Yang comment double up sedikit sih.. Tapi gak enak juga sama yang sudah komen, jadi ku up saya 😄
Selamat membaca ^^
◇🌸◇
Brukk..
Dukk..
Plakk..
Jreng..
"Hey! Untuk apa kau memukul Cymbal Drum itu?!" Omel salah satu orang itu.
"Habis kalian membuat bunyi masing-masing setelah menjatuhkan si culun. Sedangkan aku hanya menutup dan menjaga pintu. Aku kan ingin terdengar keren juga. Jadi ku pukul saja Cymbal ini agar bunyi."
Pabo. Umpat Jihoon sambil menahan sakit yang ada di wajah dan seluruh tubuhnya setelah berkelahi dengan anak-anak yang entah siapa itu. Lebih tepatnya Jihoon yang dipukuli.
"Paboya!" Bentak salah satu mereka yang terlihat seperti ketuanya. "Jaga saja pintu itu agar tidak ada yang masuk." Perintahnya lagi pada anggota terbodoh menurut Jihoon tadi.
Orang itu kembali mencengkram seragam Jihoon. Mengangkat Jihoon dengan paksa agar berdiri. Membuatnya sedikit tercekik karena seragam yang dia kancing hingga atas. Jihoon berusaha tetap mengambil oksigen yang ada sedikit demi sedikit agar tetap sadar.
"Apa yang dilihat Karmel sampai mau sama anak culun seperti ini?"
Jihoon tidak menjawabnya. Kalau dia menjawab itu hanya akan membahayakan dirinya lagi.
"Ahh.. Tidak ada gunanya juga aku memukulmu. Lagipula ini bukan urusanku."
Jadi bukan dia ketuanya. Ada yang menyuruh mereka. Tapi siapa? Batin Jihoon.
Orang itu menurunkan Jihoon dengan kasar. Membanting tubuh Jihoon kembali ke deretan kursi-kursi tidak terpakai.
Tulangku bisa remuk ini lama-lama. Umpat Jihoon. Memegangi punggungnya dan menggosoknya pelan karena sakit setelah berbenturan dengan besi-besi itu. Untung tidak ada paku yang menonjol di antara besi tersebut.
"Terus kita membiarkannya begitu saja? Kita kan disuruh membuat anak itu cidera. Kalau bisa sampai dia cacat dan tidak bisa beraktivitas dengan normal lagi."
Michyeo! Kembali Jihoon mengumpat dalam dirinya. Mata Jihoon melebarkan tidak percaya. Dia tidak mau kalau sampai anggota tubuhnya dilukai.
Dengan keberanian, Jihoon bertanya, "Ke-kenapa kalian melakukan ini?"
"Bicara juga kau." Jihoon meneguk air liurnya saat orang yang dianggap Jihoon tadi ketua kembali berjalan menuju arahnya.
"Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini. Tapi bayaran untuk melukaimu lebih menggiurkan daripada mempedulikan orang tidak penting sepertimu." Jihoon menyembunyikan kepalan tangannya kuat karena ucapan orang itu.
Disaat begini Jihoon tetap tidak bisa berbuat apa-apa ketika ada orang yang ingin mencelakainya. Itu membuat Jihoon merasa kesal dan tidak berguna.
"Berapa yang dia kasih?" Tanya Jihoon.
"Yang pasti kau tidak mungkin bisa memberikan uang yang sepadan." Remehkan orang itu. Diam-diam Jihoon memperhatikan nama yang tertera di seragam itu. Hwang Jungwo.
Jihoon meraih handphone yang ada di saku celananya.
Sial. Umpat Jihoon lagi saat melihat layar ponselnya agak retak. Terpaksa Jihoon tetap menekan-nekan ponselnya itu dengan kesal.
Dibukanya E-banking yang ada di ponselnya itu. Menekan angka satu dengan beberapa dijit angka nol dan memperlihatkan pada Jungwo itu.
Jungwo melebarkan matanya. Kerutan di keningnya juga terlihat setelah melihat dijit angka yang diperlihatkan Jihoon. Tak lama dia tertawa dan menepuk-nepuk tepat di pundak Jihoon yang sakit.
"Ternyata kau kaya juga ya."
Jihoon menatap datar Jungwo yang membuatnya sedikit kesal. Tipe mudah terjilat uang. Begitu penilaian Jihoon.
"Aku akan memberikan jumlah yang ku perlihatkan itu. Tapi jangan sampai kau menggangguku lagi." Kata Jihoon terdengar tegas.
Jungwo milirik Jihoon dari atas sampai bawah. Lalu dia mengulurkan tangannya pada Jihoon tanda menyetujui permintaan itu. Jihoon menerima uluran tangan itu.
"Deal."
"Aku juga minta kau tidak mengusikku lagi setelah ini, sebagai gantinya aku akan berikan yang lebih besar lagi. Tapi jangan muncul dihadapanku atau tidak aku akan membawa ini ke jalur hukum." Jelas Jihoon terlihat seperti ancaman.
"Wait! Wait!! Jangan bawa-bawa hukum. Kalau ada uang, semua aman. Berapa yang akan kau kasih?" Tanya Jungwo.
Jihoon mengubah angka satu yang ada di depan menjadi angka lima di belakang tujuh angka nol lainnya. Jungwo tertawa senang.
"Senang berbisnis denganmu." Jungwo menepuk-nepuk pundak Jihoon. Jihoon kembali menahan nyerinya.
Jihoon memberikan ponselnya pada Jungwo untuk memberikan nomor rekeningnya. Di depan matanya Jungwo, Jihoon langsung menekan tombol transfer ke rekening Jungwo.
"Baik. Setelah ini kami tidak akan mengusikmu lagi. Kami juga tidak akan muncul di depan matamu." Kata Jungwo.
Jihoon mengangguk. "Kalau kalian mengingkarinya, aku bisa mengambil uang yang baru saja ku berikan dengan mudah. Ingat! Aku tidak main-main soal jalur hukum." Ancam Jihoon.
"Semakin lama, kau semakin menyeramkan." Ucap Jungwo tidak takut sedikit pun dengan ucapan Jihoon.
"Lagipula kami memang tidak ingin berurusan dengan anak kecil sepertimu." Jungwo menepuk kepala Jihoon dan menatapnya remeh. "Aku hanya peduli dengan uang."
"Ayo semua! Kita pergi dari sini. Kita sudah mendapatkan apa yang kita butuhkan." Jungwo dan teman-temannya pergi meninggalkan Jihoon di sana.
Setelah pintu tertutup dengan sendirinya, Jihoon kembali terjatuh. Dia meringis kesakitan atas semua tulangnya yang remuk. Wajahnya yang mungkin sudah lebam karena pukulan orang-orang tadi.
Sial. Aku sudah mengeluar uang banyak. Tapi aku lupa menanyakan siapa yang melakukan ini. Aish!! Kesal Jihoon.
Jihoon merebahkan tubuhnya sebentar di gudang yang kotor itu. Tidak peduli dengan seragamnya yang akan kotor. Lagipula ini sudah jam pulang.
Pelakunya pasti tidak jauh dari orang yang menyukai Karmel. Tapi siapa yang melakukan senekat itu? Bahkan dia berani menggunakan uang dan membayar orang untuk menghabisi Jihoon.
Selama ini jarang ada yang membully-nya sampai rela mengeluarkan uang besar. Bahkan tidak ada. Tapi kali ini tidak main-main. Siapa orang itu sebenarnya?
Ini harus segera diselesaikan.
◇🌸◇
Pengenalan Karakter : (Lanjutan)
7. Hwang JungwoPria kasar sok jagoan
Status : Preman bayaran
Keinginan : Mendapat uang untuk bersenang-senang.
Cara : Apapun. Menculik atau membunuh sekali pun.◇🌸◇
Sebenarnya karakter ini gak penting buat dikenalin 😒
Jungwo : /tunjukin pisau/
Mau bagaimana lagi. Namanya preman. Tau lah ya 😂
Nyesel bikin tokoh dia :'( /bisik/
Jangan ada yang terpesona dengan rupanya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...