31. Seseorang

408 65 101
                                    

Baru saja sebuah ketukan akan diluncurkan, seseorang telah membuka pintu yang hendak diketuk Karmel.

Dari jarak dua kaki itu. Karmel melihat cara berpakaian seseorang yang ada dihadapannya dengan teliti.

"Ada yang aneh dengan pakaianku?" Bingung Jihoon. Tatapan Karmel terlihat sangat mengintimidasinya. Padahal menurutnya pakaian yang sedang dia pakai itu tidak ada yang aneh. Sederhana itu mungkin. Karena dia hanya mengenakan kaos hitam dan juga celana training hitam. Atau warnanya yang terlalu gelap sampai terlihat seperti ingin mengunjungi pemakaman?

"Aigoo! Mianhaeyo. Bukan itu maksudku, tapi.. Kau mau ke mana?" Ralat Karmel dengan mengajukan sebuah pertanyaan.

"Pertanyaanmu seakan aku tidak boleh pergi saja." Balas Jihoon dengan santai diselingi tawa yang saat ini terdengar riang.

"Aku salah bicara lagi ya." Karmel yang salah mengartikan ucapan Jihoon membuat pria itu hanya menyunjingkan senyum tanpa berniat menjelaskannya lagi.

"Kau mau ikut aku ke suatu tempat?" Tawar Jihoon. Sayang, dipendengaran Karmel tawaran itu seperti ajakan kencan. Apa kamu terlalu lama sendiri sampai membayangkan itu, Hong Karmel??

"Kau mengajakku?" Pertanyaan yang terdengar bodoh itu mengundang gelak tawa Jihoon. Disaat itulah Karmel kembali merasa malu.

"Kau lihat orang selain kau di sini?" Karmel menyengir malu.

"Kalau kau tidak mau, kau boleh tunggu di dalam saja."

Saat Jihoon baru menyelesaikan ucapannya, Karmel langsung menolak ajakan kedua. Yang secara tidak langsung menjadikan pilihan pertama sebagai jawabannya.

"Taruhlah makananmu di dalam. Ku tunggu kau di bawah." Ucap Jihoon.

"Hmm.. Pakailah salah satu jaketku yang dirasa cukup untukmu di belakang pintuku. Mungkin matahari akan sedikit menyengatmu selama berjalan nanti." Lanjut Jihoon.

Sepeninggalan Jihoon, Karmel merasa dadanya menghangat. Walau Jihoon tidak menunggunya sama sekali, tapi perhatian yang tersembunyi dari kalimat itu dapat Karmel rasakan. Terutama saat suara Jihoon terdengar begitu lembut ditelinganya. Tapi Karmel harus tetap sadar. Tidak ada yang tau apa maksud Jihoon mengatakan itu.

Karmel memasuki apartemen yang tidak ada seorang pun itu. Meletakkan makanan yang sempat dia bawa untuk Jihoon. Dia kira, Jihoon akan kembali sibuk dengan rutinitasnya walau dihari libur. Jadi dia sengaja membawanya makan. Tanpa diduga-duga, ternyata Jihoon yang ingin pergi.

Tidak mau membuat Jihoon menunggu lama, Karmel segera keluar dari apartemen itu. Namun dia kembali lagi karena ingat Jihoon memintanya memakai salah satu jaketnya. Dengan asal, Karmel mengambil jaket berwarna merah dan baru dipakainya saat berada di lift.

Dia menduga tubuh Jihoon tidak akan jauh berbeda darinya. Ternyata jaket Jihoon bisa menutup kedua telapak tangannya dan menyembunyikan dibalik lengan itu. Karmel pun kembali melepaskannya dan membuat kedua lengan yang tidak tertutup kain itu terlihat lagi.

Walau jaket itu tidak cocok untuk dia pakai, bukan berarti Karmel akan kembali lagi ke kamar Jihoon. Bukan Karmel namanya jika tidak bisa merombak sebuah jaket kebesaran menjadi fashion yang cocok untuk tubuhnya.

Dengan baju tanpa lengan, Karmel menyalipkan jaket itu dipundaknya kembali. Mengaitkan peniti di pundak kanan dan kirinya untuk melekatkan jaket itu dengan bajunya. Dengan sedikit penyesuaian, jaket yang kebesaran itu terlihat cocok dengan celana panjangnya.

Selesai merapihkan diri, Karmel kembali bergegas menuruni lift yang baru saja terbuka.

Dari depan pintu reseptionis, Karmel bisa langsung menemukan pria yang sedang menunggunya itu. Dengan gaya khasnya yang memasukkan sebelah tangan di kantung celana serta tangan sebelahnya lagi dia pakai untuk menggerakan jari di atas layar ponselnya.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang