Di dalam kamar, Fita terbaring dengan di tutupi selimut bergambar Doraemon kesukaannya. Hening, yang terdengar hanya suara angin di luar dan suara detik jarum jam yang terus berdetak. Sungguh kejadian siang tadi membuat Fita sangat down dan terluka di perlakukan begitu kasar oleh orang yang baru di kenal. Malam ini, tepatnya pukul 9 malam, mata Fita masih belum terpejam. Malu, sakit, benci, dan muak akan semuanya. Jika saja Arby tidak meninggalkannya , mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Ya, itu yang Fita katakan dalam hatinya berkali-kali semuanya tentang Arby dan karna Arby.
Satu tetes air mata mengalir perlahan melalui kedua sudut matanya. Tangannya mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya dengan sangat kuat, dadanya terasa sesak , nafasnya tidak teratur, detik jarum jam seakan menghitung seberapa lama lagi Fita mampu menahan lukanya.
Suara detik jam kini berganti menjadi suara isak tangis yang tak dapat lagi di bendung, isaknya yang sendu membuat malam gerimis ini semakin pilu.
"Arrgghhh" teriak Fita di sela tangisnya sembari melempar boneka yang terbaring di sampingnya ke arah dinding.
Fita memukul-mukul tempat tidurnya seraya terus mengeluarkan air mata dan suara tangis yang mencoba untuk di tahan.
"Arby" gumamnya dan menenggelamkan wajah di dalam bantal "kalau kamu ga ninggalin aku, semua gaakan kaya gini by" tangisnya
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu tidak menghentikan tangis Fita. Fita masih terdiam dalam posisi tangisnya hingga terdengar suara pintu terbuka dengan pelan dan suara langkah kaki yang hati-hati
"Fita.. Ada tamu di depan" Mama membelai rambut Fita dengan lembut setelah duduk di samping Fita "kamu kenapa hm? Ayo cerita sama mama"
Fita menarik nafas panjang kemudian berhambur ke pelukkan mamanya seakan mengadu bahwa harinya sangatlah menyakitkan. Fita terus menangis dalam pelukan mama tanpa berkata sedikitpun.
Mama memeluk erat tubuh Fita dan terus membelai rambutnya dan sesekali mengecup pucuk kepala Fita "kenapa sayang?" Tanya mama
Fita menggelengkan kepalanya dan berhenti terisak. Mama menatap wajah Fita , menghapus air matanya dan tersenyum menguatkan "katakan, siapa yang membuatmu menangis hm?"
Lagi-lagi Fita menggeleng
Mama tersenyum "Terkadang kita harus mengalami hal sangat menyakitkan terlebih dahulu sebelum kita menemukan kebahagiaan. Mama mengerti sayang, anak mama sudah tumbuh menjadi anak remaja yang cantik , baik, pintar dan mama tahu apa yang membuatmu menangis. Tersenyumlah , mama sedih melihatmu seperti ini" jelas mama sembari terus menghapus sisa air mata yang keluar dan merapikan rambut Fita.
"Fita kangen Arby maa" kata Fita dan kembali memeluk mama nya.
Mama terkekeh "sudah jangan nangis, cepet gih cuci muka. Lihat siapa yang datang kasian kalau nunggu kelamaan"
Fita mengangguk "makasih yaa ma"
"Mama keluar dulu ya" Katanya kemudian mengecup kening Fita "jangan nangis lagi"
Fita mengangguk dan sedikit tersenyum tenang.
***
Setelah selesai mencuci muka, Fita berjalan keluar rumah untuk menemui tamu nya. Fita kira di ruang tamu, namun ternyata dia menunggu di luar. Ini sudah sangat malam, siapa coba yang dengan tidak sopan bertamu ke rumah orang malam-malam begini apalagi sedang gerimis.
Fita terpaku di depan pintu , di hadapannya berdiri seorang pria menggunakan celana jeans hitam panjang dan jaket berwarna navy.
"Kamu?" Kata Fita ragu
Dia membalikkan tubuhnya hingga menghadap Fita membuat Fita kembali terpaku dan membulatkan matanya.
"Mata kamu sembab, kenapa?" Tanyanya sambil mendekat dan menyentuh ujung mata Fita dengan lembut.
Jantung Fita berdegup sangat kencang, tubuhnya bergetar hebat, entah harus bahagia atau terluka yang jelas fita hanya mematung tak percaya melihat Arby ada di hadapannya.
Beberapa detik mata mereka saling mengunci tatapan seakan saling mengatakan bahwa mereka saling rindu.
Fita segera menepis tangan Arby setelah tersadar dari kegugupannya "aku gapapa"
Arby mengangguk paham "belum tidur?"
"Udah tapi di bangunin kata mama ada tamu" jawabnya berbohong
"Maaf udah ganggu"
"Ada apa?"
"Aku kangen sama kamu" ucap Arby lirih
Fita tersentak kaget, jantungnya kembali berdegup nakal.
Arby meraih kedua tangan Fita dan menggenggamnya erat "aku minta maaf ta" suara Arby bergetar
Fita segela melepaskan tangannya dan menggeleng "jangan ganggu aku lagi"
Arby menggelengkan kepalanya dan kembali meraih tangan Fita "kasih aku kesempatan buat buktiin kalau aku sayang sama kamu"
Fita menggeleng lemah "kasian Yurina by, kalau dia lihat kamu kaya gini dia pasti terluka. Aku gamau dia rasain apa yang aku rasain saat lihat kalian waktu itu" Fita mengukir senyum walau air mata ikut hadir.
"Maaf ta maaf" Arby menundukkan kepalanya
"Aku gamau hubungan kalian berakhir gara-gara aku seperti hubungan kita yang berakhir gara-gara..." Fita menggantung ucapannya tak sanggup membayangkan kembali sakitnya ia saat itu.
Arby menangkupkan kedua tangannya di pipi Fita "aku gaada hubungan apa-apa sama Yurina ta. Kita temenan. Maaf, aku tahu aku salah kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya"
"Aku lihat dia pasang Foto kamu, status nama kamu, dan semua tentang kamu by, aku tahu semuanya"
Arby menggeleng "percaya sama aku, aku gaada hubungan apa-apa. Dia emang gitu, udah suruh aku ganti tapi gamau"
Fita menarik sudut bibir kanannya "aku pernah sangat percaya tapi apa yang aku dapat ? dusta!!"
Arby menghela nafas panjang "lupakan yang dulu, kita mulai dari awal. Anggap semua itu mimpi buruk ta"
Fita menggeleng "lima bulan by, aku tidak tidur selama itu. Bahkan itu lebih buruk dari mimpi buruk" Fita mendorong dada Arby "kamu gatau gimana perasaan aku selama ini. Kamu juga gatau masalah apa aja yang hadir setelah kamu pergi. Sakit byy sakitt" Fita menekan dadanya sendiri kemudian menangis pilu.
Arby membawa Fita ke dalam pelukkannya "maaf. Aku janji akan perbaiki semuanya"
Fita memberontak dalam pelukan Arby namun tenaga Arby lebih kuat hingga akhirnya Fita hanya mampu memukul-mukul dada Arby dan terus terisak disana.
"Maafkan aku Fita" bisik Arby tulus.
*****
Maafin jangan;v ?
Klik bintang kiri bawah gaeesssss:'D
Makasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Teen FictionPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...