Sequel (1)

356 52 11
                                    

Sequel Special Wonwoo
 

            
            
               

Wonwoo side

Udara dingin semakin terasa ketika malam mulai semakin gelap. Aku menggosokkan kedua tanganku yang mulai merasa membeku.

Harusnya aku ambil saja jasku tadi, sekarang aku kedinginan begini. Batinku.

Bibirku sudah memunculkan uap panas setiap kali aku meniup tangan. Kalau saja aku tidak berteguh pendirian, aku pasti sudah ke aula yang lebih hangat dari di luar. Lagipula kenapa juga harus menunggu Soonyoung yang jelas-jelas akan bersama Mira lebih lama.

Mira kan bersama keluarganya. Jawaban enteng Soonyoung membuat ku kesal ketika mengingatnya.

Terpaksa aku jadi mempertahankan ego dan membiarkan diriku sendiri kedinginan sendirian di dekat parkiran. Daripada harus diserbu banyak perempuan yang ada di dalam sana.

Sebenarnya aku bisa saja menggunakan kesempatan yang Mira berikan mengenai orang-orang yang bisa dihukum sesuka hati hanya dengan menuliskan nama orang-orang tersebut. Namun aku tipe yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

Selama beberapa menit, aku sibuk memperhatikan sekitar yang hanya dipenuhi deretan motor dan mobil. Sampai akhirnya, aku menanggap sebuah sosok hitam yang berjalan pelan ke sebuah tempat.

Setelah wanita menangis, sekarang aku bertemu malaikat maut. Udara dingin memang tidak bagus untuk kesehatan otak. Batinku kembali.

Ku teruskan untuk fokus memperhatikan sosok berjubah hitam yang sekarang mengendap-endap sangat menccurigakan.

Dirasa sudah terlalu lama orang itu celingak-celinguk, aku berinisiatif untuk menangkap basah orang itu yang terlihat seperti mau mencuri itu.

Orang tersebut tidak menyadari keberadaanku dan terus saja celingak celinguk. Semakin dekat, aku semakin jelas melihat bentuk orang itu yang lebih pendek dariku. Dengan jubah yang ternyata berwarna merah dan bukan hitam.

"Sedang apa kau di sini?" Ku tangkap tangan orang tersebut. Betapa terkejut aku karena tangan orang tersebut sangat kecil digenggamanku.

"Mianhae. Aku sedang mencari keranjangku."

Yeoja? Aku semakin terkejut. Tanganku refleks melepaskan pegangan yang lumayan kuat itu. Untuk apa yeoja malam-malam berkeliaran dengan menggunakan jubah yang terlihat gelap ini?

"Keranjang? Bilang yang benar daripada aku melaporkanmu ke pihak berwajib." Tegasku.

Yeoja itu sontak menurunkan tudung yang menutupi wajahnya. Wajah putih dengan bibir kecil itu langsung tertangkap di ingatanku. "Ternyata kau masih kecil." Gumamku.

Yeoja itu menautkan alisnya dan menatapku dengan tatapan marah. Aku baru sadar jika gadis itu juga punya tatapan yang tajam dan datar sepertiku. "Maaf ya ajusshi, tapi saya ini masih 16 tahun. Saya ke sini hanya untuk menumpang toilet dan karena tidak ada orang, saya sembunyikan saja kerangjangnya di sini." Orang tersebut langsung mengambil sebuah keranjang yang ada tak jauh dari mereka.

Tapi apa yang ku dengar? Ajusshi? "Aku tidak setua itu sampai kau panggil ajusshi." Kekesalanku masih bisa tertahan. Walau tanganku mengempal kuat dan berwajah datar.

"Memangnya aku peduli. Kau saja mengataiku anak kecil."

Kesabaran ku sedikit demi sedikit terkikis melihat wajah menyebalkan itu. Aku seperti diejek anak kecil. Batinku.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang