Fita menyimpan tas nya sembarangan, segera bergegas ke kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya dengan air. Terdengar jelas beberapa kali suara deringan telpon di hp Fita. Tapi Fita tidak mendengarnya, dia tetap berdiam diri di kamar mandi dengan keadaan basah walau masih menggunakan seragam sekolah.
"Fita.. Hp kamu berisik, cepet angkat gih ini udah ke 3 kali nya lho" teriak mama di tengah rumah
Fita tersadar akan kelakuannya yang melamun di kamar mandi "iyaa" lantas menyelesaikan mandinya dan bergegas mengambil hp di kamarnya.
Tangan kanan Fita menggeser tombol merah di hp nya setelah melihat nama Arby terpampang jelas di layar sana. Namun rupanya Arby tidak menghentikan kegiatannya menelpon Fita membuat Fita berkali-kali mereject hingga akhirnya mensilent hp tersebut karena malas.
Fita meraih buku novel di atas meja belajar seusai menggunakan pakaian dan menyisir rambutnya, buku novel yang sudah 3kali dia baca hingga akhir tapi tidak pernah merasa bosan. Lembaran demi lembaran buku telah terbaca sebagian, Fita kembali mengecek hp dan ternyata ada notif pesan whatsapp di sana
Arby:Ta.. Maafin gue yaa.. Lo masih mau jadi sahabat spesial gue kan?
Fita mengabaikan pesan itu. Arby aneh bilangnya mau manggil aku kamu tapi sekarang gue elo. Fita sih senang karena mereka tidak baku, tidak saling jaga image jadi panggilan apapun tidak merubah semuanya. Namun sekarang Fita sedang sangat merasa kesal hingga akhirnya mengabaikan semua gangguan Arby lewat benda ajaib ini
Hari kian larut, sehabis melaksanakan shalat maghrib, Fita mengerjakan tugas matematika untuk besok. Kebiasaan anak sekolah memang begitu, di kasih tugas beberapa hari yang lalu namun di kerjakan saat esok ada pelajarannya.
Baru saja mengerjakan dua soal, tiba-tiba Suara ketukan pintu terdengar mengganggu kegiatan Fita di meja belajar, mama nya yang biasa standby di tengah rumah tak kunjung membuka pintu hingga akhirnya fita lah yang beranjak untuk membukakan pintu
Tubuhnya kaku, tatapannya miris, perasaannya geram melihat tamu yang berdiri tegak di hadapannya.
"Maaf Ga terima tamu malam-malam" ucap Fita setelah berhasil mengontrol perasaannya
Arby menahan tangan Fita cepat saat fita hendak pergi melangkah darinya "maaf" hanya itu yang keluar dari mulut Arby
"Ta.." Arby memelas karena Fita tidak menjawabnya "Aku tahu aku salah.. Ga seharusnya aku ngomong kaya gitu, aku nyesel ta.. Maaf" nada suara Arby terdengar lembut di telinga Fita namun Fita tetap memilih diam dan mencoba melepaskan genggaman Arby di pergelangan tangannya
"Ta.. Jangan diem gini.. Aku lebih suka kamu marah daripada diem"
"Aku ga butuh di sukain sama kamu" akhirnya Fita bersuara juga
Arby menunduk dalam "Andai aja aku ga ngomong gitu tadi siang, sekarang aku tahu, aku ngaku salah ta.."
"Terus kalau ga ngomong gitu, mau ngomong apa ? Mau ngomong yang lebih menyakitkan dari itu? Engga by cukup , aku malu"
"Engga ta.." Sergah Arby
"Fita? Ada siapa ? Kenapa ga masuk?" Teriak mama dari dalam membuat Arby urung melanjutkan perkataannya
"Udah mau pulang katanya" jawab Fita sedikit berteriak kemudian menatap Arby memberi isyarat untuknya pulang
"Maafin aku ta"
"Di maafin.. Sekarang boleh pulang" jawab Fita ketus dan dengan cepat menutup pintu dan mengunci nya setelah berhasil terlepas dari genggaman Arby.
"Ta.." Panggil Arby pelan
"Udah by pulang , kerjain tugas buat besok. Jangan minta contekan sama aku"
Arby menghela napas, cewe uniknya ini memang menyebalkan, di saat serius dia malah menjawab seenaknya.
Akhirnya dengan perasaan tidak karuan , Arby melangkah menjauh dari pintu dan menyalakan motornya untuk segera pergi dari tempat iniFita mengintip di balik gorden rumahnya, terlihat Arby kian menjauh dan menghilang dari pandangannya. Hembusan napas Fita terdengar kasar seperti menyesal telah mengusir Arby.
"Siapa tadi?" Tanya mama saat Fita mulai mendekat
"Arby ma" jawab fita datar
"Kenapa sebentar ?" Mama sudah tahu jika Arby yang bertamu pasti memilih berdiam di depan rumah menatap taman dan jalanan jadi tidak perlu lagi menanyakan lagi kenapa tidak masuk
"Gatau" ketus Fita
Mama terkekeh "berantem?"
"Engga"
"Terus?" Goda mama
"Arby jahat ma" fita cemberut
Mama kembali terkekeh melihat putrinya yang mulai tumbuh remaja karena tinggal beberapa bulan lagi masuk SMA "Dia mukulin kamu?"
"Bukan, dia gamau sahabatan sama Fita lagi ma.. Padahal kita udah jadi sahabat spesial" cerocos Fita karena dia paling tidak bisa memendam apapun sendirian
"Kaya martabak dong spesial?" Ledek mama
"Ih.. Enggalah ini kaya pacaran ma" ujar Fita polos
Mama fita tertawa dan mengacak rambut putrinya "tahu dari mana pacaran"
Fita cengengesan ga jelas
"udah gih sana belajar lagi.. Entar juga baikan lagi. Yang namanya sahabat itu gaada akhirnya" sambung mama yang di ikuti anggukan Fita.
***
Jika bersahabat tidak ada akhirnya, aku lebih memilih sahabatan daripada pacaran. Karena apa? Karena aku bisa menolak sebuah kepergian saat hadir detik-detik terakhiran.
*****
Pura-pura suka ya biar aku seneng kan lama-lama bisa suka beneran:D suka karena terbiasa yagak? Hehe.
Vote dan boleh coment kalau ada yang kurang apaa gitu...Salam sayang
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Teen FictionPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...