Arby menggeleng-gelengkan kepalanya "Terserah!!" kemudian pergi setelah melepaskan genggaman tangannya yang tadi menarikku.
"Kamu berubah" lirihku
"TERSERAH KAMU FITA!" bentak Arby sambil sekilas menatapku tajam
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini, Arby membentakku rasanya sakit. Walau cuma tiga kata tetap saja aku tidak suka di bentak, tubuhku terasa kaku, langkahku pilu menuju kelas. Ku lihat Arby bersandar di bangkunya dengan tatapan entah kemana. Entah apa yang membuat Arby seperti ini, jarang sekali Arby marah padaku selama ini, apalagi mebentakku seperti tadi.
"Semua gara-gara Firna" batinku
Aku tahu ini bodoh, aku menyalahkan Firna sahabatku, tapi memang benar sejak mereka dekat, sikap Arby padaku tidak semanis dulu bahkan semua terasa canggung dan biasa saja. Jika sudah seperti ini, aku bisa apa ? Merelakannya ? Garela..
Seusai pelajaran, jam di tanganku sudah menunjukkan jam pulang dan bel sudah terdengar sekitar 5 menit yang lalu, namun saat ini aku masih duduk di bangku ku seorang diri. Aku mematung menatap kepergian Arby , bahkan satu persatu mulai menghilang.
Aku sendiri sekarang, benar-benar sendiri. Mana Arby ? Aku tidak tahu. Ku raih buku catatanku dan ku masukkan ke dalam tas dengan malas, aku mulai berdiri , melangkah dan berjalan keluar kelas.
"Hey"
Aku menarik sudut kanan bibirku membalas sapaan Seni.
"Sendiri?"_Seni
Aku hanya mengangguk
"Gue duluan gapapa?"
Lagi-lagi aku hanya mengangguk, rumah Seni tidak jauh dari sekolah hanya menghabiskan waktu sekitar 5 menit jika jalan kaki.
"Yaudah hati-hati di jalan ya, daah"
Kubalas lambaian tangan Seni dengan sedikit senyuman di bibirku
Ku ayunkan kedua kaki ku sambil duduk di halte untuk menunggu kedatangan bus yang selalu setia ada saat Arby tak ada seperti ini.
Flashback on
"Pagi Fita" sapa Arby di sebrang sana
"Pagii" aku tersenyum meskipun dia tidak tahu aku tersenyum karena ini hanya via telpon
"Jangan berangkat naik bus"
"Kenapa?"
"Aku jemput"
"Gausah"
"Gapapa, aku gamau kamu sendiri"
Aku kembali tersenyum, meskipun dia tidak melihat namun dia akan merasakan yagak?
"Ta.." Panggilnya
"Iyaa?"
"Ko diem?"
"Gapapa. udah jam 6 lebih. Aku berangkat ya takut telat. Kalau kamu kesini itu pasti lama, kamu juga bakalan telat"
"Ayo berangkat dari tadi aku udah di depan rumah kamu"
Aku langsung berlari cepat ke arah pintu dan membukanya, senyuman Arby mengembang , tangannya masih menempelkan hp di telinga kanannya
"Katanya gamau telat" ucapnya
Aku mengangguk dan menghampirinya
"Sini hp kamu, biar aku simpan di kamar"
Di sekolah di larang bawa hp, jadi yaa hp Arby aku simpan di rumahku biar dia pulang ke rumahku juga hehe.
"Kamu niat banget ke sini"
"Biar kamu ga sendiri"
"Biasa juga sendiri"
"Jangan di biasain kan ada aku"
"Kalau kamu gaada?"
"Pasti ada"
"Kalau engga?"
"Bawel" Arby mencubit hidungku pelan
Aku tertawa "kalau gaada gimana? Jawaabb dong" rengekku
"Hm.." Pikirnya "pokonya jangan sendiri"
"Kan kamu gaada"
"Gaada kemana coba?"
"Urusan keluarga misalnya" jawabku
Arby mengangguk paham "Kan ada Firna, kalian searah"
"Okedeh"
"Kalau kamu sendiri aku marah"
Aku terkekeh "receh bangett"
Dia tertawa dan aku suka melihat dia tertawa denganku seperti ini
Flashback off
Aku menghelas nafas mengingat kejadian itu, aku terus menyandarkan kepalaku di jendela bus, tatapanku lurus keluar jendela sejak tadi. Saat ini aku sendiri, apa Arby akan marah karena dia telat meninggalkan ku? Ah kurasa tidak. Mungkin saat itu dia bercanda menyuruhku jangan sendiri.
Suara derungan motor terdengar sangat jelas di telingaku, motor melaju tepat di sampingku melewati ku yang memandangnya mulai menjauh mengalahkan kecepatan bus yang ku naiki, dia Arby, kalian tahu siapa yang duduk di belakangnya ? Iya dia Firna. Sakit bukan? Dia menyuruhku jangan sendiri, tapi dia membuatku sendiri, dia mebawa Firna dan melupakanku Lagi.
"Gimana rasanya melihat dia yang selalu ada dekat dengan sahabat sendiri" bisik seseorang membuatku menyeka air mata yang akan jatuh
"Biasa saja" Jawabku datar saat melihat dia adalah Risa
"Yakin?"
"Yakin"
"Ga sakit?"
"Engga"
Risa tersenyum meledek "kalau mau nangis, lanjutin, gue bentar lagi turun ko"
Dadaku benar-benar sesak mendengar ucapannya namun aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.
***
Menangisimu yang menyakitiku ? Kurasa tak perlu ! Bukan karena tak mau, Aku hanya Malu:')
*****
Salam sayang
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Teen FictionPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...