11. Buktikan!

382 67 14
                                    

"Jadi kau sudah bisa membiarkan Karmel mendekatimu?" Yakinkan Mira.

Jihoon mengangguk. "Aku tidak enak saja jika menerima pemberiannya terus menerus selama beberapa hari kemarin. Jadi aku akan berusaha tidak kabur lagi darinya."

Mira terlihat lesu. Ternyata secepat ini Jihoon mau menerima keberadaan Karmel. Padahal dia kira Jihoon akan berpikir ulang walau Karmel memberinya kopi setiap pagi.

Harusnya aku tidak semudah itu memberikan bantuan pada Karmel. Aigoo Mira-ya! Harusnya kau tidak memikirkan itu. Kalau memang Jihoon memiliki perasaan padamu, dia tidak mungkin mudah menerima Karmel. Tapi kalau perasaan Jihoon memang bukan untuknya?

"Mira-ya!" Mira meringis sedikit ketika Jihoon menyentil keningnya yang tertutup sedikit poni itu.

"Kenapa kau menyentilku?!" Protes Mira sambil menggosok-gosok keningnya.

"Beberapa hari ini kau sering bengong. Ada masalah apa sampai kau seperti itu?" Tanya Jihoon.

Memikirkanmu. Batin Mira. "Bukan apa-apa. Mungkin aku saja yang kurang tidur." Jawab Mira tidak jujur.

"Makanya jangan terlalu banyak main game sampai kurang tidur." Sindir Jihoon.

Mira mencibir kecil dalam hatinya baru menyuarakannya pada Jihoon. "Siapa yang sering meneleponku dan mengajakku bermain malam-malam? Membangunkanku yang sudah hampir tidur, memohon-mohon agar aku menemaninya bermain hingga tengah malam." Oceh Mira.

Jihoon tercengir kecil. Lalu menyatuhkan kedua tangannya meminta ampun dengan wajah aegyo-nya. "Mianhaeyo. Aku kan tidak sering-sering mengajakmu. Habis hanya kau yang mau menemaniku saat tidak bisa tidur." Soonyoung dan Wonwoo tidak pernah bangun saat aku membangunkan mereka. Lanjut Jihoon dalam hati.

"Untung kau bersikap aegyo. Kalau tidak, aku mungkin sudah menjitakimu sampai tidak bisa menulis lagu lagi."

"Hey!! Aku tidak bersikap aegyo!" Kesal Jihoon.

Mira tertawa melihatnya. "Balas dendam." Jawab Mira singkat.

Membuat Jihoon kesal saja sudah membuat beban pikirannya hilang.

Kalau saja kau memang berjodoh denganku, Jihoon-ah. Harap Mira.

"Kalau kau kurang tidur, belajarnya nanti saja." Kata Jihoon.

Cepat-cepat Mira menolak itu. "Kau seperti tidak tau saja. Aku sudah biasa kurang tidur begini."

"Kalau terlalu sering, tidak baik untuk otakmu. Nanti kau jadi cepat lupa."

"Kau juga begitu, Lee Jihoon. Selalu bergadang karena alasan menulis lagu. Kalau tidak bisa tidur, cari makan atau kegiatan lain sampai menunggu kantuk. Kau itu terlalu banyak pikiran dan minum kopi."

Jihoon memunculkan senyum. Menopang kepalanya dengan kedua tangan sambil melihat ke arah Mira. "Ternyata kamu memperhatikan kegiatan-kegiatanku. Sampai menghafalnya begitu."

Deretan gigi Jihoon terlihat jelas di mata Mira. Dapat Mira rasakan langsung jika pipinya memanas. "Se-setiap hari kau selalu begitu kalau menelponku. Ja-jadi ya aku tau." Elak Mira gugup dengan memunculkan tekukan dialisnya.

"Baiklah. Baik." Tawa Jihoon.

"Kau tidak percaya?!" Mira pura-pura marah dengan memberikan penekanan disetiap katanya. Padahal sebenarnya dia sedang menahan malu yang sangat besar.

"Percaya. Aku percaya kok." Tawa Jihoon. Mira memberikan tatapan tidak percaya.

"Jaga matamu itu. Aku takut melihatnya." Jihoon menimpali mata Mira dengan tangannya hingga kacamata Mira jadi buram.

Sweet LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang