Jihoon berjalan tergesa-gesa dengan membenarkan jasnya yang sempat dia lepaskan untuk menghangatkan Karmel. Sekarang dia justru meninggalkan gadis itu sendirian diluar dengan pikirannya yang pasti sudah ke mana-mana karena ucapannya tadi.
Aku harus segera menyelesaikannya.
Namun sebelum niatnya benar-benar terealisasikan, kaki Jihoon seketika kaku karena semua mata menatap ke arahnya. Membuat dirinya berdiri terdiam dan terpaksa melepaskan paku yang terpasang secara ajaib dikakinya saat menapakan kaki di pintu aula.
Kenapa suasana jadi secanggung ini? Batin Jihoon.
Orang-orang yang menatapnya heran dan keterkejutan. Bisa Jihoon tebak jika keterkejutan itu muncul karena melihat wujud rupawan Mira yang sudah berdiri tegap dengan senyum cerah menyambutnya.
Jihoon tidak tau apa rencana Mira padanya. Yang pasti, rencana Mira untuk membohongi seluruh sekolah lebih sukses dibanding dirinya.
Dia sudah berteman dengan Mira sejak menginjakan kaki di sekolah ini. Orang pertama yang menjadi temannya adalah Mira sampai akhirnya mereka bisa berteman baik dan Mira menyukainya. Tapi dia juga tidak tau kalau Mira lah yang menjadi anak kepala sekolah.
Bahkan Mingyu yang sering dia temui di rumah Mira juga tidak Jihoon ketahui adalah pewaris utama dari sekolah yang menjadi jenjang pendidikan terakhir sebelum dia kulaih. Aigoo! Jihoon tidak pernah menyangka ini sama sekali. Ternyata ini perasaan Karmel saat Jihoon
ketahuan membohonginya.Namun walaupun merasa tertipu, Jihoon tidak bisa membenci sahabatnya itu. Tidak adil baginya jika si pembohong harus membenci pembohong besar lainnya. Saat ini posisi mereka itu sama.
Pembohong yang manis.
Jihoon menaiki tangga menuju podium untuk menyalami kepala sekolah dan memberikan salam formal pada Mingyu. Tapi Mingyu sama sekali tidak membalas hal yang formal padanya.
Mingyu menepuk pundak Jihoon. Merangkulnya seakan mereka teman seumuran yang sudah sangat akrab sampai Jihoon semakin merasa tidak nyaman karena tatapan tanya orang-orang di bawah mereka.
Mingyu kembali menuju mic dengan membawa Jihoon di sampingnya. Begitu juga Mira yang ikut di belakang mereka.
Jihoon hanya bisa diam menunggu rencana mengejutkan apa lagi yang sudah dipersiapkan keluarga Kim ini untuk mencengangkan malam peresmian ini.
"Kalian sudah mengetahui fakta mengenai adikku. Aku juga sebagai kepala sekolah selanjutnya juga sudah mengetahui yang sejelas-jelasnya." Mingyu mulai berbicara dengan tegas di depan banyak orang tanpa gugup sedikit pun.
"Kalian tenang saja. Saya tidak akan membedakan status keluarga ketika menjalankan sebuah usaha. Mira akan saya anggap jadi murid selama ada di area sekolah."
Suasana aula lebih sunyi dari pada tempat pemakaman di tengah malam. Jika pemakaman akan terdengar suara jangkrik untuk menemani para arwah, maka disini untuk meneguk segelas air pun tidak ada. Tidak ada dari mereka yang mau meninggalkan secarik informasi mengejutkan ini.
"Mungkin dari kalian akan bertanya-tanya dan juga bagi yang membully Kim Mira pasti merasa pasti dia membesar-besarkan masalah. Kalian tidak perlu khawatir soal itu juga. Mira tidak pernah mengatakan semua itu tanpa saksi mata. Di samping saya ini adalah saksi mata, korban dan juga pelindung adik saya."
Jihoon langsung menegang ketika pundaknya ditepuk Mingyu. Jangan bilang aku harus memberikan kesaksian seperti saat sidang. Ayolah.. Aku ini calon musisi bukan pengacara. Ucap Jihoon. Hanya berani di dalam hati.
"Ini juga alasan kenapa Jihoon saya panggil di sini. Sebagai murid, sahabat dan juga pelindung, Jihoon sudah menggantikan posisi saya sebagai seorang kakak bagi Mira ketika Mira dibully. Saya ingin mengatakan terima kasih sebesar-besarnya pada dia."
Dada Jihoon langsung bisa menghirup udara segar saat Mingyu hanya ingin memberikan terima kasih dan bukan membutuhkan kesaksiannya. Seulas senyumpun terlihat di bibirnya.
"Berkat keberadaamu, aku bisa tenang Mira mempunya sahabat sepertimu. Sebagai balas budi, untuk Lee Jihoon, Kwon Soonyoung dan Jeon Wonwoo.."
Nama-nama yang disebut dari bibir Mingyu mengejutkan kedua pemilik nama lain itu. Soonyoung yang masih tercengang di dalam aula hanya bisa diam sedari tadi selama keluarga Kim itu mengatakan pesan dan kesan. Sedangkan Wonwoo yang memang tidak ada di dalam, tetap bisa mendengar suara keras itu dari luar. Dia merasa tertangkap basah karena kabur dan hanya meninggilkan undangannya di depan pintu.
"Kalian bertiga diberi kesempatan untuk bebas melaporkan siapa saja yang sudah berbuat masalah selama ini. Buat list namanya dan berikan pada Bapak Jun. Lalu kami yang akan mengurus sisanya."
Ketiga orang itu tersenyum penuh kemenangan karena memiliki keuntungan semacam itu. Ditempat yang berbeda, perasaan mereka masih tetap terikat karena mereka punya masalah yang sama. Sama-sama berhubungan dengan pembully.
"Jangan bilang ini pilih kasih atau mereka ku buat anak emas karena mereka berteman dengan Mira. Karena semua keputusan ini juga hasil dari tindakan buruk kalian. Sekali lagi terima kasih untuk Jihoon-ssi dan dua nama yang saya sebutkan tadi. Sekian pemberitahuan dari saya. Silahkan nikmati malam ini kembali. Selamat malam."
Berbeda dari pengumuman yang biasanya diberi tepuk tangan, penutupan itu sama sekali tidak diberi sambutan berupa tepuk tangan ataupun suara riuh. Para siswa dan siswi sibuk kembali ke kegiatan masing-masingnya dengan membagi keterkejutan dan keresahan.
Keluarga Kim berkumpul kembali dan menyalami Jihoon yang masih kaku karena hal ini.
"Hyung, kau sungguh yang akan jadi kepala sekolah?"
Mingyu mencubit pipi Jihoon keras-keras sampai pria itu meringis dan memberikan tatapan tajam tanpa bisa membalas. "Sakit? Itu tandanya kau sedang tidak bermimpi."
"Apa tidak ada cara yang lebih baik untuk mengatakannya." Kesal Jihoon sambil mengusap-usap pipinya yang perlahan mulai memerah.
"Jaga ucapanmu. Gini-gini dia adalah kepala sekolah sekarang." Jun saem tiba-tiba datang menyela mereka.
Mingyu menepuk pundak Jun dengan akrab seperti mereka sudah lama mengenal. Dan benar saja. "Terima kasih karena kau mau membuat aturan sampai Jihoon mau tidak mau datang hari ini."
"Jadi ini rencana juga??" Ucap Jihoon dengan nada yang lebih tinggi. Tidak memperdulikan status untuk saat ini.
Kedua orang itu tersenyum. "Mingyu itu temanku. Dia yang memperkerjakanku sebagai guru komseling. Semata-mata juga untuk melindungi adiknya. Tapi justru kau yang jadi sering masuk buku kuningku. Padahal aku tidak mau memasukkan namamu itu."
"Tenang saja. Namamu sudah bersih karena kami percaya padamu." Tawa Mingyu sambil menepuk-nepuk pundak Jihoon.
Jihoon terkekeh tidah percaya. Apa lagi rencana mereka selama dua tahun ajaran ini? Pikir Jihoon.
"Sepertinya aku akan minta penjelasan pada Mira lebih banyak soal ini. Kali ini kau benar-benar penipu ulung."
"Kau pun sama. Kita ini sama-sama menipu mereka. Sayangnya, tipuanmu lebih cepat ketahuan karena Karmel."
Mendengar nama Karmel disebut, Jihoon langsung ingat bahwa urusannya dengan Karmel belum selesai. Jihoon cepat-cepat pamitan dengan mereka dan hendak menuju Karmel.
Langkah tergesa-gesa menemani Jihoon menuju pintu keluar untuk menemui Karmel. Meninggalkan ketiga orang itu sambil melihat kepergiannya.
"Kalian ini memang Sweet Liar." Ucap Mingyu.
"They make sweet lie in ending." Lanjut Jun.
◇🌸◇
Apa kabar Karmel diluar sana?? Apa Jihoon bisa menjelaskan maksud dan tujuannya? Yang lebih penting, apa penjelasan yang ingin dikatakan Jihoon??
Penasaran??
Vote sampai 15 yuk.. Nanti aku akan double up. Bisa gak nih?? Kalian pasti bisa kok. Aku yakin itu..
Ku tunggu vote dari kalian ya.. jangan lupa komen juga
Bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...