Author POV
Dua hari kemudian...
Suara tawa terdengar beberapa kali di ruang keluarga rumah Ardila. Baru tadi pagi Dila sampai rumah di antar oleh Rian, Papanya Ardila. Tak hanya Rian, ada Arby pula yang ikut menjemput Dila bahkan hingga saat ini Arby masih ikut bergabung dengan mereka.
"Sudah sore, papa pulang ya sayang" Rian mengecup kening Dila
Dila mengerucutkan bibirnya "papa nginep disini aja pa. Dila masih kangen sama papa" Rengek Dila sembari berhambur ke pelukan papanya yang sudah lama tidak datang menemuinya.
"Tidak bisa Dila. Papa harus pulang"
Arby terdiam melihat Dila yang bermanja di pelukan papanya. Arby tahu betul sejak dulu Dila memang sangat manja terhadap papanya. Perpisahan mama dan papanya Dila pasti membuat Dila sangat terpukul dan lagi, Arby menyesal pernah melupakan Dila.
"Papa pulang ya, nanti papa pasti kesini buat jenguk anak kesayangan papa ini" ujar Rian sembari mencubit pelan hidung Dila
Akhirnya Dila mengangguk "hati-hati ya pa"
Rian mengangguk "oya Alvian?" Rian beralih menatap ke arah Arby
"Arby saja pa panggilnya" Arby tersenyum sambil mengangguk ke arah Rian
"Ah sudahlah sama saja bukan?" Jawab Rian sedikit tertawa "papa titip Ardila ya, jagain dia"
Arby kembali tersenyum dan mengangguk "pasti pa"
Rian mengusap pucuk kepala Dila "salam ke mama dari papa, papa pulang"
Dila mengangguk dan melepas pelukannya.
Kini di ruangan tersebut tinggal ada Arby dan Ardila. Jika bertanya dimana keberadaan mamanya Dila, beliau sedang keluar, sejak berpisah dengan suaminya, beliau enggan menemui mantan suaminya tersebut.
Arby menggeser tempat duduknya tepat di samping Dila, ia mengusap cairan yang keluar dari sudut mata Dila dengan lembut "jangan nangis Dila" katanya
Dila langsung memeluk Arby dan menenggelamkan wajahnya di dada Arby dan terisak disana.
Arby membalas pelukan itu dan mengelus pundak serta kepala Dila dengan penuh kasih sayang.
Setelah sekian lama tidak berjumpa dengan sang ayah, kini Dila harus kembali berpisah dengannya. Apa Dila harus terus sakit agar ayahnya selalu datang menemuinya? Sangat menyakitkan bukan ? Menjadi anak yang harus berjuang menahan sesak akibat perceraian orangtua.
***
Di tempat lain, Fita sedang terduduk kesal di depan rumah. Sudah hampir satu jam ia menunggu kedatangan Arby, yang di tunggu belum kunjung datang juga. Hari ini Arby sudah berjanji akan menemani Fita ke acara ulangtahun temannya. Untuk kesekian kalinya Arby selalu menghilang.
Hallo Arby
Iyaa?
Kamu ga lupa kan hari ini kita mau kemana?
Di sebrang sana, Arby menepuk jidatnya dan ia benar-benar lupa jika ia ada janji dengan Fita hari ini.
A_aku ga lupa ko ta, tapi aku beneran ga bisa. Ma_af yaa aku lupa kasih tahu kamu, kalau hari ini a_ku ada acara keluarga
Fita menghela napas panjang dan mencoba mengukir senyuman sebaik mungkin
Yaudah gapapa
Aku minta Rey buat temenin kamu ya
Gausah by , aku bisa sendiri
Eh jangan.. Aku gaakan biarin kamu sendiri. Tunggu aja , aku minta tolong sama Rey dulu
By, gausah
Tunggu Fita, nanti Rey dateng ko. Maaf ya sayang aku tutup dulu telponnya.
Fita mengangguk kelu sebelum akhirnya sambungan telpon terputus
Untuk kesekian kalinya, Arby menggantikan dirinya dengan Rey. Fita tak mengerti apa yang di pikirkan Arby hingga dengan mudah ia selalu secara mendadak membatalkan semuanya dan menggantikannya dengan Rey.
Arby: Tunggu Rey jemput kamu yaa.. Lain kali aku janji, aku yang bakal nemenin kamu.
Fita: iyaa
Fita tertunduk dan mencoba untuk tidak kecewa. Toh Arby sedang ada acara keluarga, kenapa harus kecewa ? Fita merasa begitu yakin jika Arby tidak ada acara keluarga, dia pasti akan selalu ada untuknya, pasti.
Namun pada kenyataannya, jika Fita tahu Arby sedang dengan Dila saat ini, apa Fita masih tetap tidak akan merasa kecewa ? Cinta hebat yaa, membuat kita percaya seakan semua drama seperti nyata padahal nyatanya cinta menutup mata kita .
***
Luangkan waktu untukku sedikit saja, agar aku yakin bahwa aku masih menjadi bagian dari prioritasmu.
-FitaTalitaAmandita-
*****
DaniaArdila
Eplayuuuu;v
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Novela JuvenilPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...