"Ta lo udah sehat ??" Chika membolak balikan tubuh Fita dan memperhatikannya dari atas sampai bawah saat melihat Fita sedang berjalan di kolidor menuju kelas.
"Kenapa sih?" Fita mengerutkan dahinya heran sembari menatap Dila.
Dila hanya mengangkat kedua bahunya
"Kemaren lo bikin gue sama Dila panik ta.. Lo mual-mual, lo bilang perut lo sakit, lo bilang pusing, gue kira sih lo gabisa sakit. Tapi... yakin cuma sehari?" Cerocos Chika
"Gue berdarah" jawab Fita lalu berlalu membuat Chika dan Dila saling menatap
"Maksud lo berdarah?" Tanya Chika yang mengekori Fita begitupun Dila.
Fita tidak menjawab melainkan mengangkat kedua bahu dan alisnya sebagai jawaban.
Lagi-lagi Chika dan Dila saling menatap untuk beberapa saat "oohh... Berdarah itu ta?" Kata mereka bersamaan sambil tertawa.
Fita mengabaikan mereka yang sedang menertawakannya karena mereka berfikir Fita itu sangatlah lebay.
Langkah Fita terhenti "kak" panggilnya membuat orang yang baru saja berpapasan dengannya berhenti melangkah.
"Hm?" Jawabnya
"Makasih yaa kemaren udah nganterin Fita pulang" kata Fita pelan
Fahrul mengangguk kemudian kembali melangkah
Chika dan Dila kembali melanjutkan tawanya setelah beberapa saat berhenti tertawa.
"Itu orang kaya bunglon ya?" Bisik Dila "tau gitu gue jadi sumpahin dia sakit" sambungnya
"Kayanya dia udah sakit deh Dil" sahut Chika karena Fita tidak menjawab "dingin banget"
"Awalnya ngeselin terus ngebaperin, lha sekarang nyakitin" Dila mengulum tawanya melihat ekspresi Fita yang terlihat kesal sekaligus malu.
Fita menghentakkan kaki nya lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas diikuti Chika saja karena Dila menemui Aldi terlebih dahulu setiap pagi sebelum bel berbunyi.
Di dalam kelas, Fita langsung duduk di bangkunya. Memikirkan Fahrul yang sangat menyebalkan.
"Inget pacar woy jangan mikirin cowo lain" Dila yang baru saja datang langsung menggebrak meja di hadapan Fita membuat Fita tersentak kaget.
"Apaan sih" jawab Fita ketus "gue ga punya pacar"
"Ha?"
Fita tersenyum getir mengingat kejadian dua hari yang lalu di taman "gue udah putus sama Arby Dil"
"Ko bisa?"
Chika yang awalnya asyik memainkan ponselnya langsung berbalik dari tempat duduknya ke hadapan Fita "kenapa?" Tanyanya seolah melanjutkan pertanyaan Dila
Fita menggeleng lemah kemudian kembali tersenyum.
***
Pukul 2 siang, Fita masih bermalas-malas duduk di tepi lapangan setelah menyapa Fahrul yang lagi-lagi bersikap dingin padanya. Dila benar, Fahrul itu aneh, dia seperti memiliki kepribadian ganda. Fahrul bisa sangat manis bahkan bisa sangat cuek tergantung kemauan dia seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Waktu Merubah Segalanya
Novela JuvenilPernahkah kamu berfikir bahwa kita akan bersama ? Dan Saat kita memulai awal kisah, saat itu aku berharap bahwa kita tidak akan bertemu akhir kisah.. Terimakasih Pernah Ada.. (Cerita perdanaku, maafkan banyak typo bertebaran, ceritanya yang mungkin...