Untuk kesekian kalinya, Jihoon menemukan sepucuk surat dari orang yang sama bersamaan dengan segelas kopi hangat di meja kelasnya.
Semoga kamu menyukai kirimanku lagi. Kau tidak bosan kan aku kasih kopi terus?
Hong Karmel
Jihoon menyeruput kopi itu tanpa malu. Rasa kopi yang beberapa hari terakhir ini selalu menemani lidahnya setiap pagi. Bahkan Jihoon sudah hampir terbiasa dengan kedatangan kopi ini di mejanya.
Kopi kiriman Karmel memang selalu enak. Terlepas dari rasa sukanya terhadap kopi. Kopi Karmel memang memiliki cita rasa yang berkelas. Dari gelas cupnya saja dapat dilihat jika kedai kopi tersebut memiliki desain tersendiri. Mirip kedai kopi yang sering dikunjunginya.
Jihoon membenarkan posisi kaca matanya. Meletakkan gelas kopi itu setelah dia selesai meminumnya sedikit. Memainkan kartu berukuran kecil itu di tangannya dan membalik kartu note kiriman Karmel berulang kali.
Lalu dia bergerak meraih dompetnya. Mengambil beberapa kertas yang serupa dengan note yang baru saja dia pegang. Dengan nama pengirim yang sama dan isi yang hampir serupa.
Jihoon membaca note itu kembali satu persatu. Ada tujuh note. Berarti sudah seminggu Jihoon menerima kopi itu.
Jihoon menghirup udara paginya yang sudah bercampir aroma kopi Karmel. Melepaskan kacamatanya. Menatap lurus kartu-kartu itu dari jarak yang lumayan jauh, sejauh jarak lengannya.
Tulisan-tulisan itu masih dapat terlihat jelas di mata Jihoon karena matanya memang tidak minus. Pandangan Jihoon murni tanpa kabut.
Kenapa aku jadi tidak enak begini sih? Kalau Karmel memang berniat buruk untuk mendekatiku, dia tidak mungkin selalu repot-repot seberusaha ini. Kalau dia taruhan, pasti jangka waktunya juga sudah habis. Kalau dia berniat ingin mengerjaiku pun, tidak mungkin dia sampai mau memberikanku kopi ini rutin berhari-hari. Apa mungkin dia memang hanya ingin berteman denganku. Batin Jihoon berkecamuk dalam dirinya sendiri.
Kata niat baik dan buruk Karmel berputar-putar di kepala Jihoon. Ditambah dengan perasaan tidak enaknya sekarang yang tiba-tiba muncul. Dengan satu pikiran. Apa ku beri kesempatan saja untuk dia dekat denganku?
Jihoon menggerakkan kepala seperti ingin membentur-benturkannya. Tapi karena tempat duduknya yang terletak di tengah, dia jadi tidak bisa benar-benar membenturkan kepalanya ke tembok. Dia juga ditak mungkin membenturkan kelapanya di meja keras-keras. Itu akan memberikan bunyi yang mengundang perhatian dan Jihoon tidak mau itu terjadi.
Lagi-lagi Karmel yang membuat kepalanya berpikir ekstra. Kenapa harus selalu Karmel yang bisa membuat kepalanya pusing? Apa karena hanya gadis itu yang tidak bisa dia mengerti jalan pikirannya?
Ahh.. Sudah lah. Ucap Jihoon dalam hati.
◇🌸◇
Karmel memutar kunci lemari seragam olahraganya. Membukanya tanpa dia ketahui tiba-tiba ada setumpuk kertas yang berjatuhan ke kakinya.
Karmel bergerak memungut kertas-kertas itu. Dari tekstur dan bentuk kartu tersebut, matanya merasa sangat familiar. Dan ternyata memang benar saja jika itu kertas kirimannya untuk Jihoon.
Raut Karmel berubah sendu melihat kertas-kertasnya dikembalikan. Rasanya sakit sekaligus sedih. Dia tau jika perasaannya memang tidak pernah terbalas. Tapi ternyata rasanya lebih sakit jika tidak bisa mendapatkan Jihoon sebagai temannya juga.
Dia merapihkan kertas-kertas itu dan memasukkannya kembali ke lemari. Mengambil baju olahraganya untuk bersiap pergantian pelajaran. Mengikat rambutnya terlebih dahulu sebelum membawa bajunya menuju toilet.
Sehelai rambut menuruni mata Karmel. Membuat fokusnya ke jalan terganggu dan akhirnya dia malah sibuk menyingkirkan rambut yang seharusnya ikut terikat itu.
Saat berhasil merapihkan rambut itu, Karmel tidak sengaja bertatap mata dengan Jihoon. Anehnya. Karmel melihat sesuatu yang salah.
Karmel mengucek matanya sebentar dan kembali melihat ke arah Jihoon. Pria itu melemparkan senyum ramah nan manis padanya.
Sekali lagi dia masih memastikan arah pandangannya. Ternyata memang Karmel tidak salah lihat.
Jihoon tersenyum? Dia benar membalas senyumku? Tanya Karmel pada dirinya sendiri. Ada perasaan campur aduk saat Jihoon tersenyum padanya.
Karmel memperhatikan sekitarnya. Tidak ada yeoja lain selain dirinya. Mira pun tadi ada di arah berlawanan dengannya, tepatnya di samping Jihoon. Hanya ada beberapa kumpulan namja yang memang sering memperhatikannya di sini. Tidak mungkin Jihoon tersenyum untuk mereka. Tidak ada rumor Jihoon itu penyuka sesama jenis.
Ada yang mengganjal. Dadanya berdegup kencang. Karmel berjalan kembali menuju lokernya dengan cepat. Membuka loker itu dan mengambil kertas-kertas yang dikembalikan Jihoon itu kembali.
Membalik dan membaca kartu itu satu persatu dengan cermat. Sampai dia menemukan satu tulisan yang berbeda. Tulisan kecil yang imut. Berbeda dengan tulisan-tulisan tangan Karmel yang lain.
Kamsahamnida untuk kopi-kopinya. Semuanya sungguh enak.
Lee Jihoon
Sudut bibir Karmel tertarik. Pipinya merona. Matanya ikut tersenyum dengan perasaan bahagianya.
Tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang berlalu lalang memberikan perhatian untuknya. Karmel tetap tersenyum sambil sedikit melompat-lompat kecil.
Ternyata Jihoon memang tersenyum untukku. Senyumnya manis sekali. Omona. Aku tidak tau senyum Jihoon bisa memberikan efek kegirangan seperti ini. Batin Karmel.
Gomawoyo Mira. Kau memang baik memberikan saran yang jujur. Aku doakan hubunganmu dengan Jihoon berjalan lancar. Semoga saja aku tidak mengganggumu.
Karmel terdiam beberapa saat. Raut bahagianya menghilang dengan cepat karena sebuah ucapan yang tidak disadari dalam dirinya.
Semoga aku tidak benar-benar jatuh cinta dengan Jihoon, begitu pun sebaliknya. Harap Karmel.
◇🌸◇
Ada yang tau perasaan Karmel pas tiba-tiba Jihoon kasih senyum begitu?
Antara jantungan atau langsung diabetes mungkin ya 😂
Habis senyuman Jihoon manis banget..
Apalagi yang di sini 😍👇Kebanyakan ngidam gula sepertinya saat ngandung kamu, Ji 😁😂
Jangan lupa streaming MV Oh My! ya yorobun.. hwiting!!
Jangan lupa vote dan komen ceritaku ini.. Siapa tau ada yang harus diperbaiki ^^Ohh iya.. mungkin minggu depan, aku akan tidak update karena ada ujian akhir semester. Tapi aku akan usahakan up satu chapter untuk kalian.
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...