Tenaga Jihoon sudah hampir habis. Nafasnya pun tinggal sedikit. Sekali lagi Jihoon membenarkan posisi Karmel di punggungnya yang masih pingsan.
Karmel memang ringan di awal. Tapi jika terlalu lama menggendongnya berat juga. Pinggangku bisa remuk ini. Kenapa juga aku baru merasa lantai apartemenku tinggi sekali. Oceh Jihoon pada dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Jihoon tidak ada pilihan lagi selain membawa Karmel ke apartemennya. Dia tidak tau alamat Karmel. Kenal teman-temannya Karmel juga tidak. Membuka tas Karmel dan mencari alamatya sendiri? Dia sungguh tidak terbiasa membuka privasi seseorang. Jadi inilah tujuan akhir dan juga jalan putus asanya.
Di depan pintu apartemen Jihoon, dia berusaha menekan tombol password-nya. Namun tangannya tidak bisa berpindah dari kaki Karmel. Jika dia melepas satu tangan saja, Karmel sudah hilang keseimbangan. Punggungnya juga agak membungkuk karena menggendong Karmel.
Jadilah Jihoon menendang-nendang pintu itu. Mengundang perhatian beberapa orang yang berlalu lalang di sana. Beruntung orang-orang itu mengenal Jihoon dan teman-temanya, jadi tidak ada yang mengira jika Jihoon adalah pembuat masalah atau yang akan membuat masalah.
Jihoon masih menendang-nendang pintu itu. Menunggu sampai ada orang yang membukanya. Dia yakin dua penghuni tidak diundang itu pasti ada dan masih ada di dalam.
"Siapa sih!! Tidak sopan sekali." Soonyoung membuka pintu itu. Reaksi pertama yang diperlihatkannya adalah terkejut.
"Kau apakan Karmel?!"
"Jangan tanya dulu! Punggungku sudah remuk. Bantu aku mengangkatnya dan taruh dia di kasurku." Perintah Jihoon.
Cepat-cepat Soonyoung mengambil alih Karmel. Menggendongnya sampai ke kasur Jihoon. Menyelimuti gadis itu dan kembali ke ruang tengah menghampiri dua orang yang sudah duduk di sana.
"Kenapa Karmel bisa sampai pingsan begitu?" Tanya Soonyoung lagi.
"Tadi dia hampir saja diculik dan orang itu membius Karmel dengan obat tidur." Cerita Jihoon singkat dan santai sambil menyamankan punggungnya yang pegal.
"Orang itu salah bertindak." Ucap Wonwoo masih fokus ke game-nya.
"Tepat. Harusnya mereka tidak membuat Karmel tertidur. Kalau begitu Jihoon pasti memukul mereka." Ikut Soonyoung.
"Jadi kau mau aku yang babak belur?!"
Sebelum Jihoon melempar sesuatu yang ada di dekatnya, Soonyoung sudah memohon ampun terlebih dahulu. Perlu diketahui, jika pukulan Jihoon lumayan sakit untuk anak mungil sepertinya. Jadi jangan tertipu dengan wajah polos nan imutnya itu.
Walau Soonyoung bisa teakwondo pun, pukulan Jihoon tidak bisa dikalahkan.
"Jangan marah dulu! Aku yakin orang-orang yang kau pukuli sedang terkapar lemas. Atau jangan-jangan ada yang pingsan?" Prediksi Soonyoung.
Jihoon menyunjingkan senyum. "Salah. Tepatnya ada yang kabur. Satu pingsan dan dua lagi patah tulang." Tawa Jihoon. Merasa bangga karena kelakuannya.
Wonwoo hanya menggeleng kepala. Menghentikan permainannya dan ikut dalam pembicaraan. "Sudah lama tidak memukul orang, sekalinya berantem kau memukul tiga orang sekaligus. Kenapa kau membiarkan satu orang lagi kabur?"
"Aku sudah puas dengan tiga orang. Malas mengejarnya juga. Lagipula aku memegangi Karmel. Kalau aku mengejarnya, aku malah menggeletakkannya di tanah lagi." Jawab Jihoon.
"Memangnya kau! Kalau kau kan pasti langsung mengejar orang itu dan meninggalkan Karmel. Baru kembali lagi setelah berhasil memukulnya." Sindir Soonyoung pada Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
ФанфикKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...