5

316 30 0
                                    

"Gue suka.."

Mataku membulat sempurna dan jantungku berdegup kencang mendengar apa yang Arby katakan.

"Gu-gue" kataku terbata-bata

"Sama risa ta"

Bodoh! Itulah aku saat ini. Aku menganggapnya menyukaiku. Aku bodoh! Mengapa tidak ku tanyakan menyukai siapa sebelum aku mengira dia menyukaiku ? Satu sayatan berhasil melukai hatiku, jika terlihat mungkin luka itu mengeluarkan darah sedikit demi sedikit. Rasanya sesak, aku salah menyimpan rasa ini padanya. Dia tak mungkin membalasnya.

"Tadi katanya besok mau putus" jawabku dengan nada meledek sambil tertawa menyembunyikan rasa sesakku

"Iyaa.. Gue suka sama dia. Tapi setelah jadian, rasa gue hilang"

"Secepat itu ? Semua lelaki gila ternyata ya" aku seperti berkata pada diriku sendiri namun masih dapat dia dengar "dasar playboy"

"Tapi ta gue janji deh setelah putus sama dia, gue bakalan setia. Lo mau kan ?"

"Kenapa tanya gue ?"

"Hehe pemanasan" Arby cengengesan

**

Author POV

Suara alarm membuat tidur Arby terganggu, pukul 05.00 Arby bergegas ke kamar mandi, hanya butuh waktu 10 menit untuk Arby mandi dan mengambil air wudhu.

Setelah memakai seragam dan menunaikan ibadah sholat, Arby menyisir rambutnya dengan rapi, tak lupa di oleskannya minyak rambut dan menata poni andalannya. Lelaki berponi bukan berarti seperti wanita, dia hanya menyukai model rambutnya ini. Satu lagi, parfum dengan wangi pria cool di semprotkan ke seluruh tubuhnya hingga aroma yang sudah menjadi khas nya dapat tercium oleh siapapun nanti yang dekat dengannya.

"Ga salah lihat nih?" Sindir ibu Arby yang sedang sibuk menata makanan di meja makan

"Salah apanya bu?" Tanya Arby menghampiri ibu

"Pagi buta begini anak ibu sudah wangi biasanya baru bangun kan" ledek ibu

"Jangan salah bu, aku setiap pagi bangun shubuh buat sholat, anak ibu yang baik ini tidak lupa beribadah ko tapi tidur lagi" jawab Arby dengan nada sombongnya

"Ish ibadah bukan untuk di sombongkan"

"Hehe maaf bu"

Arby mulai memakan sarapannya dengan sedikit terburu-buru karena dia tidak mau telat menunggu bus yang dia harapkan yang pastinya ada fita di dalamnya.
Setelah berpamitan, dengan santainya Arby menggandong tas di sebelah pundaknya, berjalan gagah menuju halte bus. Motor yang biasa dia gunakan sedang bermanja di bengkel, tidak masalah naik bus toh itu bukanlah hal yang memalukan.

"Ga jadi naik dek?" Tanya mas mas yang biasa membantu Pak supir untuk menagih bayaran setiap penumpang

"Engga bang, ada yang ketinggalan" jawab Arby bohong dan kembali turun dari bus.

Dek? Arby sempat tertawa dengan panggilannya, meskipun masih memakai putih biru, tapi sebentar lagi putih abu kali bang bukan adek-adek lagi. Entahlah apa yang Arby pikirkan ini.
Sudah 3 bus yang tidak jadi dia pilih dengan alasan yang sama, sudah setengah jam dia menunggu, sia-sia sekali berangkat pagi dari rumah. Sial, Fita tidak ada.

Ketika Waktu Merubah SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang