Di saat semua anak sibuk bersenang-senang sambil bercanda tawa dan bersenda gurau. Ada seorang anak yang sakit kepala dengan ucapan yang baru dia dengar tadi.
Jihoon menggaruk-garuk kepalanya. Membenamkan kepalanya ke atas meja sambil sesekali mengetuk-ketuk meja membuat bunyi yang berantakan namun terdengar teratur bagi orang-orang yang mau mendengarkan juga. Jika dia tidak sayang dengan kepalanya, mungkin Jihoon sudah mengetuk-ketukkan kepalanya sendiri ke meja dan bukan jarinya.
Seseorang mengetuk kepala Jihoon yang masuh frustasi. Dengan malas dia menatap orang itu karena dia sudah tau siapa yang akan mengetuk kepalanya seperti itu.
"Jangan terlalu dipikirkan. Nanti kepalamu makin sakit. Ini, ku bawakan cola untukmu. Di kantin sedang tidak ada kopi."
"Gomawoyo, Mira-ya. Soda juga sudah cukup. Aku benar benar pusing dengan ucapan Karmel tadi pagi." Jihoon mengambil minuman bersoda yang tadi disodorkan Mira dan meneguknya dengan cepat.
Sebuah kelegaan muncul ketika dia sudah meneguk soda itu. Soda memang minuman penghilang stress bagi Jihoon selain kopi.
"Aku sendiri juga terkejut saat Karmel tiba-tiba berkata seperti itu." Kata Mira.
Jihoon menghela nafas. Menopang dagunya dengan sebelah tangan dan tangan lainnya memainkan kaleng soda itu. "Kau saja terkejut apalagi aku?!"
"Kenapa kau tidak bicarakan berdua saja dengan Karmel? Daripada kau terlihat menyedihkan begini."
Jihoon berpikir-pikir lagi. "Tapi bagaimana bisa aku bicara berdua dengannya? Bertatapan saja aku sudah gugup. Aku tidak sanggup." Jihoon mengusap wajahnya kasar.
"Kau pasti bisa. Kalau kau tidak bisa berarti kau juga punya perasaan dengan Karmel." Kata Mira. Terlihat serius.
"Aku sama sekali tidak menyukainya. Tapi aku juga tidak bisa menolaknya." Tidak tanpa alasan Jihoon mengatakan itu. Pasalnya, Jihoon itu anak kalangan rendah di sekolah, sedangkan Karmel adalah anak yang paling tinggi. Mereka memiliki status yang sangat jauh. Tapi karena itu juga, posisi Jihoon jadi disulitkan.
Jika Jihoon menolak Karmel, itu sama saja Jihoon menolak kesempatan dan dikatakan tidak tau diri karena sudah menolak akan yang paling cantik di sekolah. Namun jika Jihoon menerima Karmel, Jihoon akan semakin dibully karena telah merebut yeoja yang menjadi incaran banyak namja. Jihoon benar-benar disulitkan dengan posisi ini. Tidak ada yang menguntungkan baginya.
"Kenapa tidak bisa?"
"Kau pasti tau bukan posisiku? Jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi." Kata Jihoon. Malas untuk menjelaskannya lebih rinci karena Mira pasti juga sudah tau inti dari alasan perkataan Jihoon itu.
"Tapi aku sarankan kau harus bicarakan ini pada Karmel. Kalau kau resah sendiri, tidak akan mengubah apapun. Karmel tidak akan menyerah mendekatimu dan kau akan semakin tertekan karena posisimu yang serba salah ini. Sampai Karmel sendiri bosan mengejarmu." Kata Mira. Jihoon sangat mengetujuinya itu. Tapi Jihoon masih saja ragu.
"Aku yakin jika kau menjelaskan hal sejujurnya kenapa kau menolaknya, dia pasti bisa mengerti dan berhenti untuk mengejarmu." Lanjut Mira.
Memang terdengar mudah untuk diucapkan. Tapi ini sulit untuk dilakukan.
Jihoon bisa saja mengatakan itu. Tapi Jihoon selalu tidak enak jika harus menolak seseorang karena alasan kenyamanan diri sendiri. Apalagi ini berhubungan dengan perasaan. Jihoon semakin tidak bisa untuk membuat orang sakit hati. Walau Jihoon sendiri tidak tau apa Karmel benar-benar menyukainya atau hanya selingan saja.
Jihoon memang dikenal cuek dan sulit didekati. Tapi bukan berarti dia dingin dan memiliki kesan tidak punya hati. Jihoon tetap bersikap baik pada orang-orang yang dianggapnya baik. Termasuk Karmel. Karmel itu orang yang baik. Kalau tidak baik, tidak mungkin Karmel mau bersusah payah untuk mendekatinya. Walau bagi Jihoon, Karmel juga agak menjengkelkan dan mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
أدب الهواةKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...