Suara kendaraan dengan kicauan burung yang terdengar samar menemani Jihoon berjalan kaki menuju sekolahnya di antara gedung-gedung tinggi.
Sebenarnya Jihoon bisa saja berangkat dengan Wonwoo dan Soonyoung. Mengendarai motor yang mereka miliki bersama. Namun itu hanya akan menimbulkan tanda tanya yang besar di kepala anak-anak sekolah. Apalagi motor yang Jihoon miliki, bukan motor yang tergolong murah.
Setelah menaiki bus dari apartemennya menuju terminal yang tak jauh dari sekolah, dia mau tidak mau juga harus berjalan kaki karena tidak ada terminal yang lebih dekat lagi.
Setidaknya Jihoon masih menikmati perjalanannya itu. Dia menganggap itu jalan-jalan pagi yang bisa menyehatkannya, walau harus menguras tenaga dipagi hari.
Namun berbeda dengan jalan kakinya yang biasa. Kali ini Jihoon merasa ada yang mengikuti dari belakang. Tapi ketika jihoon berbalik dan menyapu pandangan, tidak ada seorang pun yang terlihat.
Jihoon berusaha mengabaikan perasaannya itu karena matanya sudah menanggap gambaran gerbang sekolah. Saat beberapa langkah lagi sampai, seseorang membekap mulutnya dengan sapu tangan.
Jihoon memberontak pelan dengan sedikit menahan nafasnya selama dibekap. Dia yakin sapu tangan itu sudah diberi obat bius.
Karena keterbatasan nafasnya, akhirnya Jihoon membiarkan orang - orang berbadan besar itu membawanya ke sebuah tempat sepi dan berhenti memberontak.
Kekuatan mereka terlihat jauh dari Jihoon. Badan besar, berotot dan kekar. Dia merasa tidak akan menang jika melawan. Tidak ada harapan lain untuk menyelamatkan diri, selain kenekatan.
Tapi Jihoon orang yang nekat. Dia menendang area fital salah satu orang yang memakai masker dihadapannya. Lalu bergantian menyikut perut orang yang membekap mulutnya. Sapu tangan itu otomatis terjatuh membuat Jihoon bisa bernafas lega setelah itu.
Kedua orang itu masih berusaha menyembuhkan diri dari rasa sakit akibat ulah Jihoon. Saat itulah Jihoon mengambil kesempatan untuk kabur. Sayangnya, kakinya ditahan oleh orang bermasker.
Orang itu menarik kaki Jihoon dengan sangat keras dan kuat. Sikutnya berdenyut dan agak lecet akibat menghantam bumi. Namun dia tetap berusaha melarikan diri. Ditendang-tendangnya tangan besar yang mencengkram kakinya itu terus menerus hingga tangan itu sedikit longgar.
"Yak!! Cepat tangkap anak ini! Tanganku sudah tidak kuat."
Jihoon semakin cepat menginjak-injak tangan tersebut. Tapi Jihoon kembali diangkat oleh orang yang membekapnya itu.
"Kecil-kecil kau beringas juga ya."
"Lepaskan tanganmu dariku! Apa urusan kalian berdua? Mau mengambil uang jajan dari anak SMA?! Kau kira uang jajan anak sekolah itu berapa? Lebih baik kalian cari yang lain saja." Ucap Jihoon tanpa rasa takut.
Di saat berbahaya ini, Jihoon hanya memikirkan jam masuk sekolah. Sebentar lagi gerbang akan ditutup. Jika dia tidak segera melepaskan diri dari orang-orang ini, dia akan terlambat dan terpaksa membolos. Itu sama saja mencoret namanya dari daftar anak rajin.
Kalau dia sedang tidak berperan jadi anak culun. Mungkin dia tidak akan memikirkan itu.
"Tidak hanya beringas, ternyata kau tukang perintah ya. Dari mananya anak culun yang tidak berdaya?! Kita tidak salah orang kan?"
"Aniyo. Dia sesuai dengan yang di foto."
Jihoon mengerutkan keningnya. Suruhan lagi!! Emosi Jihoon memuncak.
"Kalian suruhan lagi?!"
"Lagi?" Orang itu tertawa. "Banyak yang mengincarmu ternyata."
"Tidak usah buang-buang waktuku bajingan. Cepat jawab. Aku buru-buru." Kasar Jihoon.
Dengan sengaja pria itu meninju Jihoon kencang tepat di pipinya. Jihoon diam tidak lagi melawan menahan sakitnya. Sudut bibir Jihoon langsung sobek mengenai pukulan tersebut.
Tapi diamnya hanya sesaat. Setelah rasa sakit itu hilang, Jihoon malah meludahkan ke wajah pria itu. Membuat wajahnya tertutup ludah dan darah dari bibir Jihoon itu.
Jihoon menyeringai. Namun seringai tersebut tidak bertahan lama. Emosi pria itu tidak dapat tertahan lagi. Dia membanting tubuh Jihoon. Memberikan pukulan bertubi-tubi hingga tubuh Jihoon dipenuhi banyak luka lebam. Jihoon hanya melindungi kelapanya dengan kedua tangan. Sedangkan bagian perutnya dia tutup dengan kedua kaki.
Pukulan pria itu sangat kuat sampai tubuh Jihoon terasa remuk. Jika teman pria itu tidak menghentikannya, Jihoon tidak bisa membayangkan dirinya bisa selamat dengan keadaan utuh kembali.
"Kau gila ya. Kalau sampai dia mati, bayaran untuk kita tidak akan keluar. Bos hanya ingin dia hidup-hidup."
Masih dengan tatapan bengisnya. Pria itu berusaha menahan emosinya yang masih ada. Terlihat dari kepalan tangannya jika dia masih ingin memukuli Jihoon.
Sedangkan Jihoon sudah berbaring lemah di tanah. Seluruh tubuhnya lemas dan tidak dapat digerakkan. Sakit karena pukulan itu menjalar sampai dipersendiannya. Nyeri.
Teman pria itu mencari kesempatan mengikat Jihoon. Dengan tenaga yang masih tersisa, Jihoon bisa melihat sebuah cairan yang hampir keluar dari saku pria itu.
Jihoon mengambilnya dengan telaten hingga tidak ketahuan orang tersebut. Sebelum kedua tangannya diikat, Jihoon melemparkan botol kaca kecil itu ke wajah pria yang mengikatnya.
Botol kaca itu pecah dan melukai wajah pria itu. Tak lama cairan itu juga memberikan efek panas yang bisa Jihoon rasakan dari seberapa keras teriakannya.
"PANAS!!!"
"Apa yang sudah kau lakukan?!" Kesempatan Jihoon untuk bebas tidaklah semudah itu. Dari masalah satu, masalah kedua masih menunggunya.
"Aku tidak melakukan apa-apa." Jawab Jihoon dengan suara lemah.
"Kau memang minta dimusnahkan." Jihoon kembali melayangkan tendangan yang lebih keras di area fital sebelum dia bisa menghancurkan Jihoon kembali.
Pria itu tersungkur di tanah tidak berdaya. Karena yakin sakit dari pria itu tidak akan bertahan lama. Jihoon berjalan dengan sekuat tenaga. Walau lambat, setidaknya dia berharap ada yang melihatnya.
Sayang, tenaga Jihoon sudah benar-benar habis akibat menahan serangan tersebut. Jihoon terjatuh dengan sendirinya di depan trotoar. Pandangan Jihoon mulai kabur dan menjadi gelap dengan cepat.
Dia tidak tau apa lagi yang terjadi. Tapi dia bisa merasakan sebuah tangan kembali menyentuh tubuhnya.
Sepertinya sekarang aku tidak akan selamat. Batin Jihoon. Sebelum dia benar-benar tidak sadarkan diri.
◇🌸◇
Jihoon mau diapain ini? Siapa sih sebenarnya yang ngincar Jihoon?? Jahat banget mereka sampai mukul Jihoon begini.
Ada yang penasaran sama kelanjutannya? Mau double up? Ada syaratnya 😆
Votenya harus sampai 10 dulu, baru aku akan double up. Kalau tidak sampai, ya minggu depan baru up lagi.
Kalau misal votenya sampai 10 di pertengahan minggu, aku akan up di pertengahan minggu itu. Yang baca Partiture pasti tau kebiasaanku ini 😁
Jadi cepat-cepat divote ya. Hanya 10 kok. Jadi pasti cepat ^^
Ku tunggu vote dari kalian
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...