Sequel Special Jihoon
Jihoon side
"Soonyoung suka Mira?" Gumamku. Kenapa aku jadi memikirkan itu ya? Lebih tepatnya, kok bisa? Sejak kapan? Soonyoung memangnya suka yang culun seperti Mira? Seingatku dia suka yang cantik dan bisa dance. Kalau aegyo mungkin Mira bisa saja.
Kenapa sih aku jadi memikirkan ini? Bingungku pada diri sendiri. Lagu yang ada di depan mataku jadi belum selesai-selesai karena memikirkan hal tidak penting ini.
Memangnya untuk apa aku memikirkan ini? Lebih baik aku menyelesaikan lagu untuk deadline nanti.
Tapi..
Ku lepaskan earphone dan meninggalkan ruang kerjaku. Ini pertama kalinya dan rekor terbaruku, aku bisa keluar kantor pribadiku sebanyak dua kali sehari. Tidak pernah terjadi sebelumnya dan aku bisa pastikan itu.
Tiba-tiba aku tidak ada mood untuk melanjutkan pekerjaanku. Mungkin karena sahabatku yang mulai jatuh cinta dengan temanku yang merupakan mantan orang yang menyukaiku. Ini sungguh rumit.
Padahal Soonyoung sudah sangat banyak membantuku. Dia peka terhadap keadaanku dengan Karmel yang sempat berantakan. Dia juga ikut membantuku dan tetap sabar menghadapiku. Tapi aku justru tidak melakukan apa-apa. Dan sekarang aku baru sadar.
Apa aku sangat tidak sepeka itu?
Memikirkannya lebih rumit dari membuat sebuah nada-nada balok di garis paranada. Kenapa ada orang yang sangat mengidam-idamkan sebuah cinta kalau dengan memikirkannya saja sudah serumit ini?
Ku pijat pelipisku sesaat untuk membuat keningku nyaman. Aku tidak akan bisa membantu Soonyoung mengungkapkan cintanya pada Mira. Kalau sampai aku membantu, aku akan lebih merusuh mereka. Karena aku tipe yang langsung pada intinya, sedangkan Soonyoung akan memberikan kode-kode yang harus dipecahkan dengan kepekaan. Dan itu kelemahanku.
Tapi Karmel mengerti kekuranganku itu. Dia tidak pernah protes dengan sifat menjengkelkanku itu. Dia justru berkata menyukaiku dengan alasan dia bisa main tebak-tebakkan.
Aneh.
Aku dulu bisa saja kesal karena merasa dipermainkan dengan alasan seperti itu. Tapi sekarang untuk jengkel saja rasanya sudah hilang. Kejengkelan itu berubah jadi senyuman yang katanya manis.
Ahh.. Manis. Aku juga tidak mungkin lupa dengan kata yang tidak pernah ku suka. Dengan temannya adalah kata 'Lucu'. Aku membenci kedua kata itu. Tapi jika Karmel yang mengatakannya, aku tidak pernah membencinya.
Jika Karmel sudah tersenyum bahkan tertawa, aku merasa kata 'Manis' dan 'Lucu' itu menjadi kebahagiaanku.
Dan aku baru bisa mengambil kesimpulan akhir-akhir ini.
Karmel adalah kebahagiaanku. Segala tentangnya adalah segalanya bagiku. Jika ada yang bisa ku lakukan untuk membuatnya tersenyum, maka aku akan lakukan itu dengan sekuat tenagaku.
Karena Karmel adalah jiwaku.
Aku tersenyum tipis. Wajah Karmel terlukis indah dipikiranku. Begitu indah sampai aku menemukan sebuah ide.
Aku kembali ke ruang kerja dan mengambil sebuah kertas baru. Menulis beberapa baris kata sampai akhirnya di akhir kalimat aku menulis 'Aku ingin memulai hidup ini kembali dari awal bersamamu'.
"Aku akan memberikan kejutan yang tidak akan kau lupakan." Gumamku.
Ku lingkarkan kata 'Putus' dengan tinta merah. Dibentuk seperti hati yang tidak ada ujung lancipnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lie
FanfictionKalau diberikan kesempatan untuk memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna, apa kalian akan merasa senang dan beruntung? Mungkin sebagian besar jawabannya 'Iya'. Namun berbeda dengan Karmel. Gadis populer ini tidak menggunakan kesempurnaannya dengan...