk di bangku paling depan. Aku kembali melanjutkan mengerjakan tugas ku dengan perasaan sesak di dadaku

"Ayo Ar buktiin kalau harga diri lo ga serendah itu di mata dia" teriak Toni.
Aku tak mengerti apa yang Toni katakan tapi perasaanku terasa sakit.

"Ta.." Panggil Arby

Aku mengangkat kepala ku ragu. Air mataku terus memberontak untuk keluar tapi tidak, aku masih bisa menahannya

"Kayanya kita gausah deket lagi deh. Kita udahan ya.." Ucap nya cepat dan tepat padahal dia sudah menyuruh Fani menyampaikan itu.

Dadaku semakin sesak, rasanya aneh, aku gatau ada apa dengan Arby. Ini yang aku takutkan dari awal, aku benci perasaan ini. Liana terlihat kaget, begitupun teman-teman yang lain, karna percaya ga sih Suara Arby keras banget pas ngomong itu Negara tetangga aja bisa denger kalo mau.

Aku mengangguk dan tersenyum menanggapinya

"Kita netral aja" lanjutnya sedikit tersenyum

"Sabar ta" bisik Liana

Aku tak mampu berkata apapun, melainkan hanya tersenyum menahan sakit, dan menahan air mata yang sedang mendobrak-dobrak untuk keluar. Aku Benar-benar terluka. Apa Arby kembali dengan Risa gara-gara aku terus berfikir seperti itu ?

****

Aku tak mengerti apa yang ada di pikiranmu hingga kamu memutuskan untuk mengakhiri saat aku mulai mencintai..

*****











Salam sayang

Makasih

Ketika Waktu Merubah SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang