Sequel (6)

273 31 4
                                    

Sequel Special Couple [2]
         
       
       
      
        

Mira side

Kalau dipikir-pikir. Keputusanku untuk menjadikan Soonyoung kekasihku sepertinya adalah pilihan yang salah.

Kami begitu banyak perbedaan. Kami sering berdebat ringan untuk permasalahan kecil. Kami juga tidak berhenti untuk mengomentari suatu hal sampai salah satu dari kami ada yang menyesah. Apa itu bisa dikatakan hubungan yang baik?

Selain itu, selera humor Soonyoung sangat berbeda denganku. Akhir-akhir ini dia sering mengejekku sebagai bahan humor. Itu membuat moodku menjadi turun.

Itu lah yang membuatku mulai memikirkan ulang hubungan kami. Apa sebenarnya kami ini memang cocok?

Saat ini kami sedang bertengkar hebat. Aku juga tidak mau mengalah. Sejak tadi Soonyoung terus menelpon dan menerorku dengan berbagai pesan di ponselku. Namun aku mengabaikannya dan membiarkan ponselku mati total seharian ini.

Aku sangat tidak kuat dengan sikap Soonyoung. Aku tidak ingin membuat emosiku makin mengontrol diriku dan membuat keputusan yang salah. Tentu saja aku tidak mau mengambil keputusan yang buru-buru.

Soonyoung juga merupakan pria yang baik-baik. Bisa saja aku yang salah dan aku hanya tidak menyadarinya. Atau kami perlu waktu untuk lebih bisa memahami satu sama lain. Jadi daripada aku marah-marah dan melampiaskan emosiku langsung pada Soonyoung, aku memilih berdiam diri di dalam kamar.

Dari matahari menunjukan sinarnya sampai dia ingin beristirahat kembali. Dari hujan rintik-rintik hingga melebat dan mulai mereda kembali. Dari jam makan siang yang ku lewatkan sampai jam makan malam yang hampir tiba. Aku hanya berdiam diri di kamar.

Mingyu oppa bahkan sampai mengataiku beruang karena seperti berhibernasi dihari libur. Tapi siapa peduli. Dia tidak tau perasaanku. Yang tau hanya aku. Bahkan Soonyoung juga pasti tidak mengerti. Sampai nanti aku yang minta maaf lagi.

"Hey sadar! Aku tidak mau jadi saksi mata siswaku tewas di rumahku sendiri."

Ku dengar suara Mingyu oppa dari kamarnya yang tepat di seberangku. Kamarku tidak kedap suara dan keadaan pintuku juga terbuka karena Mingyu oppa sengaja membukanya. Lalu sepertinya Mingyu oppa juga membuka pintu kamarnya hingga suara dia terdengar begitu jelas.

Karena aku termasuk orang yang mudah penasaran, aku pun membulatkan tekad untuk menghentikan hibernasiku dan dengan siapa Mingyu oppa berbicara? Lalu kenapa juga sampai saksi mata?

Diam-diam aku mengintip dari cela pintu. Aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya ku lihat. Aku berniat mengabaikannya, tapi gagal. Aku justru membuka pintu itu lebih besar dan yang membuatku terkejut lebih hebat adalah Mingyu oppa membuka baju pria. Pria itu tidak lain adalah kekasihku sendiri.

"Hey! Tanggung jawab!! Kau buat anak orang datang pagi-pagi. Membiarkannya kehujanan dan kedinginan di bawah. Kau mengabaikannya dan sekarang dia demam. Dia hanya ingin minta maaf, apa sebegitu susahnya kau memaafkannya? Jangan kekanak-kanakan. Aku tau kalian bertengkar hanya masalah kecil. Tapi tidak seharusnya kau menyiksa Soonyoung seperti ini." Belum aku melayangkan tuduhan atas perpesi salahku, Mingyu oppa sudah lebih dulu menyerangku dengan omelan yang membuatku diam membeku.

Kata-katanya sangat menusuk. Mungkin karena memang itu kenyataannya. Terkadang aku memang bersikap kekanakan. Aku juga sedikit egois. Tapi aku sungguh tidak tau jika Soonyoung datang. Apa jangan-jangan?

Aku kembali bergegas menuju kamarku. Meraih ponsel yang sejak tadi tergeletak tanpa fungsi di meja belajarku. Menyalakannya kembali dan menunggu layar itu menyala dengan perasaan tidak karuan.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang