26. Jangan Khawatir

378 59 20
                                    

Hari kedua setelah Jihoon dinyatakan boleh keluar rumah sakit. Namun apa kenyataan yang dia dapat? Dia masih saja di rumah sakit ini. Tiduran di atas kasur rumah sakit dan hanya ditemani sebuah televisi.

Jihoon bosan. Sekarang masih jam sekolah. Soonyoung, Wonwoo dan Mira masih sibuk dengan kegiatannya di sekolah. Meninggalkan Jihoon dengan keadaan setengah bosan karena tidak bisa melakukan apa-apa.

Tidak hanya tangan kanannya yang tidak bisa digerakkan untuk memetik gitar. Bahkan ide yang ada diotaknya sedang berhenti di tengah labirin. Bingung untuk memikirkan apa di antara banyaknya jalan yang dia harus coba lalui terlebih dahulu.

Apa saja yang Jihoon pikirkan?

Tentunya yang paling utama adalah pekerjaannya sebagai penulis lagu. Karena kecelakaan ini, dia harus mengundur pembuatan album seorang artis. Membuat artis baru itu gagal debut dalam waktu dekat itu. Jihoon sangat menyesali itu. Kalau bukan karena dirinya, orang itu
pasti sudah melakukan debutnya.

Lalu selanjutnya yaitu tugas-tugas sekolahnya. Ini sudah hampir memasuki musim ujian. Bisa Jihoon bayangkan berapa banyak tugas yang sudah dia tumpuk dan pelajaran yang harus dia kejar. Mungkin hari minggu pun, Jihoon akan meluangkan waktu untuk belajar dengan Mira
sampai malam.

Dan yang terakhir. Tidak terlalu besar seperti dua hal di atas. Anehnya Jihoon juga menganggap ini hal yang sangat jarang dia pikirkan. Jihoon memikirkan Karmel. Dia terus memikirkan gadis yang sudah membuatnya jengkel. Membuatnya mengunggapkan identitas diri sebagai seorang Jihoon yang asli. Membuatnya harus terkapar mengenaskan dengan rasa bosan yang luar biasa. Haruskah Jihoon memikirkan gadis itu yang sudah membuatnya begini ?

Jawabannya 'Mungkin iya'.

Jihoon tidak bisa mengalihkan pikirannya dari gadis itu karena Karmel sampai sekarang tidak menemuinya sama sekali. Harusnya dia menemui orang yang sudah rela mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Mengatakan rasa terima kasih dan memberitahu dirinya kalau dia sudah lebih baik dari dirinya yang masih harus di rumah sakit.

Harusnya dia mengatakan itu dan bukan hanya memberikan secangkir kopi dengan buah apel yang sudah dikupas berbentuk kelinci.

Jihoon mungkin bisa berpikir semua itu berasal dari suster yang menaruhnya. Namun Jihoon berpikir lain. Dia menganggap Karmel yang memberikannya karena ada kopi jenis pemberian gadis itu ketika dia berusaha menarik perhatian Jihoon.

Lalu apel yang dikupas kelinci itu. Bukan ingin menghina. Tapi kupasannya sangat berantakan. Bentuknya bahkan hampir menyerupai hamster daripada kelinci karena telinga pendek dan kecil itu. Namun Jihoon jadi terhibur secara langsung karena itu. Dia selalu memakan apel itu dengan senyuman.

Tapi dia masih ingin menemui gadis itu. Bukan menerima pemberian tanpa melihat wujudnya. Jihoon tidak mengharapkan ucapan terima kasih seperti yang dia harapkan itu. Jihoon juga tidak mengharapkan belas kasihan karena dia masih diharuskan berada di rumah sakit. Dia hanya ingin melihat Karmel yang baik-baik saja sekarang.

Mungkin Jihoon merasa aneh merasakan ini. Tapi Jihoon ingin sekali dibuat jengkel lagi oleh Karmel.

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Jihoon mengalihkan matanya ke arah pintu kamar rumah sakitnya. Menunggu orang yang dia harapkan itu untuk datang. Namun dia tau jika keinginannya itu tidak akan terkabul.

"Wajahmu datar sekali. Bosan ya tidak ada yang menemani."

"Sudah tau kan? Aku ingin pulang. Aku rindu kamarku yang penuh alat musik. Aku ingin memainkannya lagi." Kata Jihoon pada Mira yang sekarang sudah duduk di samping kasurnya. Tempat duduk yang selalu diduduki Mira setiap kali datang ke sini. Tempat duduk itu sudah seperti menjadi miliknya. Tidak ada orang lain yang mendudukinya. Bahkan ketika Soonyoung atau Wonwoo mendudukinya, mereka langsung bangun dan mempersilahkan Mira yang duduk.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang