22

209 21 0
                                    

Fita POV

Waktu terasa begitu cepat berlalu, Semester 1 sudah lewat bahkan ini sudah bulan ke 4 di tahun ajaran baru, dan bulan depan aku UN. aku masih sekolah di sekolah yang sama, masih punya sahabat yang bernama Seni dan Firna dan aku masih punya orang yang spesial disini, iya dia Arby, Arbynya aku.

Arby selalu ada untukku, saat aku sakitpun dia selalu datang ke rumah bawain makanan kesukaanku dan aku juga sering ke rumah dia, ibunya baik seperti mamaku. Persahabatan aku dan Arby membuat orangtua kita saling mengenal. Ibunya Arby menganggapku seperti anaknya karena beliau tidak punya anak perempuan, mamaku juga begitu pada Arby, mamaku sayang semua sahabatku termasuk Seni dan Firna.

Oya, berbicara soal Firna, aku kesel sama dia, kalian tahu ? Firna tidak lebih dari seorang penikung hebat, dia mendekati Arbyku dan aku benci itu karena Arby sering memilih Firna dari pada aku. Tapi yaa aku tetap bersahabat baik dengannya karena aku tidak ingin ego ku membuatku jauh darinya.

"Ta, lo beda. Kenapa ?" Tanya Firna

Aku hanya menggeleng seraya terus mengaduk Teh manis di hadapanku

Saat ini posisiku sedang di kantin dengan kedua sahabatku

"Gaseru deh jadi pada diem kaya gini" kesal Seni

"Gimana kemaren Fir?" Tanyaku tertuju pada Firna

"Maksudnya?"

"Kemaren lo jalan sama Arby kan?"

"Ooohh itu.. Bukan jalan cuman makan bareng aja" jawabnya membuat suhu tubuh ku tidak normal

"Berdua aja?"

Firna mengangguk "kenapa?"

"Gapapa"

"Yaudah gue ke kelas duluan ya"

Firna melangkah dari hadapanku dan mataku mulai tertuju pada Arby yang baru memasuki kantin, awalnya aku seneng lihat dia tapi dia hanya membeli satu botol minuman dan keluar kantin dengan Firna di sampingnya. Ini memang bukan yang pertama kali udah puluhan kali aku melihatnya seperti ini dan entah kenapa rasanya sesak.

"Mereka pacaran ga sih?"

Mataku melotot mendengar pertanyaan Seni yang sudah kesekian kalinya menanyakan hal itu

"Ga mungkin, gaboleh, ko lo ngomong gitu lagi sih sen?" Kataku dengan nada kesal

"Lagian jadi deket banget gitu, btw kenapa ga boleh?" Tanyanya membuat ku semakin kesal

"Arby kan punya gue"

"Kalian kan cuma sahabat jadi gamasalah dong mereka pacaran"

"Lo ko jahat sih" bentakku membuat Seni melongo

"Ta.. Gu..guee"

Aku pergi cepat meninggalkan Seni yang terlihat seperti orang bingung melihat sikapku. Aku benci semua orang sekarang, semuanya berubah semenjak Firna mendekati Arby. Aku gapeduli siapa yang duluan mendekat antara mereka yang jelas Firna gila.

Langkahku mulai menaiki anak tangga untuk masuk ke kelasku, mataku sakit melihat Firna dengan Arby yang entah sedang apa, aku tidak suka melihatnya.
Kejadian itu benar- benar menyakitkan untuk di lihat, biasanya itu posisiku tapi sekarang Firna. Meskipun Firna sahabatku, namun Apakah salah jika Aku merasakan Cemburu ??

Cemburu tidak memandang siapa dia , melainkan sedekat apa dia. Entah itu sahabat , teman, musuh, saudara, apapun itu Cemburu bisa saja datang. Tolong mengertilah..

"Haii ngomongin gue yaa" godaku mencoba tetap tenang

Mereka terkesiap dan menatapku bersamaan

"Ngagetin" jawab Arby gemas sambil mengacak rambutku

"Ih Arby" aku melepas tangannya di kepalaku

"Gue ke kelas ya Ar, ta" ucap Firna kemudian

"Gue dateng malah pergi gaseru ah" aku cemberut

"Bentar lagi bel ta, gue duluan" Firna melambaikan tangannya.

Aku ga ngerti sama jalan pikir mereka saat ini, mereka saling dekat padahal Arby masih selalu dekat denganku meskipun akhir-akhir ini lebih sering dengan Firna. Dan Firna dengan senang hati dekat dengan Arby padahal dia tahu Arby adalah orang yang spesial untukku.

"Ayo masuk" ajak Arby

"Kamu punya hubungan apa sama Firna?" Tanyaku diam di tempat saat Arby menarik tanganku

Arby mengerutkan dahinya "bisa di ganti pertanyaannya?"

"Kenapa? Kamu udah gamau deket sama aku? Maunya sama Firna ? Iya?" Cerocosku

Arby diam

"Jawab byy"

"Udah ayo masuk kelas"

Mataku mulai berkaca-kaca "katanya kamu bakalan terus sama aku aja, bentar lagi kita lulus, kamu mau pacarannya sama Firna ? Bukan aku ? Nasib aku sama kaya Desi dan Diana ?"

"Kenapa ngomong gitu?" Tanya Arby seperti kesal padaku

"Emang gitu kenyataannya kan?" Nada suaraku mulai tinggi

Arby menggeleng-gelengkan kepalanya "Terserah!!" kemudian pergi setelah melepaskan genggaman tangannya yang tadi menarikku.

***

Pergilah jika kau mau, aku akan melepasmu dengan orang baru pilihanmu. Asal jangan dengan sahabatku.

*****



















Aku ga ngerti maksud semua ini;((
Nulis apaan;((
Aku gajegajegajegaje;((

Makasih

Ketika Waktu Merubah SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang